Ruangan IT ramai sore itu, Aerin berdiri di depan staf IT yang semuanya cowok.
"Ingat, selama aku cuti... gak ada yang boleh nyenggol-nyenggol kita. Kalau ada sedikit aja yang aneh, pantau terus. Okay?"
"Siap, bos," jawab Bagas dan lainnya penuh semangat. Belakangan ini emang banyak black hacker yang mencoba nyenggol sistem software Global, makanya Aerin giat banget meningkatkan kapasitas anggotanya.
"Aku belum tau akan berada dimana selama 1 minggu cuti, so in case of emergency...kalian boleh hubungi aku kalau gangguannya sudah di level 5. Ingat, hanya kalau sudah di level 5! Itupun aku sangat berharap no one call me. Okay?"
"Siap bos."Aerin tersenyum puas. "So, malam ini kita lembur. Kalian mau dinner apa?"
Wajah-wajah di hadapannya tersenyum girang.
"Mario, handle dinner! Order apa aja yang kalian suka." Aerin mengeluarkan kartu debit dari dompetnya.
"Asyeek..." Mario langsung mengambil kartu debit dari tangan Aerin.
Aerin emang terkenal sangat pemurah... duitnya gak pernah habisnya. Sampai sekarang, sumber duit yang dimiliki Aerin sebenarnya sering jadi bahasan umum staf Global, selain tentu saja tentang keindahan sosoknya.
Aerin mengendarai Range Rover Sport yang harganya milyaran, sementara Pak Rasyid sang CEO hanya mengendarai Toyota New Camry. Aerin juga tinggal di perumahan mewah, yang harga tanah per meternya wow banget. Pakaian yang dikenakannya pun, brandnya bikin mata mendelik.
Ada yang bilang, Aerin bekerja sampingan sebagai hacker international yang dibayar mahal untuk setiap serangan software yang diselamatkannya. Banyak gosip tentang itu, tapi tidak ada yang berani bertanya langsung.
***
--- I'm a big big girl, in a... ---
Aerin terbangun dari tidurnya. Masih jam 6 pagi, siapa gerangan yang menelpon? Begitu melihat ke nama yang muncul di hpnya, ia mengernyitkan dahi.
"Tante, ini masih terlalu pagi."
"Irin sayang..."
"Aku baru tidur 3 jam loh...ntar telpon lagi, okay?"
"Sorry sayang. Dengerin tante sebentar aja. Sahabat almarhumah mami kamu, Tante Rossa, hari ini ulang tahun dan dia ngundang kamu datang. Kamu masih ingat rumahnya kan? Jumpa disana pukul 7 malam, ya?"
Kalau Tante Mirna, adik almarhumah mami, sudah memberi perintah, Aerin segan banget untuk menolak.
"Baiklah, see you there."
"Jangan lupa kado dan buket bunga. Tante Rossa suka Lily, kamu masih ingat?"
"Iya, tante. Aku tidur lagi ya, bye."
"Baiklah, see you there."
"Jangan lupa kado dan buket bunga. Tante Rossa suka Lily, kamu masih ingat?"
"Iya, tante. Aku tidur lagi ya, bye."
Mirna menarik napas panjang. Ia masih sangat mengkhawatirkan Aerin walaupun Aerin sudah sangat dewasa dan sudah sangat mandiri dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
Hubungan Aerin dengan keluarga besar papanya masih jauh dari kata harmonis. Saudara sedarahnya belum menerima keberadaan Aerin, apalagi sang mama tiri.
Mirna tahu betul, sosok Aerin yang terlihat begitu sempurna di mata orang lain...sebenarnya adalah sosok yang sangat kesepian, sosok yang banyak memendam kesedihan.
***
Andy masuk ke ruangan IT sambil menenteng shopping bag bertuliskan Chanel di tangan kirinya, sementara di tangan kanan menenteng buket bunga lily kuning yang cantik banget.
"Ririn, mana?"
"Lagi sarapan, mas. Di balkon." Andy melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 11 siang.
"Kalian lembur?"
"Iya," jawab Bagas sambil menguap.
"Good job." Andy menepuk bahu Bagas sebelum menuju ke balkon.
Sosok yang dicarinya tampak lahap banget menyantap lontong pecal dengan segelas teh manis. Aerin melihat siapa yang datang.
"Siang, mas. Waah...ada kiriman buat aku kah?"
Andy tersenyum.
Di Global, emang Aerin yang paling sering mendapat kiriman hadiah entah dari siapa aja. Paling sering buket bunga mawar. Saking seringnya, kalau ada buket bunga yang datang, resepsionis bisa langsung ambil buat hiasan di vas bunga, tanpa perlu lagi memberitahukan kepada Aerin. Memberitahukan kepada Aerin nama pengirim buket, sia-sia saja karena Aerin tidak akan ingat itu siapa.
"Dari Tante Mirna."
"Oh, itu buat acara ntar malam. Sahabat almarhumah mamiku ulang tahun. Tante Mirna pasti khawatir aku ogah datang, makanya dia kirim buket dan baju buat ke pesta."
Andy tertawa. "Kamu emang spesial banget ya."
Aerin ikutan tertawa.
Mas Andy mengenal Tante Mirna. Di awal-awal Aerin berkerja di Global, Tante Mirna sering singgah.
Hubungan Aerin dengan keluarga besar papanya masih jauh dari kata harmonis. Saudara sedarahnya belum menerima keberadaan Aerin, apalagi sang mama tiri.
Mirna tahu betul, sosok Aerin yang terlihat begitu sempurna di mata orang lain...sebenarnya adalah sosok yang sangat kesepian, sosok yang banyak memendam kesedihan.
***
Andy masuk ke ruangan IT sambil menenteng shopping bag bertuliskan Chanel di tangan kirinya, sementara di tangan kanan menenteng buket bunga lily kuning yang cantik banget.
"Ririn, mana?"
"Lagi sarapan, mas. Di balkon." Andy melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 11 siang.
"Kalian lembur?"
"Iya," jawab Bagas sambil menguap.
"Good job." Andy menepuk bahu Bagas sebelum menuju ke balkon.
Sosok yang dicarinya tampak lahap banget menyantap lontong pecal dengan segelas teh manis. Aerin melihat siapa yang datang.
"Siang, mas. Waah...ada kiriman buat aku kah?"
Andy tersenyum.
Di Global, emang Aerin yang paling sering mendapat kiriman hadiah entah dari siapa aja. Paling sering buket bunga mawar. Saking seringnya, kalau ada buket bunga yang datang, resepsionis bisa langsung ambil buat hiasan di vas bunga, tanpa perlu lagi memberitahukan kepada Aerin. Memberitahukan kepada Aerin nama pengirim buket, sia-sia saja karena Aerin tidak akan ingat itu siapa.
"Dari Tante Mirna."
"Oh, itu buat acara ntar malam. Sahabat almarhumah mamiku ulang tahun. Tante Mirna pasti khawatir aku ogah datang, makanya dia kirim buket dan baju buat ke pesta."
Andy tertawa. "Kamu emang spesial banget ya."
Aerin ikutan tertawa.
Mas Andy mengenal Tante Mirna. Di awal-awal Aerin berkerja di Global, Tante Mirna sering singgah.
"Oh ya, kamu sudah hand over kerjaan kamu selama cuti kan?"
"Sudah, mas. Don't worry! Bagas itu calon the next IT Expert. Dia hanya perlu sedikit lagi lebih familiar dengan yang biasa aku kerjakan. Oh ya, aku mau discuss sesuatu. Are you free?" Andy mengangguk.
"Kita ke ruangan Mas Andy aja, sebentar aku ambil dokumennya."
Bagas melihat keduanya yang melangkah ke pintu. Ia mendengar dengan jelas saat Aerin membanggakannya. Ia memang mendapat banyak sekali support dari Aerin.
Aerin itu tipe bos yang sangat percaya dengan kemampuan bawahannya. Kapasitas staf IT melesat jauh sejak Aerin bergabung di Global. Dan Aerin juga berhasil mengubah staf IT yang dulunya terkenal jutek dan kuper, menjadi staf yang sangat dominan di Global.
***
"So, ada apa?" Andy menatap wajah cantik di depannya.
"Aku hanya ingin Mas Andy untuk aware aja, ada kemungkinan besar saat aku balik dari cuti ntar...aku akan submit resignation letter sesuai dengan pembicaraan awal kita dulu."
"Sudah, mas. Don't worry! Bagas itu calon the next IT Expert. Dia hanya perlu sedikit lagi lebih familiar dengan yang biasa aku kerjakan. Oh ya, aku mau discuss sesuatu. Are you free?" Andy mengangguk.
"Kita ke ruangan Mas Andy aja, sebentar aku ambil dokumennya."
Bagas melihat keduanya yang melangkah ke pintu. Ia mendengar dengan jelas saat Aerin membanggakannya. Ia memang mendapat banyak sekali support dari Aerin.
Aerin itu tipe bos yang sangat percaya dengan kemampuan bawahannya. Kapasitas staf IT melesat jauh sejak Aerin bergabung di Global. Dan Aerin juga berhasil mengubah staf IT yang dulunya terkenal jutek dan kuper, menjadi staf yang sangat dominan di Global.
***
"So, ada apa?" Andy menatap wajah cantik di depannya.
"Aku hanya ingin Mas Andy untuk aware aja, ada kemungkinan besar saat aku balik dari cuti ntar...aku akan submit resignation letter sesuai dengan pembicaraan awal kita dulu."
Andy yang kaget, tanpa sadar membuka mulutnya. Tapi wajah Aerin tampak serius banget.
"No...no, no way, impossible! Kamu tidak mungkin resign, kamu sudah sangat betah bekerja disini."
"Yes, tapi kita sudah membicarakan kondisi ini di awal aku bekerja. Aku punya jangka waktu bisa bekerja disini karena aku punya janji lain yang harus aku penuhi."
"No...no, no way, impossible! Kamu tidak mungkin resign, kamu sudah sangat betah bekerja disini."
"Yes, tapi kita sudah membicarakan kondisi ini di awal aku bekerja. Aku punya jangka waktu bisa bekerja disini karena aku punya janji lain yang harus aku penuhi."
Andy menatap Aerin dengan pandangan yang masih tak percaya. Memang mereka sudah menyutujui syarat yang diajukan Aerin sebelum bergabung di Global.
"Ririn..."
"I'm sorry. I have to," ucap Aerin sangat serius.
"Global tidak perlu mencari penggantiku, dengan kekuatan sistem software yang aku buat, sudah cukup Bagas ngelead IT Team. Bagas hanya perlu mendapat beberapa training yang lebih spesifik dan waktu berlatih yang lebih banyak. So...."
Aerin menyodorkan sebuah dokumen ke hadapan Andy.
"Salah satunya ini, short course 3 bulan di NUS Singapore, trainernya salah satu professorku di MIT dan aku pernah jadi assistant trainer sebelum bergabung dengan Global." Andy membaca dokumen yang disodorkan Aerin.
"Aku ingin Mas Andy mengapprove ini sebelum CEO baru bekerja karena kita tidak tau peraturan baru apa lagi ntar yang berlaku . Can you help me?"
"I will think about it, okay?"
"Saat aku balik dari cuti, dokumen ini sudah Mas Andy signed dan sudah ada di HR, okay?"
"I'm sorry. I have to," ucap Aerin sangat serius.
"Global tidak perlu mencari penggantiku, dengan kekuatan sistem software yang aku buat, sudah cukup Bagas ngelead IT Team. Bagas hanya perlu mendapat beberapa training yang lebih spesifik dan waktu berlatih yang lebih banyak. So...."
Aerin menyodorkan sebuah dokumen ke hadapan Andy.
"Salah satunya ini, short course 3 bulan di NUS Singapore, trainernya salah satu professorku di MIT dan aku pernah jadi assistant trainer sebelum bergabung dengan Global." Andy membaca dokumen yang disodorkan Aerin.
"Aku ingin Mas Andy mengapprove ini sebelum CEO baru bekerja karena kita tidak tau peraturan baru apa lagi ntar yang berlaku . Can you help me?"
"I will think about it, okay?"
"Saat aku balik dari cuti, dokumen ini sudah Mas Andy signed dan sudah ada di HR, okay?"
Aerin mengerdipkan sebelah matanya dengan tersenyum menggoda yang bikin pria meleleh. Andy menarik napas panjang.
"You are the real devil." Aerin tertawa geli.
"You are the best, brother."
"You are the real devil." Aerin tertawa geli.
"You are the best, brother."
Aerin bangkit menuju ke posisi Andy dan tanpa diduga memeluk Andy.
"Thank you, Mas Andy." Aerin melepaskan pelukannya. Andy hanya bisa menatapnya dengan pandangan pura-pura sebel.
"Seandainya ada cara untuk bisa kuat menolak permintaan kamu..." Aerin tertawa.
Hubungannya dengan Mas Andy sudah seperti saudara walaupun Aerin tidak pernah berbagi cerita tentang keluarganya. Mas Andy bisa membuat ia merasa mempunyai kakak laki-laki. Sebenarnya ia punya 2 kakak laki-laki, tapi hubungan mereka dipisahkan dengan kisah masa lalu yang cukup rumit.
***
Siulan menggoda terdengar riuh saat Aerin keluar dari kamar istirahatnya di ruangan IT. Sosok Aerin yang bergaun hitam diatas lutut, sungguh sangat menggoda. Gaun hitam dengan bagian transparan di bagian dada atas ke lengan atas dan sedikit di bagian paha...bikin mata tak bisa berpaling.
Rambut ikalnya diikat rapi, anting-anting berlian berwarna biru berbentuk oval yang dikenakannya membuat wajah Aerin yang bermake up tipis dan berlipstik pink tipis, tampak sangat berkilau.
Tak ketinggalan kalung emas putih berbandul berlian warna senada yang tak pernah lepas dari lingkaran leher Aerin. Aksesoris lain hanya dompet mungil berwarna silver dan high heels berwarna hitam kombinasi silver. Gaun yang dikenakannya berpotongan sangat sederhana tapi semua tahu itu gaun mahal.
Aerin tertawa kecil. "Aku gak balik lagi ke kantor, so sampai jumpa setelah cuti ya. Work hard and smart, okay?"
"Siap, mbak..."
"Love you all, bye bye..." Aerin keluar dari ruangan.
"Aaaah, aku gak kuat nahan godaan..." protes Mario yang membuat semuanya tertawa ngakak.
Aerin itu seperti mood booster, kalau pikiran udah buntu...anak-anak IT cukup ngelirik sang goddess. Kerja jadi otomatis semangat lagi.
==========
Kediaman Tante Rossa sudah mulai ramai saat Aerin tiba. Setiap tahun setelah ia bekerja di Jakarta, menghadiri pesta ulang tahun Tante Rossa adalah agenda wajib.
Tante Rossa sangat populer di kalangan sosialita karena sosoknya yang dermawan dan juga sangat baik. Ia punya banyak yayasan sosial dan aktif mensupport anak-anak kurang mampu untuk mendapat pendidikan terbaik.
Begitu sosok Aerin masuk ke ballroom, semua mata otomatis mengamatinya. Aerin tersenyum ramah sambil say hello ke beberapa sosok yang dikenalnya. Ia memang jarang sekali hadir di acara seperti ini.
"Seandainya ada cara untuk bisa kuat menolak permintaan kamu..." Aerin tertawa.
Hubungannya dengan Mas Andy sudah seperti saudara walaupun Aerin tidak pernah berbagi cerita tentang keluarganya. Mas Andy bisa membuat ia merasa mempunyai kakak laki-laki. Sebenarnya ia punya 2 kakak laki-laki, tapi hubungan mereka dipisahkan dengan kisah masa lalu yang cukup rumit.
***
Siulan menggoda terdengar riuh saat Aerin keluar dari kamar istirahatnya di ruangan IT. Sosok Aerin yang bergaun hitam diatas lutut, sungguh sangat menggoda. Gaun hitam dengan bagian transparan di bagian dada atas ke lengan atas dan sedikit di bagian paha...bikin mata tak bisa berpaling.
Rambut ikalnya diikat rapi, anting-anting berlian berwarna biru berbentuk oval yang dikenakannya membuat wajah Aerin yang bermake up tipis dan berlipstik pink tipis, tampak sangat berkilau.
Tak ketinggalan kalung emas putih berbandul berlian warna senada yang tak pernah lepas dari lingkaran leher Aerin. Aksesoris lain hanya dompet mungil berwarna silver dan high heels berwarna hitam kombinasi silver. Gaun yang dikenakannya berpotongan sangat sederhana tapi semua tahu itu gaun mahal.
Aerin tertawa kecil. "Aku gak balik lagi ke kantor, so sampai jumpa setelah cuti ya. Work hard and smart, okay?"
"Siap, mbak..."
"Love you all, bye bye..." Aerin keluar dari ruangan.
"Aaaah, aku gak kuat nahan godaan..." protes Mario yang membuat semuanya tertawa ngakak.
Aerin itu seperti mood booster, kalau pikiran udah buntu...anak-anak IT cukup ngelirik sang goddess. Kerja jadi otomatis semangat lagi.
==========
Kediaman Tante Rossa sudah mulai ramai saat Aerin tiba. Setiap tahun setelah ia bekerja di Jakarta, menghadiri pesta ulang tahun Tante Rossa adalah agenda wajib.
Tante Rossa sangat populer di kalangan sosialita karena sosoknya yang dermawan dan juga sangat baik. Ia punya banyak yayasan sosial dan aktif mensupport anak-anak kurang mampu untuk mendapat pendidikan terbaik.
Begitu sosok Aerin masuk ke ballroom, semua mata otomatis mengamatinya. Aerin tersenyum ramah sambil say hello ke beberapa sosok yang dikenalnya. Ia memang jarang sekali hadir di acara seperti ini.
Dulu Tante Mirna suka sekali memaksanya untuk hadir di acara-acara seperti ini tapi ia selalu menolak. Tante Mirna ingin ia mengenal banyak orang penting dan tentu saja menemukan jodohnya di kesempatan seperti ini.
"Hai, kamu datang juga."
Seorang pria ganteng berjas hitam rapi dengan dasi warna maroon, menghampirinya. Aerin tersenyum dengan pikiran jungkir balik, mencoba mengingat siapakah pria ini?
"Hai, apa kabar?" sapanya, menyembunyikan kekikukannya karena tak bisa mengingat siapa pria ini.
"Hai, apa kabar?" sapanya, menyembunyikan kekikukannya karena tak bisa mengingat siapa pria ini.
Pria itu tertawa kecil melihat ekspresi Aerin yang sangat menggemaskan.
"Kamu pasti tidak ingat aku."
"Kamu pasti tidak ingat aku."
Aerin mendelik, lalu tertawa.
"I'm sorry. Aku memang lemah banget mengingat wajah pria."
"Renno, anaknya Tante Rossa."
"Aaaah...sekarang aku ingat, kita pernah jumpa tahun lalu disini juga kan?" Renno menggeleng.
"Kita pernah jumpa tahun lalu disini, iya. Tapi 1 minggu yang lalu, kita juga jumpa di Gusto Resto dan aku kirimin kamu tiramisu cake." Aerin jadi ngerasa bersalah banget.
"You are really something. Gimana kamu bisa lupa wajah seganteng aku?" Protes Renno agak-agak sebel.
"Sorry. Next time ketemuan, pasti aku yang akan nyapa duluan." Aerin tersenyum semanis mungkin.
Renno menatapnya tanpa berkedip. Tahun lalu saat mamanya mengenalkan ia pada Aerin, ia tau kalau ia jatuh hati pada pandangan pertama. Tapi reaksi Aerin saat itu sangat biasa, tidak menampakkan ketertarikan sedikitpun. Dan itu membuatnya patah hati.
Saat itu ia berpikir pasti Aerin sudah mempunyai pria yang dicintainya. Tidak mungkin wanita secantik dan semenarik Aerin belum punya pasangan.
"Renno, anaknya Tante Rossa."
"Aaaah...sekarang aku ingat, kita pernah jumpa tahun lalu disini juga kan?" Renno menggeleng.
"Kita pernah jumpa tahun lalu disini, iya. Tapi 1 minggu yang lalu, kita juga jumpa di Gusto Resto dan aku kirimin kamu tiramisu cake." Aerin jadi ngerasa bersalah banget.
"You are really something. Gimana kamu bisa lupa wajah seganteng aku?" Protes Renno agak-agak sebel.
"Sorry. Next time ketemuan, pasti aku yang akan nyapa duluan." Aerin tersenyum semanis mungkin.
Renno menatapnya tanpa berkedip. Tahun lalu saat mamanya mengenalkan ia pada Aerin, ia tau kalau ia jatuh hati pada pandangan pertama. Tapi reaksi Aerin saat itu sangat biasa, tidak menampakkan ketertarikan sedikitpun. Dan itu membuatnya patah hati.
Saat itu ia berpikir pasti Aerin sudah mempunyai pria yang dicintainya. Tidak mungkin wanita secantik dan semenarik Aerin belum punya pasangan.
"Ayo, aku antar ke mama."
Tanpa basa-basi Renno menarik lembut tangan Aerin dan menuntunnya ke ruangan lain. Aerin tidak protes, mengikuti Renno di tengah hujaman pandangan cemburu dari gadis-gadis yang mereka lewati.
***
Tante Rossa dan beberapa tante lain yang dikenalnya sedang bernostalgia di ruangan kecil. Begitu melihat sosok yang baru masuk, mereka saling memandang.
"Oh my God. Kamu...oh, give me a big hug." Aerin memeluk Tante Rossa dengan erat.
"Happy birthday, tante. Stay healthy, happy and all the best for you and your family," ucap Aerin tulus sambil mengecup lembut pipi wanita sahabat almarhumah maminya.
"Waah...acara reuni nih. Aku cabut dulu, see you Aerin."
***
Tante Rossa dan beberapa tante lain yang dikenalnya sedang bernostalgia di ruangan kecil. Begitu melihat sosok yang baru masuk, mereka saling memandang.
"Oh my God. Kamu...oh, give me a big hug." Aerin memeluk Tante Rossa dengan erat.
"Happy birthday, tante. Stay healthy, happy and all the best for you and your family," ucap Aerin tulus sambil mengecup lembut pipi wanita sahabat almarhumah maminya.
"Waah...acara reuni nih. Aku cabut dulu, see you Aerin."
Aerin membalas lambaian Renno yang melangkah ke luar ruangan.
"Tante mau dipeluk juga..." protes Tante Anke, sahabat maminya yang lain.
"Tante mau dipeluk juga..." protes Tante Anke, sahabat maminya yang lain.
Aerin tersenyum dan memeluk Tante Anke yang tampak semakin tua karena pengobatan kanker payudara yang sedang dijalaninya. Pelukan berlanjut ke Tante Mariska yang awet muda di usianya yang hampir 55 tahun.
"Oh my darling. Sudah punya calon suami?" goda Tante Mariska dengan senyum menggoda.
"Oh my darling. Sudah punya calon suami?" goda Tante Mariska dengan senyum menggoda.
Aerin tertawa. Tante Mariska selalu akan bertanya itu.
Saat ia masih remaja dulu, pertanyaannya adalah 'Sudah punya pacar?' Saat ia menjadi gadis dewasa, pertanyaannya berganti menjadi 'Sudah punya calon suami?'
"Aerin, kamu sudah jadi wanita dewasa sekarang. Sudah cukup umur untuk memikirkan pernikahan."
Saat ia masih remaja dulu, pertanyaannya adalah 'Sudah punya pacar?' Saat ia menjadi gadis dewasa, pertanyaannya berganti menjadi 'Sudah punya calon suami?'
"Aerin, kamu sudah jadi wanita dewasa sekarang. Sudah cukup umur untuk memikirkan pernikahan."
Tante Anke menatap Aerin dengan serius.
"Kami semakin menua, kami ingin melihat kamu menemukan pria yang kamu cintai dan melihat kamu menikah," sambung Tante Rossa sambil melingkarkan tangannya memeluk bahu Aerin.
"Sebagai seorang wanita dewasa, kamu sangat cantik dan menarik. Kamu harus sangat bijaksana karena memiliki kelebihan itu. You got what I meant?" Tanya Tante Anke sambil mengenggam tangan Aerin.
"Kami tidak mau kamu berakhir seperti mami kamu. Cukup mami kamu saja."
"Kami semakin menua, kami ingin melihat kamu menemukan pria yang kamu cintai dan melihat kamu menikah," sambung Tante Rossa sambil melingkarkan tangannya memeluk bahu Aerin.
"Sebagai seorang wanita dewasa, kamu sangat cantik dan menarik. Kamu harus sangat bijaksana karena memiliki kelebihan itu. You got what I meant?" Tanya Tante Anke sambil mengenggam tangan Aerin.
"Kami tidak mau kamu berakhir seperti mami kamu. Cukup mami kamu saja."
Mata Aerin berkaca-kaca mengingat cerita sedih tentang almarhumah maminya. Aerin mengangguk.
"Jangan khawatir, tante. Aku pastikan dan aku berjanji pada tante semua, aku tidak akan seperti mami. Bagiku juga, cukup mami saja yang punya garis nasib seperti itu. Aku hanya akan menikah dengan pria yang benar-benar aku cintai. Aku tidak tertarik dengan gemerlapnya harta," janji Aerin dengan sangat yakin.
"Kamu tahu sayang, kami selalu ada buat kamu. Kamu punya banyak mami yang siap mensupport kamu. Jangan merasa sendirian dan jangan menjauh dari kami." Aerin mengerti banget maksud nasehat Tante Rossa.
"Jangan khawatir, tante. Aku pastikan dan aku berjanji pada tante semua, aku tidak akan seperti mami. Bagiku juga, cukup mami saja yang punya garis nasib seperti itu. Aku hanya akan menikah dengan pria yang benar-benar aku cintai. Aku tidak tertarik dengan gemerlapnya harta," janji Aerin dengan sangat yakin.
"Kamu tahu sayang, kami selalu ada buat kamu. Kamu punya banyak mami yang siap mensupport kamu. Jangan merasa sendirian dan jangan menjauh dari kami." Aerin mengerti banget maksud nasehat Tante Rossa.
Selama ini ia memang tampak ogah-ogahan untuk bertemu sahabat almarhumah maminya. Hubungan mereka seringkali satu arah dan dia menjadi pihak yang pasif dalam menjalin hubungan dengan mereka.
Bukan karena ia tidak menyukai mereka. Sering bertemu dengan mereka hanya akan membuatnya mengingat kisah tragis maminya, dan itu membuatnya sedih.
***
Bukan karena ia tidak menyukai mereka. Sering bertemu dengan mereka hanya akan membuatnya mengingat kisah tragis maminya, dan itu membuatnya sedih.
***
Pesta masih berlangsung, yang hadir semakin ramai. Tadi Aerin sempat ketemu Tante Mirna, say hello sebentar sebelum sang tante harus mendampingi Om Nando, suaminya untuk menyapa undangan.
Aerin mengambil segelas cocktail dan melangkah ke balkon di bagian belakang ball room, yang seperti tahun-tahun sebelumnya tidak akan ada tamu yang akan melangkah kesana. Aerin suka pemandangan malam dari balkon belakang.
Aerin mengambil segelas cocktail dan melangkah ke balkon di bagian belakang ball room, yang seperti tahun-tahun sebelumnya tidak akan ada tamu yang akan melangkah kesana. Aerin suka pemandangan malam dari balkon belakang.
Dari kejauhan tampak cahaya lampu dari hutan buahnya Tante Rossa yang rimbun banget. Kediaman Tante Rossa memang asri banget. Ada rumah mewah di bagian depan dengan halaman belakang yang sangat luas yang ditanami banyak pohon buah-buahan yang sudah besar-besar. Itu seperti hutan buatan. Bahkan Tante Rossa punya villa berkonstruksi kayu di tengah hutan buah-buahan itu.
Pembicaraan bersama ketiga tante tadi masih terngiang-giang di telinga Aerin. Kalau ia mengikuti jejak almarhumah maminya, ia tidak akan melajang sampai umur segini. Kisah cinta maminya dan papa bisa dibilang penuh intrik. Maminya jatuh cinta pada pria kaya yang sudah beristri dan mempunyai anak.
Dari cerita Tante Mirna, Aerin tahu kalau sebenarnya mami tidak mencintai papa. Mami hanya tertarik dengan kekayaan papa tanpa berpikir panjang tentang orang-orang yang tersakiti karena pernikahan mereka.
Tentu saja mami tidak sepenuhnya salah. Pernikahan antara pria dewasa dan wanita dewasa hanya akan terjadi karena kedua belah pihak memang setuju untuk menikah.
Pernikahan yang didasari cinta sebelah pihak itu, hanya bertahan sampai ia berumur 1 tahun. Papa menceraikan mami karena pada akhirnya papa sadar bahwa mami menikahinya hanya karena harta.
Mami kemudian menikah kembali dengan pria yang benar-benar dicintainya, tapi kebahagian mami tidak lama. 3 tahun setelah menikah, tepatnya saat ia berumur 5 tahun, Mami meninggal karena asam lambung akut yang dideritanya sejak lama.
Dari cerita Tante Mirna, Aerin tahu kalau sebenarnya mami tidak mencintai papa. Mami hanya tertarik dengan kekayaan papa tanpa berpikir panjang tentang orang-orang yang tersakiti karena pernikahan mereka.
Tentu saja mami tidak sepenuhnya salah. Pernikahan antara pria dewasa dan wanita dewasa hanya akan terjadi karena kedua belah pihak memang setuju untuk menikah.
Pernikahan yang didasari cinta sebelah pihak itu, hanya bertahan sampai ia berumur 1 tahun. Papa menceraikan mami karena pada akhirnya papa sadar bahwa mami menikahinya hanya karena harta.
Mami kemudian menikah kembali dengan pria yang benar-benar dicintainya, tapi kebahagian mami tidak lama. 3 tahun setelah menikah, tepatnya saat ia berumur 5 tahun, Mami meninggal karena asam lambung akut yang dideritanya sejak lama.
Keluarga papa membawanya secara paksa dari keluarga mami. Sejak saat itu ia tinggal bersama papa, Mama Diana istri papa dan 2 orang anak laki-laki papa, Mas Chandra dan Mas Ricky. Tapi hanya sedikit orang-orang di sekitar keluarga papa yang tau tentang keberadaannya. Mama Diana, istri pertama papa, masih belum menerimanya secara ikhlas Makanya ia seperti anak yang disembunyikan keberadaannya.
Hubungan Aerin dengan papa kandungnya juga tidak dekat. Mereka hanya berbicara seperlunya. Hanya Oma Nana, almarhumah ibu papa yang sempat sangat dekat dengan dirinya. Oma pernah bilang, papa masih merasa sangat marah dengan perlakuan mami kepadanya. Jadi saat papa melihat Aerin, itu akan selalu mengingatkannya akan mami. Begitu juga Mama Diana, saat mama melihat Aerin, itu akan selalu mengingatkannya kepada wanita yang telah merebut suaminya dan hampir membuat keluarganya berantakan.
Aerin memyeka air mata yang mengalir di pipinya.
Hubungan Aerin dengan papa kandungnya juga tidak dekat. Mereka hanya berbicara seperlunya. Hanya Oma Nana, almarhumah ibu papa yang sempat sangat dekat dengan dirinya. Oma pernah bilang, papa masih merasa sangat marah dengan perlakuan mami kepadanya. Jadi saat papa melihat Aerin, itu akan selalu mengingatkannya akan mami. Begitu juga Mama Diana, saat mama melihat Aerin, itu akan selalu mengingatkannya kepada wanita yang telah merebut suaminya dan hampir membuat keluarganya berantakan.
Aerin memyeka air mata yang mengalir di pipinya.
"Are you okay?" Sebuah suara pria yang ngebass banget, terdengar dari belakangnya.
Aerin sontak berbalik.
Ada seorang pria yang tentu saja ganteng, memakai kemeja berwarna biru muda. Ekspresi pria itu tampak kaget menatapnya.
"I'm okay, thanks," jawab Aerin sambil tersenyum lebar menampakkan gigi indahnya yang tersusun rapi.
Ada seorang pria yang tentu saja ganteng, memakai kemeja berwarna biru muda. Ekspresi pria itu tampak kaget menatapnya.
"I'm okay, thanks," jawab Aerin sambil tersenyum lebar menampakkan gigi indahnya yang tersusun rapi.
Pria itu tampak bengong dengan tatapan masih tak berkedip.
"Aku ke dalam dulu, bye," sambung Aerin sambil melangkah melewati pria itu.
"Hai, nama kamu siapa?"
"Hai, nama kamu siapa?"
Aerin berhenti, berbalik ke belakang sambil melambaikan tangan dengan senyum terindahnya, lalu berbalik dan melangkah keluar. Pria itu masih terus menatap sosoknya sampai menghilang dari pandangan.
Bersambung #3
Bersambung #3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel