*Tanya*
Mereka memutuskan kembali ke Jakarta menggunakan Kereta, sesuai permintaan Leta. Permintaan yang awalnya di tolak oleh Ata karena takut Leta akan kelelahan. Namun akhirnya di setujui setelah bibir mungil Leta manyun selama berjam-jam.
"Tuh kan mas, enakkan naik kereta" kata Leta bersemangat.
"Iya, tapi nanti kalau kamu capek gimana?"tanya Ata masih sedikit kesal.
"Kan ada kamu!!!"Leta tersenyum
"Kenapa aku??"
"Kamu kan bisa pijitin aku hhhhhh" Leta tertawa puas.
"Dasar......."Ata pun gemas lalu mencubit pipinya.
***
Perjalanan menggunakan kereta cukup memakan waktu. Hingga sampai di jakarta sudah cukup larut malam.
"Kita nginep di hotel aja ya?"Ata menawarkan
"Kenapa harus di hotel, kitakan bisa langsung ke apartemen?"tanya Leta.
"Udah ahhhhh aku capek..." kata Ata
Letapun menurut saja, badannya juga sudah terasa capek, ternyata naik kereta dari Malang ke jakarta juga bukan pilihan yang bagus untuk ibu hamil.
Mereka pun memesan satu kamar di salah satu hotel di sekitar stasiun kota. Melepas lelah hingga fajar tiba.
Leta terbangun menyadari Ata tak bersamanya di kamar hotel.
Sebuah kertas terletak di atas Hp Leta ketika Leta ingin menghubunginya.
"Aku keluar bentar kamu tunggu di hotel ya nanti aku jemput, jangan ke mana-mana" Leta membaca tulisan di atas kertas tersebut yang ternyata sebuah pesan dari Ata.
***
Ata sedang duduk di salah satu cafe di dekat apartemen. Setelah sebelumnya menemui satpam apartemen yang kemarin menghubunginya. Ata terlihat sedang menunggu seseorang.
Setelah beberapa menit muncul Leni gadis cantik tinggi semampai menghampirinya, memeluknya dari belakang.
Ata yang risih menhempaskan tangan Leni.
"Iiiih apaan sih, kasar banget" protesnya mendapat perlakuan kasar dari Ata.
"Duduk...."kata Ata datar
"Kamu kemana aja sih, aku telfon gak bisa, aku ke apartemen kamu gak ada?" Leni mulai bicara panjang.
"Apa mau mu?" Tanya Ata dengan wajah kesal.
"Aku thu kangen sama kamu, wajar lah kalau aku nyariin kamu?" Kata Leni seolah tak bersalah.
"Wajar kamu bilang, setelah membuat keributan di apartemen ku, kamu bilang itu wajar?" Wajah Ata pun menegang menahan amarah.
Setelah kemarin mendapat kabar dari satpam apartemen jika ada seorang gadis membuat keributan didepan apartemennya, hingga membuat sebagian tetangga Ata protes dan marah. Dan tadi pun Ata sudah memastikannya.
"Dengar aku baik-baik sejak awal bukan aku atau Leta yang memulai semua ini tapi kamu?" Kata Ata menunjuk Leni.
"Kamu yang udah ninggalin aku demi karir mu, udah bikin malu keluarga ku juga keluarga mu. Dan sekarang kamu berbuat seolah semuanya baik-baik saja, aku gak ngerti, kemana Leni yang dewasa dan berpikiran logis yang ku kenal dulu?"
Leni terdiam mendengar semua luapan amarah Ata.
"Sekarang aku sudah bahagia bersama Leta, aku mohon biarkan aku dan Leta melanjutkannya"
"Tapi kamu gak mencintainya, kamu hanya menjadikan Leta sebagai pelarian mu dan itu bukan cinta" Leni mengeraskan volume suaranya, seolah ingin menegaskan bahwa pilihan Ata salah, padahal Leni lah yang selama ini salah.
"Kamu salah, mungkin cinta ku pada Leta saat ini masih belum seberapa di banding cinta ku dulu pada mu, tapi maaf aku akan tetap berusaha menggantikan mu denganya" Ata mencoba membuat Leni mengerti.
Leni menangis mendengar semua perkataan Ata. "Kenapa Ata harus menghukumnya sampai seperti ini"pikir Leni
"Kamu gak akan pernah bisa menggantikan ku dengan Leta" Leni terisak.
"Aku hanya mencoba untuk menjelaskan pada mu, dan membuat mu mengerti, semua yang kamu lakukan ini salah Len?" Ata berusaha melunak.
"Kita gak mungkin merubah semua yang sudah terjadi, jika waktu bisa di putar pun, ketika aku bisa membuat pilihan untuk tidak menikahi Leta, mungkin aku tidak akan menikahinya, tapi aku pun tak akan kembali pada mu dan membuat kesalahan yang sama" tambah Ata.
"Kembalilah pada ku"hanya itu yang mampu di ucapkan Leni.
"Maaf aku tak bisa, ada Leta dan anak ku yang menunggu ku saat ini, aku harap kamu mengerti" Ata mencoba mengenggam tangan Leni dan berusaha menbuatnya mengerti.
***
Leta merasa bosan menunggu kedatangan Ata yang bilang akan menjemputnya, berusaha menelfonpun percuma, karena Ata mematikan Hpnya.
"Hallo Sa..." Leta mencoba menghubungi Sasa, untuk membuang penat.
Mereka mengobrol membahas tentang pekerjaan dan urusan pribadi, Leta cukup bersemangat menceritakan tentang perjalanannya ke Malang.
Hingga tak menyadari Ata sudah berdiri di belakangnya.
Ata pun mencium gemas pipi yang mulai membulat.
"Eeeh mas" Leta terkejut.
"Sa udah dulu ya"katanya menutup telpon.
"Mas Ata lama banget sih..."protesnya pada Ata
"Maaf, mas tadi ada urusan mendadak, mau bangunin bunda, tidurnya nyenyak banget jadi gak tega." Ata duduk di kursi samping tempat tidur hotel.
"Mas kita pulang ya, aku bosen di sini!!" Rengek Leta.
"Oke, bunda siap-siap aku bawa koper dan barang-barangnya turun" Ata beranjak dari duduknya.
"Eeeh siap-siap apa? Orang aku udah siap dari tadi" protes Leta, Ata tak menyadari wanita di hadapannya ini sudah cantik dengan terusan berwarna pink dan perut yang semakin membulat.
Ata pun tersenyum lalu berjalan keluar kamar hotel membawa koper juga barang-barang yang tak sempat di bawanya pagi tadi.
Ata pun berharap orang-orang yang di suruh membereskan kekacauan di apartemennya sudah selesai mengerjakan tugas mereka, tak lupa Ata menutup mulut satpam agar merahasiakan tentang kejadian di apartemen pada Leta.
Bukan inginnya berbohong atau merahasiakan sesuatu dari Leta, Ata hanya tak ingin membuat Leta cemas.
Bersyukur sesampainya di apartemen semua sudah beres hingga Leta pun tak sampai curiga.
"Mas mau makan siang apa?" Tanya Leta begitu selesai meletakan semua barang bawaannya.
"Kamu gak capek?" Ganti Ata yang bertanya.
"Sedikit..."Leta menyentikan jarinya.
"Kita delivery aja ya, biar kamu gak tambah capek"
"Eeeem aku pinginya bakso" tiba-tiba Leta nyeletuk gitu saja.
"Kemarin kan di malang udah sering makan bakso?" Ata protes mengingat selama di malang Leta cukup sering makan bakso.
"Eeeeem ..."Leta pun manyun ketika Ata melarangnya makan bakso.
"Ok ok kita pesan bakso, tapi mas mau yang lain" Ata tak ingin membuat bumil cemberut atau bahkan membuat junior ileran ketika nanti dia lahir.
***
Pagi ini baik Ata dan Leta sudah bersiap pergi ke kantor setelah sarapan. Baru ingin membuka pintu untuk keluar apartemen Ata dan Leta di kejutkan Dimas yang sudah berdiri di depan pintu.
"Siapa?" Tanya Leta
"Eeeh Dim ngapain pagi-pagi udah di depan rumah orang" Ata terkejut
"Aku..... eh masuk dulu" Ata mempersilahkan
"Bun, bunda keburu siangkan, gimana kalau bunda naik taksi saja" Ata menyembunyikan hal lain lagi.
"Tapi mas...."
"Udah, aku antar ke bawah ya" Ata mendorong Leta keluar apartemen.
"Dim tunggu di sini sebentar ya"
"Mas siapa dia?" Tanya Leta sesampainya mereka di Lobi menunggu taksi.
"Temen ku di kantor" jawab Ata singkat lalu membuka pintu taksi yang sudah berada di depan mereka.
Leta pun pergi dengan tanya di otaknya.
=====
*Dimas Dion*
"Aku bingung mesti nyari kamu kemana, di telponin dari kemarin-kemarin gak bisa, di cari ke dealer gak ada ke sini juga gak ada, akhirnya
...." Dimas menjelaskan
"Akhirnya aku tanya sama Leni, dia bilang baru ketemu sama kamu kemarin" tambah Dimas.
"Leni???"Ata terkejut.
"Iya, aku gak sengaja kemarin sore ketemu sama dia di club, dia cerita......"
"Tapi kamu gak bilang tentang urusan kita kan?" Tanya Ata cemas.
"Gak laaaaah, oiya ngomong-ngomong soal pembatalan itu, lusa kamu mesti ke pengadilan buat nyelesaiin semua"
"Maksudnya?"
"Buat nyabut gugatan itu perlu ke datangan mu ke pengadilan"
"Ok"
Ata berpikir tak perlu memberitahu Leta tentang surat gugatan cerai yang pernah ingin dia ajukan melalui Dimas, karena lusa sudah bisa di batalkan. Ata tak ingin ada kesalah pahaman di antara mereka, apalagi saat ini hubungan mereka semakin baik setiap harinya.
Ata pun berharap setelah ini pun tak kan ada surat cerai di antara mereka, mereka akan bersama hingga kakek nenek, hingga maut yang memisahkan mereka.
***
Hari ini kantor Leta sedikit lengang, Leta hanya perlu menyelesaikan beberapa urusan dengan client yang belum terselesaikan selama ke pergiannya ke Malang.
"Ta...."Dion memasuki ruang kerja Leta.
"Masuk Dion...." sahut Leta ketika melihat Dion berdiri di ujung pintu.
"Kenapa?" Tanya Leta pada Dion yang sudah duduk di dalam ruangannya.
"Makasih untuk oleh-olehnya." Ucap Dion basa basi.
"Sama-sama"
"Ta....aku???"
"Kenapa?" Tanya Leta, seolah menangkap ada yang aneh dengan Dion.
"Aku mau resign" kalimat Dion yang membuat Leta hambir tersedak minuman di tenggorokkannya.
"Kenapa?"tanya Leta meletakkan gelas di meja.
"Aku mau buka WO( wedding orgenaizer)di Bali" Dion menjelaskan.
"Terus aku gimana, kita buka usaha ini sama-sama, ngejalanin bareng hampir 5 tahun" Leta merasa kecewa.
Lima tahun yang lalu.
Mereka (Leta, Dion, Sasa) yang awalnya bersahabat sejak masa kuliah memutuskan membuka usaha sendiri, berusaha lepas dari keluarga dan mencoba untuk mandiri. Mulai dari berjualan bunga di area kampus saat wisuda di jalan bahkan restoran.
Dengan bermodal nekad membuka satu florist, yang menjadi riwayat hingga saat ini mereka bisa membuka Wedding Orgenaizer yang cukup terkenal di Jakarta.
"Kamu pasti bisa" Dion mencoba meyakinkan.
"Apa aku punya salah, sampai kamu mau ninggalin aku, Sasa dan kantor Ini?" Tanya Leta
Dion terdiam, kesalahan itu adalah ketika hatinya begitu memuja Leta sejak beberapa tahun yang lalu, namun keraguannya membuat Dion tak mampu mengungkap perasaanya pada Leta, hingga akhirnya Leta menjadi milik orang lain.
"Iya, kamu salah sama aku" kata Dion membuat wajah Leta seketika berubah.
"Kamu salah, karena membuat ku terus cemburu melihat mu bahagia bersamanya" Dion tersenyum namun senyum itu nampak di paksakan.
"Tapi......"kata Leta
"Tapi aku bahagia bisa melihat mu bahagia bersamanya" ucap Dion kembali tersenyum.
"Tapi apa harus kamu resign?"tanya Leta.
"Sebenarnya aku sudah lama mempertimbangkan mau buka WO di Bali, tapi karena tak ingin meninggalkan mu, cita-cita itu pun tak terlaksana, dan sekarang kau malah bersamanya" Dion tertawa, namun tetap ada paksaan dalam caranya bercanda.
"Jangan resign" Leta mengenggam tangan sahabat terbaiknya, berusaha membuatnya mengurungkan niat untuk resign.
"Lalu aku harus bagaimana?"tanya Dion.
"Tetap di sini bersama ku"
"Ta....aku akan selalu bersama mu, sampai kapan pun itu, tapi untuk saat ini biarkan aku pergi untuk memulai sesuatu yang baru"
"Jangan sekarang please?"
"Tentu saja tidak, gaji ku bulan ini kan belum turun, di tambah fee ku untuk client kemarin juga belum" Dion bercanda membuat Leta tertawa.
Tapi Leta tahu semua itu hanya cara Dion untuk menghiburnya toh uangnya sudah cukup banyak dari bagi hasil di kantor juga gaji dan tips dari client yang puas akan kinerjanya.
"Aku akan menyelesaikan pekerjaan ku sampai minggu depan, setelah itu aku akan pergi" kata Dion
"Tapi janji pada ku kita akan tetap berkerja sama" kali ini Leta menyerah, tak ingin tetap menahan Dion.
Dion mengacungkan jempolnya tanda setuju.
***
Malam ini Leta sudah menyiapkan masakan ke sukaan Ata, rica ayam juga sambal goreng kentang pedas bersama nasi hangat yang baru saja matang.
Terdengar suara pintu apartemen terbuka.
Ata yang mencium aroma makanan langsung menuju dapur tempat Leta berada.
"Udah pulang mas?" Tanya Leta tetap konsen dengan dapur yang sedang di bersihkannya.
"Belum masih di kantor"jawab Ata bercanda.
Leta memajukan bibirnya mendengar jawaban Ata yang sibuk mencicipi makanan di meja.
"Kebiasaan....."Leta mencubit tangan Ata.
"Iiiissss sakit bun"protes Ata
"Habisnya mas Ata kebiasaan, kalau ada makanan di meja langsung deh di comotin"
"Habisnya masakan kamu thu enak" kata Ata mencubit hidung Leta.
"Udah....mandi dulu terus kita makan sama-sama"
"Gak mau...." Ata bersikap kekanak kanakan, menggoyang tubuhnya.
"Iiiih......"Leta mengernyitkan dahi melihat tingkah laki-laki di depannya.
"Mandiin......."goda Ata.
"Ayooooo....."Leta menggandeng tangan Ata membawanya berjalan menuju kamar, kemudian menyuruhnya melepas sepatu juga pakaiannya.
"Serius bun......" wajah Ata menyeringai, senyum mengembang dengan buru-buru melepas seluruh pakaianya kecuali boxer dengan gambar bola yang akan di lepasnya di kamar mandi.
"Bunda juga lepas pakaiannya dong"protes Ata ketika melihat Leta masih mengenakan baju.
"Iya habis ini di kamar mandi" kata Leta kemudian menggandeng Ata menuju kamar mandi.
Menghidupkan pemanas air, mengarahkan shower ke tubuh Ata, kemudian berlari keluar kamar mandi dan menutup pintunya.
"Bundaaaaa" teriak Ata kesal sudah merasa di kerjai Leta. Sedangkan Leta tertawa puas.
Lalu Leta menyiapkan pakaian santai Ata untuk di kenakan setelah mandi.
Leta mencium aroma parfum favoritnya sudah memasuki dapur, menoleh melihat laki-laki tampan bak salah satu artis korea itu sudah duduk dengan bibir manyun yang cukup panjang.
"Junior kita makan ya, ayah mu marah, sepertinya bakalan mogok makan" Leta kembali menjahili Ata.
"Bunda....." rengek Ata. Entah kenapa sosoknya yang tegas bisa langsung manja jika sudah bersama Leta.
Mereka pun tertawa, lalu makan malam bersama.
"Mas....." panggil Leta mengawali ngobrol setelah makan malam
"Apa....?" Ata menyandarkan kepalanya pada bantalan sofa merasa perutnya penuh sesak karena makan terlalu banyak.
"Dion resign"
"Waaah asik dong" kalimat Ata yang membuat dahi Leta di tekuk tekuk seperti kertas lipat.
"Iiih jahat" Leta melengos.
"Hehehehe becanda bun" Ata tersenyun lalu menarik pinggang Leta ke dalam pelukkannya.
"Dia bilang mau buka WO di Bali" Leta menarik nafas dalam, seolah itu adalah beban.
"Bagus kan bun, itu artinya dia mau sukses juga sama seperti bunda" Ata berusaha menghibur.
Leta meletakkan kepalanya pada bahu Ata. Ata yang merasa Leta sedang tak baik mengeratkan pelukkannya.
"Aku bakalan kehilangan teman juga rekan kerja, rasanya gimana gitu...." Leta masih saja berat.
"Ya udahlah bun, ambil sisi positifnya, aku kan jadi gak ada saingan" Ata tersenyum senang.
Leta kembali menekuk dahi, menatap laki-laki yang sedang memeluknya.
Ata mengedipkan matanya sebelah, isyarat untuk sesuatu.
Tapi sebelumnya menggendong Leta menuju kamar ala-ala bridal style, dan membuat Leta tertawa melihat tingkah Ata.
"Mas aku mau tanya..." kata Leta saat mereka sedang istirahat setelah aktivitas ranjang.
"Apa.....?" Sahut Ata yang matanya mulai terpejam.
"Yang tadi pagi itu siapa?" Leta menanyakan tentang Dimas.
"Siapa?" Ata pura-pura lupa.
"Yang tadi pagi, Dimas kalau gak salah" Leta merubah posisinya menghadap Ata.
Tapi mata Ata sudah terpejam.
"Mas...." Leta berusaha membangunkan Ata.
"Heeem"hanya itu yang keluar dari mulut Ata kemudian mengeratkan pelukkannya pada Leta.
Membawa Leta ke dalam mimpi indah bersamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel