Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Senin, 02 Maret 2020

Pengantin Pengganti #6

Cerita bersambung

*Kejutan*


Siang ini Leta ada janji untuk bertemu dokter kandungan, Leta terlihat bersemangat dengan di temani Ata yang selalu mengenggam tangannya.
"Mas nanti kalau dia cewek gimana?" tanya Leta
"Memangnya kenapa?" Ata balas bertanya.
"Bukannya mas pengennya cowok?"tanya di balas tanya
" aku kan gak pernah bilang mau cowok?"
"Tapi junior?"
"Aku panggil dia junior, bukan berarti aku berharap dia cowok, apapun jenis kelaminnya yang penting kamu dan dia sehat" Ata mengelus perut Leta yang mulai membesar.

Kalimat yang membuat Leta merasa beruntung sudah memiliki suami seperti Ata.

"Ibu Leta...." panggil suster.
Leta dan Ata memasuki ruang prakter dokter kandungan, seorang wanita berhijab sedang duduk dalam ruang dokter, mempersilahkan Leta berbaring di atas bed,setelah melakukan pemeriksaan kemudian dokter mengoles cairan dingin ke atas perut Leta. Untuk melakukan USG, kemudian menggerakkan sebuah benda di atas perut Leta.
"Lihat pak, itu janin yang sedang di kandung ibu Leta" kata dokter menunjuk sesuatu di layar USG.

Leta dan Ata tersenyum bahagia melihat  Junior bertumbuh dengan baik dalam perut Leta.
"Dok, boleh saya tahu jenis kelaminnya?" tanya Leta bersemangat.
"Kandungan ibu masih terlalu muda, masih 15 minggu, mungkin masih belum bisa kelihatan, tapi kita coba saja dulu" kata dokter kembali menggerakan alat USG.
"Udah lah dok gak usah, yang penting dia sehat" kata Ata ketika dokter masih juga belum menemukan yang carinya.
"Mas...." kata Leta masih penasaran
"Tapi bisa saya minta foto USG nya di jadikan dua?" pinta Ata pada dokter.

"Mas, kenapa fotonya mas minta jadi dua?" tanya Leta begitu mereka keluar dari ruang dokter.
"Satu buat mas, satu buat kamu" Ata tersenyum, "biar mas juga bisa bawa junior kemana-mana" katanya lagi.
Leta tertawa mendengar ucapan Ata.
Mereka bahagia bisa menyaksikan setiap perkembangan junior.
Leta pun yakin bahwa Ata telah menerimanya.
***

Pagi ini kantor Leta cukup sibuk karena harus mempersiapkan dekorasi pelaminan untuk anak salah satu menteri.
Hingga siang menjelang, masih terlihat kesibukan di mana-mana, membuat mereka tak sempat untuk pergi makan siang, Beruntung Ata datang membawa makan siang untuk Leta dan karyawan lainnya.
"Makasih ya mas." ucap Leta
"Sama-sama sayang" Ata mengusap lembut rambut Leta.
Mereka pun makan bersama, termasuk Ata dan Dion yang duduk di meja yang sama.
"Sepertinya kamu sudah berhasil membuat Leta bahagia." Dion tersenyum pada Ata.
Ata pun hanya membalas senyuman itu.
"Tapi aku akan merebutnya dari mu, jika kamu membuatnya memangis sekali lagi" ancam Dion membuat Ata tertawa.
"Kalian ngobrolin apa sih?" tanya Leta melihat Ata tertawa pada Dion.
"Bukan apa-apa."jawab Ata.

"Leta sebentar lagi kita harus ke lokasi, kamu bareng aku saja, biar suami mu kembali ke kantornya"kata Dion melirik ke arah Ata.
"Mas??" Leta melihat Ata mengharap izinnya.
"Baiklah, biar dia menjaga mu untuk kali ini" Ata tersenyum ke arah Dion.
Merekapun mengakhiri makan siang.

"Kamu hati-hati ya, jangan terlalu capek nanti sore aku akan menjemput mu" kata Ata kemudian mengecup kening Leta.
Mereka sudah berada di luar kantor Leta,  untuk bersiap pergi ke lokasi dekorasi, dan Ata kembali ke kantor.
"Dan kamu, jangan pernah sentuh istri ku, kamu boleh bersamanya tapi jangan pernah menyentuhnya" kata Ata menunjuk Dion, sambil melirik tajam mengancam.
Dion tersenyum mendengar ancaman Ata.
Leta pun tertawa, menyadari tingkah dua orang pria di sampingnya. Dua orang pria yang sama-sama mencintainya. Namun hanya satu yang mampu memiliki hatinya.

"Ata...." panggil sebuah suara yang membuat mereka bertiga terkejut setelah mengetahui dari mana arah suara itu
"Leni....." gadis itu sudah memeluk Ata.
"Kejutan...." teriak Leni. Tapi tak ada yang bahagia dengan kejutan itu.
"Aku kangen deh sama kamu sayang, maaf ya gak ngabarin kamu kalau aku pulang ke indonesia?" kata Leni memeluk dan mencium Ata, seolah tak perduli dengan dua orang yang ada di samping Ata.
"Hentikan Len...." kata Ata yang risih dengan tingkah Leni. Dan tak ingin membuat Leta semakin mencengkeram lengannya.
"Eeeh Leta...maafin kakak ya, karena kakak langsung ke sini tanpa ngabarin kamu dulu" katanya melihat Leta yang berada di samping Ata.
"Lhooo..kamu hamil?" tanyanya ketika melihat perut Leta yang membesar.
"Kamu nikah sama Dion?" tanyanya lagi melihat keberadaan Dion.
"Dion" gumam Ata tak terima.
"Hentikan Len...." Ata terlihat marah dengan kalimat Leni tersebut.
"Leta istri ku..." kata Ata membuat Leni terhenyak.
"Aaah kamu bercanda kan yang, iya kan Let?" tanya Leni tak percaya.

Leta mengangguk, tanda iya. Mulutnya masih tak mampu berkata-kata. Leta tak ingin memberi tahu Leni dengan cara seperti ini. Tak ingin membuat Leni tersakiti, walaupun dulu Leni telah menyakiti keluarganya juga Ata.
"Bohooooong...." teriak Leni.
"Katakan itu bohong, katakan?" teriak Leni pada Ata.
"Let, kamu gak akan setega itu sama kakak kan?" pendapat Leni seolah Letalah yang bersalah.
Leni berjalan mengampiri Leta, menghempaskan tangan Leta yang memegang erat lengan Ata.
Dunia Leni seolah runtuh saat itu juga, dia tak mampu menerima semua yang baru saja di dengarnya.

=====

Leni menepis jauh tangan Leta yang memegang erat lengan Ata.
"Lepaskan Ata, dia milik ku" teriak Leni mengguncang seluruh kantor Leta.
"Aku tahu aku salah, tapi apa harus kalian menghukum ku seperti ini?"
"Apa yang kau pikirkan, sampai kau berani menikah dengan kekasih kakak mu??" cacian demi cacian keluar dari mulut Leni, seolah Leta lah yang saat ini bersalah.
"Len hentikan!" ucapan Ata yang tak lagi di hiraukan Leni, dia terus saja menguncang tubuh Leta yang hanya diam membisu.

"Dion tolong jaga Leta" kata Ata kemudian menyeret Leni pergi meninggalkan kantor Leta, Ata tak ingin Leni semakin membuat keributan di kantor istrinya.
"Ta...kamu gak apapa kan?" Dion panik melihat Leta yang hanya diam mematung.
Leta terkejut tak mengira jika Leni akan mengetahui tentang pernikahannya dengan Ata, dengan cara seperti ini. Biar bagaimanapun Leta tak ingin menyakiti kakaknya, Leta tak ingin membuat semuanya menjadi lebih sulit, tapi kenapa Leni harus muncul di saat Ata sudah menerimanya, di saat mereka sudah bahagia. Dunia pun tiba-tiba menjadi gelap di mata Leta.
"Leta..!!!" Dion terkejut, Leta yang di sampingnya telah jatuh pingsan.

Selama perjalan Leni hanya menangis, entah kemana Ata akan membawanya? yang penting menjauh dari Leta.
Leni tak pernah sehancur ini, tangisnya begitu terasa menyayat di hati Ata, dia tak pernah mengira gadis yang pernah di cintainya bisa sehancur ini.
Mobil pun sampai di halaman rumah orang tua Leni, kedatangan Ata dan Leni membuat kedua orang tua Leni terkejut.
"Kenapa kamu pulang?" sambutan itu yang di dapat Leni dari kedua orang tuanya.
Leni terdiam, menyadari kesalahannya.
"Aku harus pergi!!" ucap Ata
"Tidak, kau tak boleh menemuinya, sekarang aku sudah di sini, tinggalkan dia, ceraikan Leta" kata Leni, menarik pergelangan tangan Ata, membuat Ata menahan langkahnya.
"Lepas kan len, Leta istri ku" Ata menepis tangan itu
"Tidaaaak, seharusnya aku yang jadi istri mu" kembali Leni berteriak.
"Kemana kamu saat itu, kemana kamu saat kita akan melakukan ijab kabul, hingga akhirnya harus Leta yang menggantikan mu, dan mempertahankan kehormatan keluarga mu" teriak Ata, melepas sesak di dadanya selama ini.
"Jangan salahkan Leta jika akhirnya dia pun mampu menggantikan mu di hati ku" tambah Ata membuat Air mata Leni semakin deras mengalir.
"Tapi aku mencintai mu, dan aku yakin kau pun begitu, tinggalkan Leta dan menikahlah dengan ku, seperti keinginan mu" isak Leni.
"Kamu gila, itu dulu sekarang hanya Leta yang ada di hati ku" ucap Ata.
Leni semakin menangis, menyesali tindakan bodoh yang sudah di lakukannya. Seharusnya tak ia korbankan cintanya selama lima tahun demi karirnya.

Dert....dert...dert Hp Ata berbunyi, mengalihkan pandangannya dari Leni.
"Haloo..." Ata menjawab telpon yang ternyata dari Dion.
"Apa???" teriaknya setelah mendengar suara Dion, wajahnya pun menegang
"Baiklah aku akan segera kesana" Ata menutup telpon.
"Ma, pa, maaf Ata harus pergi Leta masuk rumah sakit" kalimat yang membuat kedua mertuanya terkejut.
"Jaga Leta baik-baik, mama dan papa harus menyelesaikan yang di sini terlebih dulu" kata mama mertuanya
"Ata aku mohon jangan pergi" mohon Leni namun tak di hiraukan Ata.
***

Leta kembali terbaring di tempat tidur rumah sakit, membuat Dion dan Sasa kuatir setengah mati. Begitu juga dengan Ata yang memacu mobilnya secepat mungkin menuju rumah sakit.
Kakinya terasa lemas ketika menginjak lantai rumah sakit, ia berlari secepat mungkin menuju kamar Leta.

Kreeeeek,
Pintu kamar itu terbuka membuat Sasa dan Dion terkejut, melihat Ata yang tampak berantakan.
Ata berjalan menuju istrinya yang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit.
Airmata itu tak lagi mampu Ata bendung, melihat Leta yang akhirnya harus menderita.
"Kami pergi dulu" pamit Dion di ikuti Sasa. Tak ingin mengganggu Ata dan Leta yang butuh waktu berdua.
"Bun, mas mohon bangunlah"
"Mas gak akan sanggup jika harus hidup tanpa kalian" kembali Ata menangis, mengenggam erat tangan istrinya.
"Mas, gak akan memaafkan diri mas jika sampai terjadi sesuatu dengan kalian"
"Mas" Leta membuka matanya, air matanya pun terjatuh, mengalir deras.
Ata memeluk erat wanita yang kini begitu berharga baginya.
"Jangan menangis lagi" ucap Ata, namun Leta tetap tak sanggup menahan air mata yang terus berjatuhan.

Mereka kembali terluka, di saat cinta sudah mulai hadir di antara mereka.
Karena hanya syok, Leta hanya perlu tinggal sehari di rumah sakit.
***

Leta berbaring di kamar tidur apartemennya, matanya menatap jauh keluar , memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu. Bagaimana caranya untuk mencairkan keadaan, jika Leta harus kembali bertemu Leni, biar bagaimanapun Leni adalah saudaranya.

"Bun..mikirin apa?" Ata duduk di belakang Leta membawa secangkir susu hangat.
Leta pun bangun dari tidurnya.
"Minum dulu, bunda belum makan kan?" kata Ata memberikan cangkir susu pada Leta.
Akhir-akhir ini Leta sedang tak nafsu makan, pikirannya terus saja terganggu, hingga membuat nafsu makannya memburuk. Beruntung Ata tak ingin meninggalkannya dirumah sendiri, agar dia juga bisa mengurus Leta.

"Bunda mau makan apa, biar mas belikan?"
Leta menggeleng
"Jangan seperti ini terus, kasihan junior"
Ata memasang wajah melas berharap istrinya mau mendengar.
"Mau nasi bebek?" mencoba menawarkan sesuatu yang di sukai Leta.
"Ayolahhh apa bun?" Ata memajukan bibirnya ketika Leta kembali menggeleng.
"Pecel blitar" akhirnya Ata mendengar suara.
"Tapi, sore-sore gini beli di mana ya?" Ata pun di buat bingung.
"Kita cari sama-sama" Leta menyarankan.
"Baiklah...." Ata pun bersemangat hingga ia lari kegirangan.

Mereka pun pergi bersama mencari pedagang pecel blitar. Cukup lama hingga akhirnya menemukan satu pedagang yang masih berjualan di jam 7  malam.

"Yaaah bunda, masak cuman di makan dikit?" protes Ata, begitu Leta hanya memakan beberapa suap lalu meletakan sendoknya.
"Udah gak pengen, pengen itu" kata Leta tersenyum menunjuk pedagang martabak di sebelah warung pecel.
"Laaaah terus ini yang makan siapa" gantian Ata menunjuk pecel yang masih sepiring penuh.
"Mas Ata" jawab Leta tertawa puas, membuat Ata ikut tersenyum melihat tingkah istrinya.

Satu kotak martabak telur, dua bungkus kue rangi, dan jus alpukat sudah berada di jok belakang.

"Udah?" tanya Ata, bingung dengan tingkah ibu hamil di depannya.
"Ternyata orang nyidam tu kayak gini ya?" kata Ata geleng-geleng kepala.
"Mas Ata..." protes Leta manyun, lalu mencubit pinggang Ata.
Ata tertawa bahagia melihat istrinya sudah kembali ceria.
Mereka pun masuk ke dalam mobil, mengarahkan mobil menuju apartemen.

"Mas, besok kita ke rumah mama ya?"ucap Leta, walaupun tahu Ata sedang tak ingin mendengarnya.
"Kita selesaikan semuanya mas" Leta memegang lengan Ata.
Ata tak menjawab hanya tersenyum kecil, yang terlihat di paksakannya.
Leta hanya ingin segera mengakhiri permasalahan yang melibatkannya

Bersambung #7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER