Jilid #9
(side a)"Operasi?" hampir bersamaan Galang dan Putri terpekik lirih.
"Ya, itu yang terbaik. Jangan takut, banyak yang mengalaminya. Tidak apa2.." hibur dokter itu.
Melangkah keluar dari ruangan dokter itu wajah Putri tampak pucat. Ada rasa takut mendengar kata operasi. Tapi Galang berfikir lain. Operasi pasti membutuhkan banyak biaya. Cukupkah tabungan yang sudah dikumpulkan Putri? Sementara mendekati setahun rumah kontrakan itu harus dibayar lagi. Dan kegelisahan itu terbawa keduanya dalam angan2 berbeda, sampai tiba dirumah.
Galang merasa iba melihat wajah Putri tampak pucat.
"Kamu takut Putri?"tanya Galang khawatir.
"Sedikit, sakitkah?"
"Enggak, nggak terasa malah, kan dibius?"jawab Galang. Ia tak mau menampakkan kegelisahannya tentang biaya operasi itu pada Putri.
Ia menyuruh simbok mengambilkan air putih.
"Ada apa jeng Putri?" tanya simbok khawatir.
"Nggak apa2 mbok, posisi bayinya sungsang, kemungkinan harus operasi," terang Galang sambil memberikan Putri minum.
"Owalah.. jeng Putri takut? Jangan takut jeng, seringkali terjadi begitu, tapi kalau jeng Putri sering melakukan olah raga menungging, kadangkala bisa mapan sendiri kok bayinya."
"Menungging bagaimana mbok?"tanya Galang.
"Begini lho jeng."
Dan simbokpun menunjukkan gaya menungging dengan bertumpu pada kedua lutut, meletakkan kedua bahu dilantai dan terlihatlah adegan menungging itu.
Putri menutup mulutnya, geli melihat gaya simbok.
"Begini lho jeng, bener.. keponakan simbok dulu juga hamilnya sungsang begitu, terus sering2 disuruh bidan menungging beberapa sa'at, setiap pagi dan sore, akhirnya melahirkan normal lho," kata simbok sambil bangkit.
"Iya Putri, dicoba aja siapa tau berhasil. Biar simbok membantu. Ya mbok," kata Galang.
"Ya, nanti akan simbok ajarin. Sekarang istirahat saja dulu," kata simbok.
***
Sementara itu di Solo bu Broto merasakan perasaan tak enak. Menurut perhitungannya kurang lebih sebulan lagi Putri akan melahirkan. Tak ada kabar berita, mungkin Putri takut menelpon. Hanya sekali Galang menelpone yaitu ketika ia meninggalkan sepasang gelang untuk menantunya itu. Itupun hampir ditolaknya kalau bu Broto tak memaksa. Sekarang bu Broto begitu merindukan anaknya.
"Ada apa ta bu, dari tadi diam saja. Aku ngajakin ngomong ya nggak nyambung."
"Aku kangen Putri pak..," jawab bu Broto pelan. Dirasanya selama ini pak Broto sudah nggak perduli lagi pada anak gadisnya.
"Mengapa kangen bu, Putri kan sudah nggak perduli lagi pada kita."
"Putri itu kan satu2nya anak kita, masa bapak sedikitpun nggak punya rasa kangen."
"Nggak, dia memilih laki2 kéré itu daripada aku."
"Ah, bapak kok ngomong gitu. Itu namanya menghina kehidupan seseorang. Jelek2 dia itu menantu kita lho pak,"sesal bu Broto.
Pak Broto terdiam. Apapun pembicaraan Tentang Putri selalu membuatnya sakit hati.
"Aku mau ke Jakarta," tiba2 bu Broto memecahkan kesunyian karena pak Broto diam membisu..
"Apa? Ibu mau ke Jakarta?" kata pak Broto sambil matanya menatap tajam.
"Pengin sekali ketemu anakku pak. Apalagi menurut perhitungan ibu, sebentar lagi Putri akan melahirkan."
"Nggak usah bu.. bapak bilang nggak usah ya nggak usah. Putri itu sudah tega meninggalkan kita, mengapa kita harus perduli sama dia?"kata pak Broto sambil meninggalkan isterinya sendiri, yang kemudian berurai air mata.
***
"Mas..," panggil Putri pada suatu pagi sebelum Galang berangkat kerja.
"Ya..," jawab Galang sambil menatap isterinya.
"Perut kamu sakit? Kamu pucat benar, merasa mau melahirkan?"
"Bukan mas, aku cuma mau bilang, apa mas nggak capek kerja dari pagi sampai malam."
"Ya enggaklah, namanya bekerja itu ya sudah pasti capek, tapi ini bukan apa2. Aku baik2 saja, jadi kamu nggak usah menghawatirkan aku,"jawab Galang sambil menyentuh lembut perut isterinya.
"Apa belum ada jawaban dari perusahaan2 dimana mas melamar dulu?"
Tiba2 Galang teringat pada tawaran Widi. Akankah dia terima tawaran itu? Tapi ia segan ketemu lagi sama Widi. Ia tampak masih sangat mengharapkannya. Dia tak pernah jatuh cinta pada Widi padahal berteman sudah 4 tahunan lebih. Memang sih Widi tuh cantik, pintar, tapi yang namanya cinta tak diketahui kapan datangnya. Padahal kalau sama Putri, walau waktu kecil pernah bertemu tapi sekali saja.pertemuan berikutnya langsung membuatnya jatuh cinta. Bahkan setelah tau bahwa Putri bukan perawan. Bahwa Putri telah mengandung anak dari laki2 lain, hal itu tak pernah menyurutkan rasa cintanya.
"Mas, Putri hanya ingin agar mas tak terlalu capek."
"Baiklah Putri, semoga segera ada perusahaan yang mau menerima aku ya."
Namun ketika Galang hendak melangkah pergi, Putri menahannya.
"Sebentar mas?"
"Ada apa?"
"Ini mas, kalau tidak keberatan, aku mau minta tolong agar mas mau menjualkan ini," kata Putri sambil mengulurkan sebuah bros emas bermata berlian.
Galang terkejut.
"Ini? Untuk apa dijual? Barang bagus seperti ini belum tentu aku mampu membelikannya."
"Mas, aku nggak begitu suka bentuknya. Lagi pula, dengar mas dan jangan memprotes. Sebentar lagi aku mau melahirkan dan harus operasi. Beayanya tidak sedikit. Memang sih mas selalu memberikan uang untuk dikumpulkan, tapi sebentar lagi kita juga butuh membayar kontrak rumah lagi. Jadi biarlah ini untuk memenuhi kebutuhan kita itu, semoga tercukupi."
"Tapi Putri, ini kewajibanku."
"Ini kewajiban kita berdua mas, aku mohon, jangan menolak."
Galang merasa sedih, mengapa isterinya ikut memikirkan apa yang sesungguhnya juga dia pikirkan.
"Tolong mas.," dan mata Putri mulai berkaca kaca. Luluh hati Galang, dipeluknya Putri dengan kasih sayang.
"Ma'afkan aku Putri," bisik Galang pilu.
"Mengapa minta ma'af mas, ijinkan Putri ikut memikirkannya."
***
Sepanjang perjalanan, bahkan ketika sedang membawa penumpang, Galang memikirkan akan menjual bros itu atau tidak. Dulu ibu mertuanya memberi sepasang gelang yang cukup untuk membeli mobil yang dipergunakannya untuk mencari uang. Sekarang isterinya ingin agar dia menjual bros miliknya untuk mencukupi beaya operasi dan kontrak rumah. Terbayang mata indah yang berkaca kaca penuh permohonan, yang dia tak ingin melakukannya sebenarnya. Tapi kata2nya sangat menyentuh sanubarinya
IJINKAN PUTRI IKUT MEMIKIRKANNYA.
Galang menghela nafas panjang.
Didepan sebuah toko emas dia menghentika mobilnya. Galang tak sadar, sepasang mata sedang mengawasinya.
==========
(side b)
Galang terus melangkah memasuki toko emas itu. Si penunggu menyapanya dengan ramah.
"Ada yang bisa saya bantu, bapak?"
"Saya.. mau menjual bros ini," kata Galang sambil menunjukkan bros milik
"Mau dijual berapa pak?"
"Berapa kira2 harga perhiasan saya ini? Coba situ yang menilai." kata Galang karena memang dia tak tau berapa nilainya.
"Sebentar ya,"
Petugas toko emas itu masuk kedalam, beberpa sa'at lamanya. Tiba2 terdengar dering telephone dan petugas itu menerima telephone itu... agak lama, nggak jelas apa yang dibicarakan, tapi sebentar2 penjaga itu menoleh kearah Galang. Galang jadi curiga, jangan2 petugas toko itu mau menipu, atau menggantikan bros itu dengan yang lain dan tak senilai dengan miliknya. Ia sudah bersiap siap meminta bros itu kembali ketika petugas itu mengangsurkan bros itu dan menawar.
"Bagaimana kalau 8 juta?"
Karena ragu2 dengan kesungguhan petugas itu maka Galang memberikan harga yang tinggi dan diharapkan tak terjangkau.
"Saya minta 15 juta."
"Limabelas juta pak?" Galang mengangguk sambil meraih bros itu kembali.
"Tunggu pak, nggak bisa kurang pak?" Galang menggeleng. Tanpa diduga petugas toko itu menghentikannya.
"Baiklah pak, saya ambil.Tapi bolehkan saya minta nomor kontak bapak supaya kalau ada apa2 saya bisa menghubungi?"
Galang tertegun. Benarkah? Jangan2 harganya jauh lebih mahal dari itu, tapi ia sudah terlanjur mematok harga. Kalau dibatalkan.. pasti petugas atau pemilik toko itu akan marah2. Galang mengambil ponselnya dan menelpon Putri.
"Hallo mas, ada apa?" jawab Putri dari seberang.
"Brosmu dibeli limabelas juta, boleh nggak?"
"Lho mas, tinggi sekali, dulu waktu ibu membelikan harganya cuma sekitar lima juta."
Galang terkejut.
"Kalau begitu saya berikan saja ya?"
"Berikan mas, itu sudah sangat bagus Kalaupun memang harga emas naik pasti nggak sampai segitu tingginya. Belinya juga belum lama. Mungkin pemilik toko itu suka sama barangnya.."
Galang menutup ponselnya, dan dengan heran menerima uang limabelas juta atas penjualan bros itu.Ia juga tak keberatan memberikan nomor ponselnya. Ada yang aneh, tapi Galang tak perduli, Hari itu ia ingin segera pulang dan menyerahkan uang itu kepada isterinya. Ia berharap apa yang didapatnya bisa mencukupi kebutuhan isterinya untuk operasi dan membayar perpanjangan kontrak rumahnya.
Sepeninggal Galang tampak seorang perempuan mendekati toko emas itu, berbincang beberapa sa'at lamanya, entah apa yang dibicarakannya.
***
Putri terkejut melihat Galang sudah kembali.
"Kok pulang cepat mas."
"Kan aku membawa uang banyak, takut kenapa2 jadi lebih baik pulang untuk menyerahkan uangnya ini sama kamu," kata Galang sambil memberikan uang penjualan itu pada isterinya.
"Heran aku kenapa bisa laku sebanyak itu," kata Putri sambil memasukkan uang itu kedalam kotak yang memang dipergunakan untuk menyimpan uang.
"Lebih baik semua uang ini disimpan di bank ya mas, tidak disimpan disini, besok aku akan membuka rekening di bank dekat situ saja."
"Terserah kamu saja, tapi jangan pernah keluar rumah sendiri, selalu ajak simbok untuk menemani ya," pesan Galang anti2.
"Baik, mas.. terimakasih."
***
Bulan2 yang berjalan tak terasa telah membawa Teguh bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Hari demi hari yang tak pernah membuatnya lupa akan Putri, tetap memberikan semangat untuk terus belajar dan berhasil seperti cita2 kedua orang tuanya. Bu Marsih tentu saja amat bahagia. Besok pagi Teguh diiwisuda. Mendengar itu.. Naning berjingkrak jingkrak seperti anak kecil.
"Asyiik.. kalau mas Teguh sudah lulus, bukankah dia boleh bercinta cintaan bu?" kata Naning kepada bu Marsih tanpa malu2.
"Apa maksudmu Ning,.bercinta cintaan itu apa?" tanya bu Marsih sambil tertawa. Hatinya sedang sangat gembira, dan kata2 Naning dianggapnya sebuah lelucon saja.
"Ibu apa lupa? Katanya dulu.. mas Teguh nggak boleh memikirkan cinta karena masih kuliah, na sekarang kan sudah lulus berarti boleh dong bu."
"O, iya.. pasti boleh lah Ning."
"Asyyiiik....," Naning bersorak lagi.
"Kamu ini kenapa?"
"Ya Naning senang dong bu, akhirnya bisa bercintaan sama mas Teguh."
"Lho, kok kamu bilang begitu?"
"Kan ibu bilang suka sama Naning.."
"Dengar ya Ning, cinta itu tidak mudah. Cinta itu bisa dimiliki setiap orang, tapi cinta tidak boleh dipaksa. Kalau ibu bilang suka sama kamu, itu karena kamu itu rajin, pinter, dan sayang sama ibu. Tapi kamu tidak bisa terlalu berharap untuk dicintai mas Teguh."
"Lho.. kok gitu.." Naning merengut.
"Cinta itu tidak bisa dipaksa Ning, Teguh sama kamu itu saudaraan sudah lama, sudah sejak kecil, jadi sayangnya sama kamu itu ya seperti sayangnya saudara."
"Dulu kan mas Teguh bilang saling mencintai, Naning dengar waktu itu."
"O, itu Naning salah terima. Teguh itu punya gadis yang dia cintai, tapi bukan kamu."
"Haaaa..... mati deh aku bu....," lalu Naning menangis menggerung gerung. Bu Marsih mendekati Naning dan menepuk nepuk baunya.
"Eeh.. kenapa kamu ini, malu ah, sudah besar nangis kayak anak kecil. Ayo diam, malu didengar tetangga, tau?"
"Habisnya, mas Teguh tega.."
"Dari dulu kan mas Teguh bilang kalau sama kamu itu sayangnya seperti saudara, bukan cinta antara laki2 dan perempuan. Jadi kamu harus menerimanya ya Ning, yang penting Teguh sayang sama kamu."
"Jadi siapa gadisnya mas Teguh itu bu?" akhirnya Naning mengusap airx matanya.
"Ibu juga belum tau, nanti Naning tanya sendiri sama mas Teguh ya? Eh Ning, bukankah anaknya pak RT yang namanya Pulung itu suka sama kamu? Kok kamu nggak mau nanggapi."
"Ogah bu, mas Pulung tidurnya ngorok keras banget."
"Kok kamu tau?"
"Kan Naning pernah disuruh ibu ambil surat ke pak RT, nah diteras itu mas Pulung tidur di bangku trus ngorok keras sekali."
Bu Marsih tertawa.
"Ning, dengar ya, apa kamu ituc nggak merasa bahwa kamu itu kalau tidur juga ngorok?"
"Masa sih bu?"
"Iya, coba aja tanya mas Teguh, dia pernah ngrekam suaramu pas kamu tidur lho. Ngorok keras sekali tuh."
"Aaa... masa bu? Malu aku.."
"Nggak apa2 orang tidur ngorok itu Ning, dia baik lho, dan dia sudah bekerja di kelurahan, jadi pembantunya pak carik. Enak jadi isterinya Pulung. Mau ya? Dulu pernah bapaknya Pulung nanyain kamu."
"Nggak tau bu, nanti Naning mau bilang sama mas Teguh dulu."
Bu Marsih mengangguk angguk, dalam hati merasa kasihan pada Naning yang selalu mengejar kejar anaknya.
"Besok kalau mas Teguh pas diwisuda kamu boleh ikut," kata bu Marsih untuk menyenangkan hati Naning.
"Horeee... benarkah bu?" Naning menggoyang goyangkan tubuh bu Marsih karena gembira.
"Ya, tapi ingat, nggak boleh teriak2 atau ngomong yang nggak pantes, nanti disuruh pulang sama mas Teguh."
"Iya bu, janji.. Nan ing akn dieeem... duduk manis. Sebentar bu, Naning mau pulang sama mau memilih baju yang paling bagus buat besok."
Dan Naning pun setengah berlari keluar dari rumah bu Marsih, meninggalkan bu Marsih yang geleng2 kepala.
***
Semalam Putri nggak bisa tidur, perutnya teraasa mulas sekali. Ia ingin membangunkan suaminya, tapi merasa kasihan karena pasti capek bekerja seharian. Putri bangkit dari tempat tidur, berjalan mengitari Galang yang selalu tidur dibawah beralaskan kasur busa tipis. Putri berjingkat sambil menahan sakit, tapi tiba2 Galang bergerak dan kakinya tersandung kaki Putri. Putri terjatuh dan mengaduh aduh.
Galang sangat terkejut, ia bangun dan membantu Putri yang terkapar dilantai. Tiba2 Galang terkejut, dilihatnya darah mengalir membasahi baju Putri. Galang panik, diangkatnya Putri dan ia berteriak memanggil simbok.
"mBook.... tolong mbook....
Bersambung #11
Bagus cerotanya
BalasHapus