Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Jumat, 25 Maret 2022

Bukan Sekedar Cinta #8

Cerita Bersambung

Aku menuju kamar, kulihat gawaiku menyala, rupanya ada pesan masuk.
Dari Mas Prayit? Ada apa lagi dia, tak henti-hentinya dia menghubungiku.

Mas Prayit: [Dek Sani, bagaimana kabarmu?]
Me: [Alhamdulillah baik. Ada apa lagi Mas, sudahlah]
Mas Prayit: [Dek Sani, jangan begitu. Apa kamu ndak pingin kita seperti dulu? Aku bersumpah akan setia padamu, aku takkan mengkhianatimu]

Ya Alloh, Mas Prayit kenapa sekarang kamu bersikap seperti ini?
Dulu kehidupan kita sangat bahagia, kita tinggal di desa, nyaman, dekat dengan orangtua, materi tidak kekurangan. Kamu pengusaha padi, kamu pemborong padi, sawah kita banyak, tetapi hanya gara-gara seorang janda, kamu menjanda kan aku.
Kini, kamu ingin kembali.

Mas Prayit: [Dek, kok ndak dibalas]
Me: [Mas, lalu apa yang harus aku lakukan? Aku menikmati pernikahanku Mas, aku ndak bisa menceraikannya]
Mas Prayit: [Dek, pikirkan Refan. Anak kita butuh keluarga utuh. Dia butuh kasih sayang kita, lagipula Khalil itu ndak bisa ngasih keturunan, dia mandul, mau dapat apa kamu dari dia, HARTA?? Untuk harta, aku bisa ngasih ke kamu Dek.]

Kalau dipikir, apa yang dikatakan Mas Prayit memang benar. Anakku baru satu, sedang aku masih produktif, aku ingin memiliki setidaknya 2 atau 3 anak. Lalu, jika aku teruskan dengan Khalil, aku tak memiliki keturunan dari Khalil, Huft.

Me: [Lalu, aku harus bagaimana?]
Mas Prayit: [Yang harus kamu lakukan, kamu itu jangan malu, jangan takut, kamu harus berani dan agresif. Buat dia tertarik padamu agar dia mau pacaran (hubungan suami istri) denganmu. Tunggu hingga 2 bulan, jika kamu ndak kunjung hamil, tuntut dia dan ceraikan dia.]
Me: [Tapi... Aku, aku ndak bisa]
Mas Prayit: [Kamu harus bisa, goda dia, kamu pancing-pancing dia, kamu dandan yang cantik dan seksi, pakai gaun yang seksi. Kamu ada lingerie kan? Pakailah, anggap saja kamu sebagai pelacur. Pelacur untuk suami itu halal.]

Gila, itu ide gila, aku disuruh nggodain batu. Dasar egois, demi niatnya, dia nyuruh aku begitu.
Namun, aku juga sebenarnya dosa, tidak melayani suami dengan baik di ranjang, tapi wong dianya diam saja. Cuma, kemarin dia sempat bilang, kalau dia tidak akan minta haknya sebelum aku mengikhlaskannya.

Ish..
Duh, berarti kalau aku diam, dia tidak akan menyentuhku. Agaknya memang aku harus agresif. Huft baiklah.

Me: [Baiklah Mas. 😪]
Mas Prayit: [Nah gitu, kutunggu dirimu di hatiku. Ruang kosong ini hanya milikmu, takkan kubuka lagi untuk siapapun meski bidadari surga yang meminta. CU..]

Ish, dari dulu gak berubah, lebay banget, gombal. Tapi aku suka, hehehe..
Kubuka lemariku, kucari-cari baju seksi ku, tapi gak ada, perasaan dulu punya, tapi itu dulu saat masih sama Mas Prayit. Sekarang sudah ndak ada, sudah kubuang semua begitu aku cerai. Ehm, kayaknya aku harus aku beli.

*Tok tok tok…*

“Sani, buka pintunya, ini Ummi.”

Owh Ummi rupanya.

“Iya Mi, tunggu.”

Aku melangkah ke pintu, lalu kubuka. Kupersilakan masuk dan kami duduk di sofa kamar.

“Ada apa Ummi.”

Ummi memberikan sesuatu untukku, dia menyerahkan dua buah bingkisan, entah apa itu.

“Sani, ini untukmu. Bingkisan ini Ummi beli saat sebelum kamu pulang kampung kemarin. Sengaja Ummi belikan untukmu sebagai tanda terimakasih karena kamu sudah merawatku dengan baik sampai kesembuhan ku sekarang. Bingkisan ini belum sempat kuberikan ke kamu, kamu sudah kabur. Dan ini satu lagi hadiah pernikahanmu.”
“MasyaAlloh… makasih banyak Ummi, Ummi ndak usah repot-repot.”

Kuterima bingkisan itu, lalu kupeluk Ummi.

“Kalau Khalil macam-macam, bilang saja ke Ummi ya. Baiklah, sekarang Ummi keluar.”

Setelah Ummi keluar, segera kubuka bingkisan itu. Apa ini, penasaran.
Kubuka bungkusan pertama, dan MasyaAlloh, gelang emas 24k seberat 7 gram. Cantik sekali, dihiasi pernak-pernik berlian, pastilah ini mahal. Ehm, makasih Ummi. Aku tersenyum, siapa sih yang ndak senang dapat perhiasan.

Kubuka bungkusan kedua, dan aku terbelalak, MasyaAlloh… apa ini, kenapa bisa kebetulan ya, eh Qodarullah. Sebuah lingerie seksi, keren banget, warna merah maroon dengan bahan menerawang, belahan dada sangat rendah, renda renda hingga ke perut, dan celana ketat menerawang.

Duuh, kayaknya malu banget pake ini, ah, duh pie iki. Mbuh lah, gimana nanti.
***

Menjelang Isya Khalil baru pulang, kudengar deru mobilnya parkir di garasi. Ku sambut dia, kuraih tangannya dan kucium punggung tangannya. Kuambil tasnya, dan aku mengekor di belakangnya berjalan menuju ke kamar, eh tiba-tiba dia berhenti dan

*BRUGG*

Aku menabraknya dan terpental jatuh terjengkang.

“Auw.., sakit, aduuuh...”
Dia tersenyum, lalu terkekeh.
Baru yang kedua kali ini aku melihat dia tertawa. Aku ingat kejadian saat pertama kali bertemu di bundaran depan rumah, waktu itu dia hanya menyeringai dan berlalu. Ih, sial…
Tiba-tiba tangannya diulurkan dan menarikku hingga aku berada dipelukannya.

“Lain kali kalau jalan lihat-lihat, kebiasaan, dasar Udik.”

Aku tersipu.
***

Sesampainya di kamar, dia menuju kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi kemudian duduk di sofa dan membuka laptopnya.

'Apa ndak capek seharian kerja, dirumah kerja lagi.' Segera kutawari makan.
“Mas, kuambil kan makan ya”
Dia menggeleng.

“Tadi sudah makan dikantor.”
“Owh, mau kuambil kan minum? Susu, coklat panas, kopi susu, teh manis hangat, jus alpukat, atau apa?”
Dia memandangku, aku sedikit malu.
“Sejak kapan jadi waiter, aku pesen kopi hitam.”
“Kopi hitamnya ndak ada, adanya kopi susu,” kataku sedikit kecewa.
“Gimana sih, cafenya kurang lengkap, ya udah susu hangat tambah sedikit jahe, biar hangat.”
“Ok”

Aku menuju dapur dan membuatkan susu jahe hangat. Kusandingkan di depan meja sofa, lalu kupersilakan.
Dia masih serius di depan laptop

‘Serius amat, kapan tidurnya. Gimana ini, masak aku yang minta-minta, malu ah.'

Aku ingat pesan Mas Prayit. Aku harus agresif, aku harus dandan cantik dan menarik perhatiannya, aku juga harus pakai-pakaian seksi, aku harus jadi wanita penggoda untuk suamiku, baiklah, malam ini akan kucoba.
Kulihat dia masih serius. Ah, sebaiknya aku mengganti bajuku dengan lingerie pemberian Ummi tadi. Kuambil lingerie ku, lalu alat make up, dan aku menuju ke kamar mandi untuk mengganti pakaianku.
Di kamar mandi, aku mengganti bajuku. Wow, keren sekali. Pas banget lingerie ini, warnanya juga aku suka. Setelah itu, aku merias wajahku, sedikit menor seperti para artis, minyak wangi sedikit menyengat untuk membangkitkan gairah, rambut panjangku kuurai. Hihi Gila, aku terlihat sangat seksi, ini kurang bahan deh kayaknya, belahan dadanya terlalu kebawah, dan sangat menerawang. Duuh, kayaknya aku malu, aku ndak berani. Namun kalau ndak begini, kapan pacarannya. Kutarik nafas ku dan kuberanikan diri.
Setelah aku siap, aku ke luar kamar mandi perlahan. Kulihat dia masih serius di depan laptop.
Aku perlahan berjalan agar dia tidak melihatku. Aku menuju ke belakang sofa.

“Mas, sepertinya capek sekali, aku pijit ya?” Tanyaku dengan nada yang kubuat sedikit genit. Tanpa persetujuannya, langsung kupijit-pijit punggungnya, sepertinya dia merasa enak.

“Pijitanmu lumayan, cocok jadi tukang pijit,” katanya datar.
“Iya, aku rela jadi tukang pijitmu setiap hari.” Rayuku, masih dengan suara genit.

Sepertinya dia agak heran.
“Sepertinya hari ini kamu beda, hemm bau apa ini, kamu mau kondangan? Kok pakai minyak wangi segala.” Tanyanya.

Ih, dia respon. Kok aku deg degan, duh, aku agak gemetaran.
“I, iya, hehe.”

Lalu kupijit bagian pelipisnya, kepalanya mendongak keatas dan melihatku. Karena posisi dia duduk, dan aku berdiri, maka aku kelihatan...
Matanya terbelalak, lalu memutar balik, dan kaget.

“Kau, kau siapa?”
Ih, masih saja bercanda

“Kamu Insani itu kan, si Udik, dari Jawir itu? Tapi kok beda, ini bukan kamu deh,” katanya sambil menahan senyum.

Aku sedikit manyun. Sial aku diledekin.
Lalu aku bergeser dan duduk disampingnya. Dia melihatku dengan heran.
Saatnya kugoda dia.

“Mas,” sambil kuelus dadanya, aku duduk dan merapat. Kupeluk pinggangnya dan kucium pipinya.
Ih, dia kok gak tergoda sih.

“Mas, ngerjain apa sih, mending ngerjain aku” Kataku masih sambil mengelus dadanya.

Gilaa bisa juga aku ngegombal. Eh, dia terlihat tegang. Tapi tiba-tiba dia menurunkan tangannya dan tertawa.

“Udik, udik, kamu lucu, dandanannya seperti ondel-ondel, hahaha..”
Kurang ajar, dandan cantik-cantik gini, dibilang ondel-ondel.

“Uuh…”
Aku ngambek, lalu bangkit menuju tempat tidur dan kututup badanku dengan selimut. Aku tidur dan membelakangi sofa tempat duduk dia.
Malu amat aku, ampun… aku sudah menurunkan harga diriku untuk menggodanya, eh dia ndak respon, dasar batuuuu. Kurang ajar… duuh… malu… misiku gagal.
Tak berapa lama, sepertinya ada yang membuka selimutku, lalu memelukku dari belakang. Melingkarkan tangannya ke perutku, deg deg ser jantungku.
Dia membisikkan ketelingaku, hangat sekali hembusan nafasnya.

“Kamu hari ini cantik sekali hingga aku tak tahan. Tapi aku berusaha menahannya karena takut kamu belum siap.”

Oh Tuhan, sebenarnya dia romantis.
Aku masih di posisi semula.

“Aku suka gayamu dalam menggodaku.”
OMG, dia masih membisikkan kata-kata itu ditelingaku. Aku suka.
“Apakah kamu siap, sayang?”
Aku berbalik, kutatap matanya, lama… lalu aku mengangguk, and than...

Cup.. bibirku dicium dengan lembut, mesra.. aku membalasnya dengan lembut pula. Lalu dia menelusuri keleher dan terus ke bawah. Aku merasa kegelian dan melenguh.
Tak lama kemudian...
"Auw.." agak tersentak aku merasakannya. Sudah satu tahun lebih aku tidak merasakan hal ini.
"Ooh... " aku merasakan desiran seperti tersengat arus listrik yang lembut tapi nikmat yang tak dapat kulukiskan. Cukup lama aliran itu kurasakan sampai akhirnya kudengar Mas Khalil mengakhirinya dengan seruan "Aaghh.."
Alhamdulillah... kami berdua telah melampaui titik puncak bersama.

==========

Aku terjaga, kulihat digawaiku jam 03.00 pagi. Badan terasa pegal-pegal dan berat. Oh, mana pakaianku? Eh, aku baru ingat kalau tadi malem kami… Aku sedikit tersipu. Lebih baik aku mandi jinabat, rasanya risih.
Setelah mandi, aku sholat tahajud dan witir. Sembari nunggu subuh, aku tiduran.
Kupandangi wajah suamiku. Ya Alloh, ternyata meski dia terkesan angkuh, judes dan dingin, tapi dia sangat romantis. Kuelus wajahnya, seharusnya seusia dia, dia sudah memiliki 2 anak atau lebih. Namun Alloh belum mempercayakan.
Dan apakah dengan alasan itu, aku akan meninggalkannya? Tidak, aku tidak mau dan tidak tega.
Tiba-tiba dia melek.

“Sani, kamu sudah bangun?” Tanyanya heran.
“Iya, aku terjaga, badanku terasa pegal-pegal, semalam seperti ada yang mengerjaiku,” kataku sambil nyengir.

Biarinlah, aku sedikit genit, sama suami sendiri.
Dia tersenyum.

“Mau lagi? Mumpung belum subuh, hehe” rayunya.

Aku menunduk malu. Dia memegang tanganku dan menariknya dalam pelukan. Kejadian malam terulang.

Skip ya… author ga kuat, oouwhhhh...
[itu jeritan kecil yang bisa kutuliskan. malu..]

Pas adzan subuh, aku terbangun. Ya Alloh… harus mandi lagi nih, dingin. Biar dia dulu yang mandi, Kubangunkan saja agar tidak telat ke Masjid.

“Sayang… bangun dong, mandi dulu sana.” Kugoyang-goyangkan badannya agar bangun.
Kemudian matanya sedikit melek.
“Cepat amat, jam berapa ini, ehm… badanku pegel semua. Dan rasanya masih ngantuk.”
“Eh, udah adzan, ayo bangun, nanti telat.”

Kupaksa dia bangun. Akhirnya jalan ke kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, dia berteriak.

“Sani, tolong, lupa handuk!”
Aku geleng-geleng kepala.
“Kebiasaan.”

Kuantarkan handuk kekamar mandi, tiba-tiba tanganku ditarik, dan aku masuk ke kamar mandi. Dan...... itu terjadi lagi untuk ketiga kalinya...
Sambil berdiri aku dipaksa untuk melayani suamiku. Tapi aku tak mampu menolaknya, meskipun terasa lelah semalaman.
"oohh..." kurasakan untuk ketiga kalinya setruman listrik yang terasa nikmat.
***

Aku sholat Subuh di rumah, sedang Khalil sholat di Masjid. Kutunggu lama kok ndak pulang-pulang. Tumben, biasanya setelah Subuhan, dia langsung pulang.
Ehm… sehari ini, kami benar-benar telah bersatu. Aku merasa sangat bahagia, entahlah, apa aku mulai mencintainya. Rasanya tak ada alasan untuk membencinya. Dia memperlakukanku sangat lembut dan rasanya tak mungkin aku menuntutnya cerai hanya gara-gara dia tak bisa memberi keturunan.
Pukul 06.00 pagi baru dia kembali. Kusalami tangannya dan kucium punggung tangannya.

“Kok lama, tumben.” Tanyaku penasaran.
“Kenapa, kangen ya?” Jawabnya sambil menarikku kedalam pelukannya.
Ish, ampun deh, apa efek aku yang kegenitan yah, huh…

“Ehm, ya kan biasanya habis Subuh langsung pulang, kan persiapan kerja, belum lagi sarapan.” Jawabku sambil kuelus dadanya yang bidang.
Idih, kok aku jadi agresif gini sih. Gara-gara Mas Prayit nih.

“Kamu lupa ya kalau hari ini hari Sabtu. Kalau Sabtu libur sayang.” Jawabnya sambil mengelus rambutku yang panjang dan basah.
Aku mengangguk.

“Owh, iya, mungkin karena aku ndak sekolah, jadinya lupa, hehe. Oya, yuk sarapan, Simbok sudah mempersiapkannya.” Ajakku.
Dia membopongku dan mendudukkanku di sofa.

“Eh Mas, sudah pagi, nanti malam lagi yah, malu sama Ummi,” kataku.
Dia tertawa…

“Siapa juga yang mau lagi. Eh, nanti siang aku mau ngajak kamu ke butik temenku, katanya lagi banyak diskon.”
“Jihaa, asyikk, belanja.” Aku kegirangan.

Dia senyum.
***

Seperti janjinya, jam 10.00 kami meluncur ke Butik Az-Zahra milik temannya.
Butuh 30 menit untuk sampai. Sepertinya itu butik langganannya.
Sesampainya di sana, aku masuk. Kami disambut seseorang yang aku tidak kenal. Seorang wanita cantik, berjilbab modis. Dia mempersilakan kami masuk. Khalil memperkenalkanku padanya, bahwa aku istrinya. Sepertinya dia paham bahwa kami baru menikah.

“Zahra, kenalkan, ini istriku, namanya Insani.”
Zahra, mengangguk. Rupanya dia namanya Zahra. Mungkin dulu dia sering kesini sama Nyonya Siska.

“Owh ini? Hemmm cantik.” Katanya.

Lalu dia membawaku ke koleksinya. Koleksi baju tidur yang bermacam-macam model. Dia menyuruhku memilih.

“Sani, ambillah yang kamu suka,” kata Khalil.
Aku mendelik. Ya Alloh… keren dan seksi. Bingung…
“Kamu saja yang pilihkan, kamu suka yang mana, kan kamu yang lihat.” Kataku sedikit malu.

Dia menunjuk beberapa lingerie.
Ada hitam, pink dan biru muda. Dia pilihkan 3 buah lingerie untukku dan semuanya kurang bahan, hmm dasar laki-laki, maunya yang seksi-seksi. Tapi seleranya bagus. Ngerti juga dia apa yang ku mau.
Kemudian dia mengajakku ke gamis. Dia juga menyuruhku untuk memilih.

“Mas, ndak usah, aku dah punya baju banyak.”
“Saat kamu nikah, aku belum membawakan seserahan, pilihlah yang kamu mau.”

Yeah, siapa sih yang ndak mau. Ku pilih beberapa gamis dan stelan.
Saat memilih, tiba-tiba kulihat ada seseorang yang kukenal. Nyonya Siska sama Robert? Mau apa dia. Mereka melihatku dan Khalil, lalu mereka berjalan kemari.

“Hallo Mas, apa kabar, ehm kamu masih seperti yang dulu, tapi agak seger dikit.” Kata Siska sembari senyum, dan melirikku heran.
Khalil mengalihkan pandangan, sepertinya agak risih melihat mereka berdua.

“Hai kamu, kamu kan si Sani, ngapain kamu disini, apakah kamu sedang mengawal mantanku?” Tanyanya padaku.
Aku diam, aku masih asyik memilih.

Robert menyela,
“Hai, Khalil, jangan-jangan kalian ada fair ya.”
“Nyonya Siska, Alhamdulillah kami sudah menikah.” Jawabku.
Sontak mereka tertawa.

“Apa, aku tak salah dengar kan?” kata Robert.
“Apa gak salah, kamu cantik, manis, muda, kok mau-maunya nikah sama laki-laki seperti Khalil, sayang sekali.” Lanjutnya lagi.
“Apaan sih kamu Robert. Cantik kan gue lah,” kata Siska sedikit manyun.
Lalu memandangku,
“Sani, aku gak salah dengar kan?”
“Saya ulangi Nyonya, saya sudah menikah dengan Mas Khalil, iya kan Mas,” kataku sambil melirik Mas Khalil dan mengedipkan satu mata.
“Sani cantik, ngapain sih Lo nikah ma laki-laki macam dia, tajir sih iya, tapi zonk. Mendingan ma gue, hahaha.”

*Plak*

Aku tak dapat menahan tanganku untuk tidak menamparnya. Aku masih ingat penghinaannya dulu pada Khalil saat ketahuan selingkuh.

“Ini hukuman untukmu Robert.” Kataku sambil melotot.
“Lancang kamu Sani, beraninya kamu nampar cowok gue.” Kata Siska memandang ke arahku.

Aku tak peduli.
“Mas, kita pergi aja yuk, aku males ketemu mereka.”

Aku menggandeng Khalil dan menuju ke kasir.
Namun Siska mencegahku.

“Tunggu wanita kampung,” kata Siska.
Kami menghentikan langkah.
“Siska, cukup! Aku muak melihat tingkahmu.” Kata Khalil.

Kami melanjutkan langkah, tapi dicegat.
“Oooh… jadi kamu sudah tergila-gila sama orang kampung itu?” Kata Siska.
“Bukan urusanmu! Urus saja pacarmu!”
Sepertinya Khalil marah.
“Sani, kamu tak tahu diri. Dulu aku yang menerimamu, sekarang malah kamu nikahi majikan mu,” kata Siska.

Aku heran, kenapa dia bicara begitu.
“Hey Nyonya, apa maksud Anda? Apakah Anda menyesal meninggalkan Mas Khalil? Kukatakan ya Nyonya, Anda itu bodoh karena meninggalkannya, pasti suatu hari, Anda akan menyesal!” Kataku.

Kuberanikan bicara begitu untuk menggertaknya, tapi kurasa, aku juga gak salah bicara seperti itu karena sebenarnya Khalil itu laki-laki yang baik.

“Eh, jangan sembarangan ya, sorry, gak ada penyesalan untuk seorang Siska, buat apa melanjutkan pernikahan dengan laki-laki tak berguna.” Ucap Siska.

*Plakk!*

“Itu balasan untuk Anda Nyonya, sudah lama tanganku gatal. Anda kira saya ndak tahu kejadian malam itu?? Saya lihat semua, andai saat itu saya berani, mulut Anda sudah saya tonjok!”

Aku berbalik dan bersama Khalil keluar butik setelah membayar lingerie, aku tak peduli dengan Siska dan pacarnya. Aku Ndak jadi beli gamis.
Astaghfirullah, ada orang sombong banget gitu ya.
***

=Dua bulan kemudian…=

*Kringg…*

Gawaiku berbunyi, dari Ibu.
‘Assalaamualaikum… iya Bu, apa kabar?’ Tanyaku.
_‘Waalaikumsalam… Sani, ehm, kamu jangan cemas ya, sekarang Refan sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit.’_

Deg, serasa jantungku mau copot. Mendadak lemas otot tangan dan kaki, aku menangis…

‘Ibu, Refan sakit apa, sudah berapa lama.’ Aku tergugu.
_‘Maafkan Ibu, Sani, sebenarnya Ibu ndak mau bilang ke kamu, khawatir mengganggumu, tapi Refan selalu menanyakanmu.’_

Aku semakin lemas

‘I, Ibu… ma mana Refan’
_‘Ada didalam ruangan, kamu tenang saja, sudah ditangani dokter. Dia kena DBD, sudah tiga hari dirawat.’_
‘Baik Bu, aku pulang.’

Kututup telponnya, aku seperti linglung. Aku bingung, ya Alloh Refan, kamu anakku satu-satunya…

Bersambung #9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER