Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Sabtu, 07 Maret 2020

Pengantin Pengganti #11

Cerita bersambung

*Pesta*


"Ayolah Ta please?" Leni memohon pada mantan kekasihnya.
"Setelah ini kita bakalan lama gak ketemu, masak iya kamu gak mau nurutin permintaan ku kali ini?" Leni masih memohon, namun Ata masih kekeuh tak menjawab.
"Bilangnya udah gak marah, bilangnya kita masih bisa temenan, nyatanya nurutin permintaan temen aja kamu gak mau." Leni memanyunkan bibir mungilnya pura-pura marah agar Ata iba.
"Ok" dan berhasil, walaupun hanya kata Ok yang keluar dari mulut Ata.

Leni berencana mengadakan pesta perpisahan sebelum pergi ke paris,untuk melanjutkan kontrak kerja yang sempat di tundanya demi kembali ke Indonesia.
***

Leni pergi ke kantor Leta untuk meminta Leta membantunya mempersiapkan pesta yang nantinya bisa di kenang, ya walapun hanya pesta perpisahan bukan pernikahan, setidaknya Leni ingin ke pergiannya ke paris bisa menyisakan kenangan indah untuk teman dan keluarganya. Apalagi kali ini dia memutuskan akan tinggal lebih lama di paris.

"Kakak ada-ada saja seharusnya pergi ke event planner kenapa malah ke wedding orgenaizer?" Protes Leta ketika Leni selesai menyampaikan keinginannya.
"Mana bisa kakak percaya sama orang lain kalau adik kakak sendiri yang terbaik di bidang dekorasi dan acara-acara keren" ucap Leni
"Ini kan cuma pesta perpisahan kak bukan pernikahan, masak iya harus seheboh itu?"
"Kakak pengen sesuatu yang bisa di kenang, please bantu kakak ya Arleta sayang" Leni memelas.

"Heeeem kalau gini aja udah mohon-mohon deh, ntar kabur gitu aja dan bikin aku rugi lagi kayak waktu itu?"
"Rugi apa coba, malah untung besar iya?"gumam Leni.
Kembali mengingat pesta pernikahan yang di tinggalkanya dan membuat Leta menikah dengan Ata bahkan membuat Ata mencintai Leta dan lebih memilih Leta walaupun Leta tak lagi mengingatnya.

Leta menautkan kedua alisnya tak mengerti maksud gumam Leni yang terdengar telingannya.

"Gimana kamu mau bantuin kakak kan?"tanya Leni kembali.
"Ok, tapi kali ini gak ada diskon." Jawab Leta.
"Iiiiisssss masak gak ada diskon?"
"Ya udah gak mau juga gak papa kok?"
"Ok ok, gak papa gak ada diskon"
Ucap Leni semangat berharap kali ini rencananya berhasil.
***

Leta pergi ke sebuah resto dengan pemandangan seluruh kota jakarta yang dapat di lihat dari lantai atas, tempat terakhir yang di datanginya untuk menyiapkan pesta perpisahan sang kakak.

"Gimana?"tanya Dion setelah seharian menemani Leta keliling jakarta untuk mencari tempat yang sesuai dengan permintaan Leni.
"Kakak mu bener- bener cewek ribet ya" protes Dion ,  belum sempat Leta menjawab pertanyaannya.
"Aku sih suka." Ucap Leta
Lalu mereka lanjut berkeliling resto dan sedikit bertanya pada pengelolanya.
"Gimana kalau kita pesen makanan aja dulu, aku laper"ajak Dion
"Ok"

Merekapun memutuskan duduk di pinggir pagar, spot yang paling bagus untuk melihat pemandangan sore kota jakarta, sambil menikmati makanan yang sudah mereka pesan.

"Ta?"panggil Dion.
"Heeeemm" jawab Leta masih sibuk dengan steak ayam yang di pesannya.
"Kamu mau gak nikah sama aku?" Tanya Dion yang membuat Leta hampir tersedak potongan steak ayam dalam mulutnya.
Dion tahu mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk melamar Leta, apalagi status Leta yang masih sah istri Ata dan ingatannya yang bisa sewaktu waktu kembali. Tapi Dion hanya tak ingin melewatkan kesempatan ini, walapun bukan lamaran romantis seperti di film film, Dion berharap Leta  menjawab Iya.

"Kamu becanda?" Leta meletakkan pisau dan garpunya.
"Aku serius, kamu kan tahu selama ini aku sayang dan cinta sama kamu, bahkan waktu itu aku sudah sempat mengungkapkannya pada mu"
Leta berusaha mengingat.
"Gak perlu langsung nikah asal kamu mau saja, kita bisa nikah kapan pun kamu mau" Dion terdengar memaksa.
Leta terdiam.

Baginya Dion hanyalah seorang teman terbaik yang pernah ia punya. Tak pernah ada sedikit pun perasaan lebih di hatinya untuk Dion. Walaupun sekarang hati Leta terasa kosong, namun hatinya sering merindukan sosok lelaki yang tak mampu di ingatnya. Lelaki yang selalu muncul bayangannya dalam tidur Leta, lelaki yang membuatnya begitu rindu akan segala hal tentangnya dan itu bukan lah Dion. Andai lelaki itu Dion mungkin kali ini Leta akan menjawab Ya.

"Gimana Ta?" Tanya Dion.
"Entahlah....."jawab Leta tak pasti.
"Jangan gantung gini" Dion Lesu
"Aku kan gak bawa tali, kok gantung?" Leta bercanda berusaha mencairkan suasana yang membuat hatinya tiba-tiba terasa sesak.
"Leta??????"
"Udah ah aku mau pulang capek." Leta bangkit dari duduknya.
"Kamu yang bayar ya"katanya meninggalkan Dion dalam kebingungan kata "entahlah..."

Leta berjalan menuruni tangga, namun tak sengaja menyenggol salah seorang dari segerumbulan pria yang sedang berjalan menaiki tangga.

"Leta" ucap pria itu, yang membuat Leta terkejut ketika menaikan wajahnya yang menunduk.
"Mas Ata"

=====

*Memori*

Leta berjalan meninggalkan Dion, menuruni anak tangga yang sedang ramai di naiki rombongan para pria.
Tak sengaja tubuhnya menabrak salah satu pria itu ketika sedang konsentrasi dengan hp yang baru saja berbunyi notifikasinya.

"Leta......" suara yang cukup di kenalnya, matanya menangkap sosok Ata yang sedang menahan tubuhnya agar tak terjatuh.
"Mas Ata...." Leta sedikit terkejut
"Kamu gak papa?"
"Gak mas Leta gak papa"
"Yakin kamu gak papa?" Tanya Ata khawatir membuat Leta tersenyum melihat tingkah Ata yang berlebihan. Namun tidak dengan jantung Leta yang berdegup kencang, ada perasaan aneh yang menjalar di dalam hatinya. Mata Leta pun tak henti menatap sosok Ata yang kini berbeda, tubuhnya kurus tak lagi berisi seperti dulu ia mengenalnya, tapi ke tampanan masih tetap terpancar di wajah tirusnya.

"Leta...." panggil Dion membuat Ata melepas tangan yang sedang memegang istri yang di rindukannya itu.
"Makasih ya mas?" Ucap Leta tak menghiraukan Dion yang sedang menatap aneh pada Ata.
"Sama-sama" balas Ata kemudian berjalan meninggalkan Leta.
Tangan Ata mengepal menahan rasa rindu di hatinya. Menahan cemburu yang mulai merasuki hatinya.
"Kenapa brow?" Tanya Dimas melihat tingkah aneh Ata. Yang menyusulnya duduk di salah satu meja yang di pilih teman-temannya.
Ata pun hanya diam, merasa kesal andai Dimas tak memaksanya untuk ikut pastinya Ata tak kan bertemu dengan Leta.
"Itu istri mu kan, sampai kapan kalian akan menjalani hubungan yang gak jelas seperti ini?" Pertanyaan Dimas membuat Ata kembali mengingat kondisi rumah tangga mereka yang memang tak jelas.
Andai Leta secepatnya bisa pulih dan mengingat semuanya, mungkin hubungan mereka tak kan menggantung seperti ini.
***

Sepanjang perjalanan pulang tak ada pembicaraan seperti sebelumnya, Dion dan Leta sama-sama diam dan larut dalam pikirannya masing-masing.

Leta menangkap ada sesuatu yang aneh pada sikap diam Dion. "Dia terlihat marah namun pada apa?" Pikir Leta.

"Kamu kenapa?" Tanya Leta membuka suara. Namun Dion tak menjawab tetap konsentrasi dengan kemudinya.

Sampailah mereka di gerbang rumah Leta.
"Kamu gak masuk dulu?" Tanya Leta pada Dion.
"Pikirkan permintaan ku tadi, dan secepatnya berikan aku jawaban" bukanya menjawab Dion kembali mengingatkan Leta tentang permintaannya tadi sore, untuk menikah denganya.

Leta masuk ke dalam rumah setelah mobil Dion terlihat menjauh dari rumah Leta.
***

Leta sedang sibuk mempersiapkan pesta perpisahan Leni yang hanya kurang sehari. Kepalanya terasa pening setelah seharian bertemu beberapa vendor untuk acara itu. Di tambah sikap diam Dion yang tak jelas.

"Kamu thu kenapa sih diemin aku gini?" Kata Leta emosi melihat tingkah Dion
"Aku akan diam sampai kamu ngasih aku jawaban yang jelas."jawab Dion
"Jangan kayak anak kecil deh" protes Leta.
"Aku kayak anak kecil?" Dion menatap marah pada Leta, mata mereka pun bertemu, terlihat amarah di mata Dion yang membuat Leta takut. Sekian lama mereka bersama sebagai teman tak pernah sekalipun Leta melihat Dion seperti ini.
"Aku emang anak kecil, anak yang setia nemenin kamu kemana pun, nurutin semua permintaan mu, yang rela berkorban demi kebahagian mu, tapi tak pernah sekalipun kamu perduli dengan perasaan ku yang seperti anak kecil, bahkan setelah selama ini aku yang berada di sisi mu bukan DIA" lanjut Dion
"Dia?" Leta bingung.
"Iya, dan dia yang selalu ada di mata dan hati mu bukan aku, bahkan setelah semua itu" kata Dion lalu pergi meninggalkan Leta dalam ke bingungan.
***

Ruang cafe di sulap menjadi lebih hangat dengan suasana kekeluargaan yang kental. Hampir semua keluarga besar Leta dan Leni sudah hadir dan mengombrol bersama, ada beberapa teman dekat Leni, juga Ata.
Mata Ata tak berhenti mencari sosok Leta yang belum terlihat sejak tadi, padahal sebagian besar karyawannya sudah berada di tengah pesta, bahkan Dion pun sudah duduk bersama beberapa temannya. Dan acaranya pun sudah berlangsung hampir satu jam.

"Eeeem selamat malam untuk semua yang sudah hadir di tengah keluarga kecil kami" Leta pun muncul di tengah panggung kecil yang sedari tadi  di gunakan band pengisi acara, menyanyikan beberapa lagu, untuk memperhangat suasana.

Dengan gaun hitam panjang yang memperindah bentuk tubuhnya. Membuat mata Ata tak sanggup berpaling.
"Malam ini mungkin malam perpisahan dengan kakak ku tercinta, tapi malam ini Leta juga punya pengumuman untuk semuanya" Leta tersenyum namun bukan pada Ata.

"Pengumuman apa?" Tiba-tiba Leni sudah berada di samping Leta.
Leta tersenyum lalu mencium pipi sang kakak. Leni pun di buat bingung dengan tingkah Leta.

"Leta akan menikah" kata itu pun keluar membuat seluruh undangan terdiam.
Hampir seluruh yang hadir di pesta mengetahui kondisi kesehatan Leta dan statusnya yang masih sah sebagai istri Ata.
"Ta kamu ngomong apa sih?"protes Leni yang di buat terkejut oleh Leta.
"Mungkin ini bukan saat yang tepat, tapi Leta sudah memikirkannya dengan baik" Suara Leta menggema memenuhi tempat pesta.
"Ada seseorang yang selalu setia menemani Leta, menunggu Leta, dan dia juga sudah melamar Leta" senyum mengembang di bibir mungil Leta.
"Dion sahabat terbaik ku, kita akan menikah"
Dion tersenyum bahagia kemudian berlari menuju  panggung dan memeluk Leta.

"Ataaaaa....."teriak Leni panik melihat Ata beranjak meninggalkan pesta. Leni pun berlari mengejar Ata.

Dion mungkin bahagia tapi tidak dengan Ata juga keluarga Leta yang kini merasa bersalah pada Ata.
***

"Ata please tunggu" Leni menghentikan langkah Ata ketika hendak memasuki mobil.
"Gak ada yang perlu di jelas kan Len, nasib pernikahan ku sudah berakhir" kata Ata kecewa.
"Bukan seperti ini yang seharusnya terjadi, aku sengaja buat acara ini untuk menyatukan kalian kembali, walaupun dengan resiko yang harus di tanggung" Leni pun kecewa, rencana yang sudah di buatnya malah gagal  total.
"Sudahlah, aku akan urus surat cerai kami" kata Ata lalu pergi dengan mobilnya.

Mungkin keputusan itu akan membuatnya terluka namun tak masalah asal Leta bisa bahagia.

Bersambung #12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER