Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Kamis, 20 Januari 2022

Aku Disini Menunggumu #6

Cerita Bersambung

Aerin menikmati quality time bersama mama. Setelah 2 hari menjalani banyak pemeriksaan ketat dengan hasil yang memuaskan. Hari ketiga di Singapore bisa mereka nikmati buat shopping dan jalan-jalan. Diana sangat menikmati ditemani Aerin yang sangat care kepadanya.

"Kamu masih ingat janji sama papa?" Tanya Diana saat mereka menikmati brunch di The Halia Restaurant yang berada di Ginger Garden, bagian dari Singapore Botanic Garden.

Aerin yang sedang menikmati baked milk rolls dengan sebotol yogurt, berhenti mengunyah."Masih dong, ma. Aku harus sudah menikah saat usiaku 30 tahunkan? Which is next year."
"Syukur kamu masih ingat."
"Kalau aku belum menikah juga, aku harus bersedia menerima calon suami pilihan papa dan mama," sambung Aerin sambil mengingat kembali momen saat ia berjanji akan memenuhi permintaan papa. Janji 5 tahun yang lalu saat ia menolak kembali ke Surabaya dan bekerja di BraDia.

"Bye the way, apa mama dan papa sudah punya calon untukku?" Diana mendelik.
"Memang kamu belum punya pacar?" Selidiknya dengan ekspresi tak percaya. Aerin menggeleng dengan mimik lucu.
"Oh, no! Jadi kamu selama ini ngapain aja?" Tanya Diana yang membuat Aerin tertawa ngakak.
"Ma, aku belum pernah pacaran. Aku ini masih perawan tulen, murni."
"No, impossible! Kamu cantik dan sangat menarik. Apa susahnya memikat seorang pria?"
"Gak susah sih ma. Masalahnya disini." Aerin menunjuk ke dadanya. "Aku masih kejebak pada cinta masa kecilku," ucap Aerin dengan serius yang membuat Diana terdiam.
"Arya? Kamu masih suka Arya? Come on, itu cinta anak ingusan. Kamu masih kecil banget saat kamu mengumumkan ke semua orang kalau kamu akan mencintai Arya sampai tua. Oh, wait...apa karena itu kamu bekerja di FF Group?" Aerin mengangguk.
"Silly girl." Diana tak tau harus bilang apa lagi. Ia bangkit dan memeluk Aerin.
"Mas Arya dan keluarganya sudah kembali ke Jakarta, ma. Aku dengar Mas Arya kembali karena akan menikah disini." Diana semakin mempererat pelukannya.
"Kamu pasti akan mendapat suami yang terbaik, darling. Do you want me to help you?" Aerin mengangguk.
"Aku bersedia mama kenalin dengan siapa saja yang mama recommend. Biar aku punya kesempatan untuk merasakan tertarik dan jatuh cinta pada pria lain, sebelum menyerah kalah dan menerima pilihan mama dan papa."
"Are you okay with blind dates?"
"Why not?"
"Alright. Let's do it!" Aerin tersenyum melihat mama yang tampak bahagia dan full energy.
"So, kamu suka pria yang seperti apa?" Aerin tertawa. Ia berpikir sebentar.
"Standar aja sih, ma. Penyayang, baik hati, sabar dan bisa masuk ke keluarga kita. Soal materi, aku bisa menghasilkan banyak...so, tidak perlu anak orang kaya atau pengusaha sukses. Dan yang paling penting, aku tidak mau blind dates dengan pria sudah punya pacar, apalagi yang akan menikah." 
 
Mas Chandra dan Mas Ricky menikah juga dengan gadis pilihan papa mama dan mereka bahagia.
Aerin tersenyum sendiri. Kalaupun pada akhirnya ia belum jatuh cinta juga kepada pria lain...perjodohan adalah jalan terbaik. Papa mama pasti juga ingin yang terbaik untuk dirinya. Pelan-pelan bisa menerima kenyataan, membuat Aerin merasa lebih nyaman.

Tiba-tiba Aerin ingat sesuatu. Sebuah kata yang sudah lama ingin ia ucapkan ke mama. Saat usianya cukup matang untuk mengerti arti perkawinan dan komitmen yang harus dijaga dalam ikatan itu...ia ingin sekali berbicara dari hati ke hati dengan mama dan memperbaiki hubungan mereka.

"Ma, I'm really sorry for what my mommy did to you. Aku tau, sampai dengan meninggal, mami belum sempat minta maaf kepada mama. Today I apologize on behalf of my mommy."

Diana memeluk Aerin dengan erat, kepiluan di wajah Aerin membuat ia juga ikut menangis.

"Iya, sayang. Mama sudah memaafkan mami kamu." Aerin tersenyum bahagia.

==========

Farah yang sedang membereskan meja makan, melihat siapa yang datang.

"Tumben pulang cepat?" Arya tersenyum sambil menarik kursi makan dan duduk. Farah menuangkan segelas air putih hangat. Arya langsung menghabiskannya.
"Tired, ma. Aku juga udah bosan dinner di kantor." Farah tertawa.
"Ada kendala?" Arya menggeleng.
"Sepertinya aku terlalu bersemangat. Seharusnya lebih santai dikit, gak buru-buru pengen tau semua hal. Oh ya ma, ada yang mau aku tanya." Arya mengeluarkan secarik kertas dari saku kemejanya.

Farah melihat sketsa gambar kalung dengan liontin berbentuk oval. Di bagian liontin itu Arya menulis keterangan 'blue diamond.'

"Di pesta mamanya teman SMA ku minggu yang lalu, aku bertemu seorang gadis yang memakai kalung ini. Sepertinya dulu sekali, aku sering melihat seseorang memakai kalung yang sama," terang Arya. Farah tampak berpikir keras.
"Seperti apa kejernihan berliannya?"
"Sangat jernih, aku rasa itu salah satu kualitas terbaik. Blue diamond dengan kombinasi warna biru muda, biru tua dan hitam."

Farah terdiam sesaat. Ingatannya kembali ke masa lalu pada seorang gadis kecil yang selalu memakai kalung dengan bentuk liontin dan warna berlian yang sama seperti yang diinfo Arya.

"Irin."
"Irin?" Tanya Arya dengan suara bergetar dan terdiam sesaat.
"Tapi dia sama sekali tidak mirip dengan Irin. Aku tidak bisa membayangkan Irin dewasa akan seperti sosok itu."
"Pak Bram memberikan 1 set perhiasan blue diamond kepada Saras, Mami Irin saat mereka menikah. Saat Saras meninggal dan Irin dibawa kemari, Irin membawa serta perhiasan itu dan selalu memakai kalung berliontin blue diamond dengan bentuk liontin seperti di gambar ini. Di sebalik bingkai liontin, ada ukiran bertuliskan 'my lovely Saraswati'. Itu salah satu blue diamond kualitas terbaik. Pak Bram memesan secara khusus. Banyak gossip yang bilang Pak Bram itu jatuh cinta yang sebener-benernya jatuh cinta kepada Mami Irin, makanya dia memberikan yang terbaik dan termahal."
"Karena itu Tante Diana tidak menyukai Irin?"

Arya baru sadar sedikit sekali yang ia tau tentang Irin. Ia hanya ingat anak kecil bawel yang suka sekali mengikuti kemana ia pergi. Anak kecil yang dengan lantang tanpa malu mengumumkan kepada semua orang di sekitar mereka bahwa dia mencintainya.
Anak kecil yang kemudian mengirimi ia kartu ucapan ulang tahun selama 19 tahun berturut-turut tanpa pernah ia balas.

"Iya dan bukan hanya Diana, Pak Bram juga tidak memperdulikan Irin." Arya terbelalak.
"Kenapa, Irin anak kandungnya kan?"
"Pernikahan mereka hanya bertahan sampai Irin berumur 1 tahun. Entah bagaimana ceritanya, Pak Bram akhirnya tau kalau Saras tidak mencintainya. Saras hanya tertarik dengan kekayaannya."
"Wow..."
"Saras itu cantik sekali. Jadi ada kemungkinan Irin juga akan sangat cantik. Usianya hanya 10 tahun saat kita pergi ke Amerika. Fisik seorang perempuan itu akan banyak berubah mulai saat menginjak usia remaja. Seperti kamu, lupa?" goda Farah sambil tertawa. Arya tersenyum dengan pikiran melayang jauh.
***

Vira menatap Arya yang sedang sibuk menandatangani beberapa dokumen.

"IT expert itu, namanya siapa?"
"Ririn..Aerin Alessandra, nama sebenarnya."
"Kapan dia masuk kerja? I have something to discuss," tanya Arya tanpa melihat ke Vita. Pandangannya hanya tertuju ke isi dokumen yang harus ditandatanganinya.
"Senin, bos."
"I want to meet her at 9-10 am monday."
"Baik, bos." Vita mengambil dokumen yang sudah ditandatanganinya Arya dan keluar ruangan.

Tak beberapa lama, terdengar suara Arya dari Pabx.

"Iya, bos."
"Password to access HRD database."
"Globalforever. G huruf kapital."
"Makasih," ucap Arya sambil tersenyum.

Masuk ke database HRD, Arya mengetik 'Aerin' dan dalam sekejap photo dan data Aerin muncul.

Nama : Aerin Alessandra
Tempat dan tanggal lahir : Surabaya, 17-09-1990
Nama ayah : Broto
Nama ibu : Purnama Sari 2
Pendidikan :
- SD Al Azhar Jakarta
- SMP Al Hikmah Surabaya
- The Royal College of St. Peter Westminster, London.
- Massachusetts Institute of Technology (MIT) Cambridge, Bonton USA. 11

Arya tersenyum, sungguh beruntung Global Cell bisa mempekerjakan seorang lulusan MIT sebagai IT Expert. Lulusan MIT banyak bekerja di perusahaan raksasa teknologi seperti Google, Microsoft, Apple, dan Oracle. Lah yang ini, kenapa bisa nyangkut disini?

Selain itu, sebelum bekerja di Global, Aerin juga sangat aktif mengikuti training-training yang berhubungan dengan hacker dan game designer di berbagai negara. Dari training yang diikutinya, bisa disimpulkan dia bukan IT expert dengan kualitas biasa.
***

Di belahan bumi yang lain, Aerin yang sedang shopping dengan mamanya, berhenti sebentar dari memilih-milih sepatu. Dari 10 menit yang lalu, ada suara notice di hpnya.

Aerin menuju ke sofa yang disediakan khusus buat istirahat saat berbelanja. Setelah memeriksa hpnya, Aerin tersenyum.
Seseorang dari kamar CEO sedang mengakses datanya dari database HRD. Aerin mengecek IP nya dan ia tau itu Arya. Ada kejadian apa di Global, kenapa Arya sampai mengecek datanya?

5 hari cuti, hubungannya dengan kantor emang sengaja diputus total. Seperti pesannya kepada Bagas, tidak boleh menghubungi kalau tidak ada yang urgent. Dan Aerin juga mengoffkan segala chat yang berhubungan dengan Global. Bahkan Mbak Vita yang sangat akrab dengannya pun tidak berani menghubungi karena tidak ada yang sangat urgent.
***

Arya memperhatikan photo Aerin dengan detail, sepertinya kalung berliontin blue diamond itu memang selalu dipakainya. Tak perduli warna bajunya matching apa nggak, kalung itu selalu menghias lehernya.
Sama sekali tidak ada yang mirip dengan Irin kecil. Nama orang tuanya juga berbeda. Dan Arya juga tidak tau apa Irin sebenarnya bernama Aerin? Yang ia tau tentang Irin memang minim sekali.
Arya hanya tau tiba-tiba ada anak kecil cewek yang tinggal di rumah sebelah saat ia berumur 10 tahun dan anak kecil itu bersekolah di TK.
Semua orang memanggilnya Irin, dia sering banget menangis memanggil-manggil 'mami'. Suara tangisnya kencang banget, sampai terdengar ke rumahnya padahal rumah mereka dipisahkan oleh taman samping yang sangat luas.
Mbak Sri, nanny Irin sering membawa Irin saat berkunjung ke rumahnya karena Bik Sakinah, ibu Mbak Sri bekerja sebagai tukang masak di rumahnya.

Sejak saat itu, ia dan Irin menjadi akrab bahkan setelah pulang sekolah Irin pasti akan datang ke rumahnya. Irin selalu mengekor kemanapun ia pergi di sekitar komplek. Karena itu semua temannya di komplek mengenal Irin. Ia tau Irin tidak suka berada di rumahnya karena katanya Tante Diana yang dipanggil mama oleh Irin, tidak menyukainya.

Bersambung #7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER