Cerita bersambung
(Cerita sebelumnya :Mami dan Hanggara bermaksud menjodohkan Laksmini dan Dio demi kerjasama bisnis ilegal keluarga mereka).
Laksmi Purba Hanggara Diningrat. Gadis itu anak satu-satunya yang dimiliki Hanggara, pewaris tunggal seluruh hartanya. Karena itulah Hanggara mendidik gadis ini demikian ketat, agar karakternya menyerupai laki-laki, tahan banting.
Maka, jadilah Laksmi yang sekarang. Parasnya lebih dari sekadar ayu. Tutur katanya sopan, tindak-tanduknya luwes, pemikirannya cerdas, dan satu lagi: begitu mencintai budaya jawa. Dia bagai seorang Sinta yang jelita namun berpola pandang modern. Perpaduan sempurna bagi seorang wanita, dan hanya lelaki dungu yang menolaknya.
Keluarga besar Hanggara dengan Sasmito Hadiningrat adalah kolega bisnis, meski di beberapa bidang juga saling bersaing. Itu sudah dilakukan semenjak masa kakek buyut-kakek buyut mereka.
“Laksmi ...” Mami bergumam. “Gadis itu cantik sekali sekarang. Dia akan cocok sekali dengan Dio,” ujarnya lagi.
Sebenarnya, Mami merasa iba atas nasib yang menimpa Marini. Dia berniat untuk menculiknya, hanya untuk memperingatkan supaya Marini pergi dari kehidupan Dio. Sama sekali tidak ada niatan untuk membunuh gadis lugu itu. Bagaimanapun, Mami pernah terkesan padanya.
“Marini, memang dia pantas untuk Dio. Tapi Laksmi? Dia jauh lebih pantas.” Itulah duduk perkaranya. Tapi, selama Marini masih terus membayangi Dio, tentu putranya itu akan menolak rencana perjodohannya dengan Laksmi. Kebakaran itu suatu kebetulan yang menguntungkan, karena artinya Mami tidak perlu repot-repot mengurus Marini dan bayi dalam perutnya.
***
“Laksmi, kamu akan dijodohkan dengan Dio, cucu Kakek Sasmito. Kamu masih ingat dia, kan?” Hanggara mengutarakan tujuannya tanpa basa-basi dalam perjalanan dari bandara menuju rumah mereka.
Dio? Laksmi menelan ludah. “Apa Romo serius?” Matanya berbinar.
“Apa Romo kelihatan bercanda, Nduk? Kalian akan mengelola bisnis keluarga kita bersama-sama, sambil kau melanjutkan S2-mu. Di sini saja, Nduk. Banyak universitas bagus,” jawab Hanggara.
Pipi Laksmi bersemu merah. Ini adalah impian masa kecilnya. Dulu, saat arisan keluarga dia dan Dio selalu bermain bersama. Hingga pertemuan terakhir sebelum dia berangkat ke Melbourne, Dio memberinya kenang-kenangan yang masih dia simpan sampai sekarang.
Boneka Twitty, karakter kartun kesukaannya.
“Eh? Putri Romo ini senyum-senyum sendiri. Senang, tho, Nduk?”
Laksmi semakin tersipu karena teguran romonya. “Dadi, Laksmi purun, tho?” tanya sang Romo.
“Inggih, Romo. Laksmi manut,” tutur Laksmi sembari menundukkan muka, takut Romo akan semakin menggodanya.
Kini, tinggal menunggu Dio sembuh total dan pernikahan akan segera dilangsungkan.
==========
Tiga bulan berselang. Kediaman megah Sasmito Hadiningrat bertambah kemegahannya dengan dekorasi pernikahan adat jawa. Meski begitu, nuansa royal wedding bertemakan garden party begitu kental terasa. Sang mempelai wanitalah yang memintanya.
Janur kuning melengkung di depan gerbang tinggi itu. Pelaminan berhias bunga asli dan buah-buahan terpajang indah di pekarangan rumah yang disulap begitu memesona. Karangan bunga ucapan selamat pada kedua mempelai tertata rapi. Mulai dari perusahaan-perusahaan besar, hingga pejabat setempat tak ketinggalan mengirimkan karangan.
Di setiap karangan bunga yang semerbak harum itu, tertulis indah nama calon pengantin yang esok pagi akan melaksanakan ijab.
Raden Dio Reksa Hadiningrat dengan Roro Laksmi Hanggara Diningrat, disertai embel-embel harapan dan doa baik bagi pasangan. Pernikahan ini layaknya perhelatan akbar, bahkan melebihi deretan nama artis-artis tanah air yang sempat viral karena pesta pernikahannya yang super.
Mami menggelar acara tiga hari tiga malam di rumahnya, mengundang seluruh kolega dan tetangga untuk turut merayakan kebahagiaan. Hal yang sama juga terjadi di kediaman Hanggara Diningrat. Laksmi bahkan meminta romonya untuk mengadakan pagelaran wayang kulit selama tiga hari tiga malam, sebagai wujud kecintaannya pada budaya Jawa yang begitu lekat.
Sementara di sebuah kamar pengantin yang telah didekor amat romantis ini, Dio duduk menunduk. Entah sudah berapa lama dia tidak merubah posisinya, bahkan setiap kali Mami mengetuk pintu kamarnya, dia tetap bergeming.
Besok pagi dia akan menikah, itu kenyataannya. Ya, dia memang ingin menikah. Tapi hanya dengan Marini. Dia begitu merindukan sosok yang masih mengisi hatinya sampai sekarang. Jelas, sosok itu tidak akan bisa digantikan oleh seorang Laksmi yang sempurna di mata setiap pria sekalipun. Yang Dio inginkan hanya Marini, namun sayangnya dia telah tiada.
***
“Tiga bulan lagi kamu harus menikah, Dio! Dengan Laksmi!” Itulah yang kali pertama Mami ucapkan sepulang Dio dari rumah sakit. Dua minggu menghabiskan waktunya di ranjang rumah sakit, kini dia sudah diperbolehkan pulang. Kondisinya telah pulih, luka bakar di kedua lengan dan dada tinggal bekasnya saja.
“....”
Dio baru mau membuka mulutnya, namun lebih dulu disambar oleh Mami.
“Mami tidak mau dengar apa-apa lagi, Dio! Mami sudah turuti keinginanmu untuk menikah dengan Marini. Tapi nyatanya? Sudahlah, kalian memang tidak berjodoh, Nak. Sekarang Mami mohon turuti apa keinginan Mami. Menikahlah dengan Laksmi, dia tidak jauh beda dengan Marinimu, kan? Ayu, sopan, cerdas. Dan pastinya, bisnis keluarga kita akan maju pesat jika kamu dan Laksmi menikah.”
Dio mendengus tapi tak bersuara. Entahlah, hatinya terasa hambar semenjak kejadian itu. Dia merasa tidak ada lagi gunanya hidup di dunia ini, jika menyelamatkan sang kekasih hati saja dia tak bisa.
“Bisnis apa yang harus Dio urus, Mi? Bisnis haram itu?” Entah apa yang mendorongnya, tapi kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.
Mami terperanjat mendengarnya. “A-apa maksudmu Dio? Tentu saja bisnis kita, semuanya! Properti, pabrik batik, invest saham kita di perusahaan-perusahaan asing, dan bank simpan-pinjam yang sedang Mami rencanakan.”
“Juga bisnis ilegal Mami dengan Om Hanggara itu, kan?”
Ucapan putranya barusan membuat Mami terkejut untuk kesekian kalinya.
Dio tersenyum sinis, “Ya, Mi! Dio dengar semua pembicaraan Mami dan Om Hanggara!”
Bersambung #14
Izin Penerbitan
PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN
Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...
Selasa, 10 November 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
POSTING POPULER
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Setangkai Mawar Buat Ibu #01 - Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari * Dalam Bening Matamu #1- Adhitama sedang meneliti penawaran kerja sama dari sebuah perusa...
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Kembang Titipan #1- Timan menyibakkan kerumunan tamu-tamu yang datang dari Sarangan. Ada s...
-
Cerita Bersambung Oleh : Tien Kumalasari Sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak sampai dipelaminan, karena tidak direstui oleh ayah...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersen...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel