Cerita Bersambung
(side a)
Simbok langsung memasuki kamar mandi karena memang tidak terkunci. Dilihatnya Putri menundukkan kepala sambil memuntahkan semua isi perutnya. Simbok memijit mijit tengkuk Putri agar Putri merasa lega dan tuntas memuntahkannya.
Terengah Putri setelahnya, kemudian simbok menuntunnya kedalam kamar.
"Simbok kan sudah bilang, jangan makan rujak sebelum makan pagi. Ayu2 kok kalau dibilangi ngeyel. Ini akibatnya," omel simbok sambil menggosok tengkuk Putri dengan minyak kayu putih. Ia juga membalurkan minyak hangat itu ke perut putri dan juga punggungnya.
Kemudian simbok menggantikan baju Putri yang sebagian kotor terkena muntahan.
"Bagaimana, masih mual?" tanya simbok setelahnya.
"Nggak, aku mau rujaknya lagi.." rengek Putri.
"Haduuh... ini bagaimana ta, habis makan muntah2 kok malah minta lagi. Nggak mau simbok," kata simbok bersungut sungut.
"mBok, tolonglah mbok, habis rujaknya enak. Malah keluar semua, ganti dong mbok, beliin lagi."
"Nggak.. simbok nggak mau. Sarapan dulu."
"Ya sudah, ambilin sarapannya, tapi pas aku makan simbok berangkat beli rujaknya ya," Putri masih merayu simbok.
Simbok merengut, tapi ia tak sampai hati menolak permintaan momongannya.
Tapi ketika Putri menyendok lagi dua tiga sendok sarapannya, rasa mualnya mengganggunya lagi. Putri berlari kebelakang, dan kembali memuntahkan makanannya. Bu Broto yang waktu itu sedang menuju dapur, terkejut melihat Putri muntah2.
"Lho.. nduk, kamu itu kenapa?" tanya bu Broto sambil menuntun Putri keluar dari kamar mandi.
"Nggak tau nih bu, sarapannya nggak enak, jadi mual Putri," kata Putri sambil menuju kekamarnya, diikuti bu Broto.
"Lha ini bau minyak kayu putih menyengat sekali, sudah dibalur minyak putih tadi?"
"Sudah bu, dari tadi mualnya, Putri berbaring sebentar ya bu?"
"Minum obat mual dulu, kalau nggak reda juga ke dokter saja."
"Nggak usah bu, nanti juga sembuh."
"Kamu jangan sembrono, nanti malam pentas malah nggak sehat bagaimana. Simbok mana ini, mbook.. tolong ambilkan obat mual di almari obat mbook.. mana ta simbok ini?"
Tiba2 simbok berlari lari dari arah luar.
"Ya bu, " tanya simbok sambil meletakkan bungkusan dimeja kamar Putri.
"Dari mana kamu ini? Lha itu apa?"
"Jeng Putri minta dibelikan rujak bu, lha kenapa lagi jeng Putri itu.."
"Dari kamar mandi, muntah2.."
"Lho, muntah lagi?"
"Mamangnya tadi sudah?"
"Sudah, terus simbok gosokkan minyak kayu putih keseluruh tubuh jeng Putri. Masuk angin, ee.. malah minta rujak."
"Gimana ta nduk? Lha kok pagi2 pengin rujak, kayak orang ngidam saja."
Tiba2 terkesiap hati Putri, ngidam? Ya Tuhan, benarkah aku ngidam? Seketika semakin pucatlah wajah Putri. Rasa takut menyelimuti dirinya.
"Ambilkan obat mual dulu mbok."
"Yang mana ya bu?" simbok bingung.
"Walah, apa kamu nggak bisa baca to mbok, ada tulisannya obat mual gitu, botolnya kecil warna abu2."
"Oh ya, baiklah bu," jawab simbok sambil melangkah pergi.
"Nanti obatnya segera diminum dulu, setengah jam kemudian baru makan. Ini rujaknya nggak usah dimakan," kata bu Broto sambil mengambil bungkusan rujak dibawanya keluar kamar.
Putri ingin protes, tapi tak berani. Kata2 ngidam tadi membuat hatinya menjadi kecut. Bagaimana kalau iya?
"Ini jeng, obatnya, diminum dulu."
Putri bangkit dan menerima butiran obat mual yang diulurkan simbok, lalu diminumnya.
"mBook, rujakku dibawa keluar sama ibu," rengek Putri lagi.
"Sudah, biar saja, nggak usah mikirin rujak, sekarang jeng Putri istirahat, nanti malam kan mbeksa.. kalau sampai nanti masih mual2 terus ..gimana? Ya nggak bisa mbeksa, apa simbok aja yang nggantiin.." kata simbok sambil ngeloyor pergi.
***
Sore itu Teguh sedang berkemas, karena nanti sore harus ikut pentas. Sebenarnya beberapa hari ini hatinya sedikit senang karena bisa bertemu gadis yang dicintainya, walau hanya sebatas saling pandang ketika berpadu dalam tarian.Dan malam nanti adalah yang terakhir bisa bertemu, karena pasti susah ketemu lagi setelah pentas itu usai. Latihan2 terakhirnya saja harus ditunggui ibunya, pasti selanjutnya pak Broto tak akan mengijinkan Putri menari. Apalagi bersamanya.
"Le, nanti ibu boleh ikut kan melihat pementasan itu?" tanya bu Marsih.
"Iya bu, pasti ibu akan menonton Teguh menari bersama Putri nanti"
"Hm, pasti senang kamu ya?" olok2 bu Marsih.
"Ah, entahlah bu, setelah ini kan belum tentu bisa bertemu lagi."
"Ya sudah nggak papa, seperti ibu bilang kemarin2, jangan memikirkan cinta, sekolah dulu le, sekolah."
Teguh mengangguk
"Maaas, aku nanti boleh ikut melihat ya?" tiba2 suara cempreng kemayu itu terdengar.
Teguh merengut. Kalau Naning ikut pasti merepotkan, bisa2 malah membuat malu karena memang Naning itu suka ceplas ceplos bicara, keras lagi. Dan yang menyebalkan, dia tak tau malu.
"Boleh ya mas.."
"Nggak, nggak boleh.."
"Kok nggak boleh sih mas, masa aku nggak boleh melihat calon suamiku menari?"
"Calon... calon... jangan ngawur."
"Mas Teguh didepan bu Marsih berani mengakui kalau kita saling jatuh cinta, kok sekarang bilang begitu? " protes Naning.
"Huh, siapa bilang saling jatuh cinta? Kamu kali.. jatuh bangun.."
"Tuh bu... mas Teguh gitu.. masa Naning nggak boleh melihat mas Teguh menari?"
"Sudah, jangan ribut, sekarang ayo kita masak didapur," kata bu Marsih sambil menarik tangan Naning menjauh dari Teguh. Teguh tersenyum, walau sebenarnya kesal.
***
Minum obat mual itu membuat Putri bisa tertidur nyenyak. Ketika bangun, ia merasa lapar, tapi yang dicarinya adalah bungkusan yang tadi dibelikan simbok.Tapi sudah capek mencari, bungkusan rujak itu nggak juga diketemukan.
"Cari apa jeng?" tanya simbok yang menyaksikan Putri mencari cari dimeja makan.
"Nggak.. nggak ada.." Putri malu mengakui karena tadi sudah dilarang.
"Sebentar simbok siapkan untuk makan siang ya."
Putri masih terus mencari cari.
"Cari apa nduk?" tiba2 bu Broto muncul dari kamarnya.
"Nggak, Putri lapar."
"Itu simbok sudah mau menyiapkan makan siang, bagaimana rasanya sekarang? Masih mual?"
"Nggak bu."
Mata Putri masih mencari cari. Haa, mungkin di kulkas. Putri menuju kulkas dan membukanya, tapi yang dicarinya tak ada disana.
"Sebenarnya kamu mencari apa ta nduk? Minum? Sini ibu ambilkan."
"Bungkusan yang tadi mana?" akhirnya karena tak tahan Putri berterus terang.
"Bungkusan apa? Rujak? Ya ampuun.. sudah ibu habiskan tadi."
Putri menghela nafas kesal.
"Ibu tuh, orang Putri lagi pengin, malah dihabisin."
"Kamu tuh, bener2 seperti orang ngidam deh."
Kata2 ibunya membuat Putri surut memprotes karena rujaknya dihabisin. Ia lebih merasa khawatir kalau hal itu benar2 terjadi. Sambil duduk dimeja makan, dielusnya perutnya. Nggak tuh, masih rata..
"Nanti makanlah yang banyak, lalu bersiap2, suruh simbok ngebantuin apa yang perlu kamu bawa sa'at pentas nanti."
"Ya bu, semuanya sudah, nanti tinggal berangkat saja."
Dalam hati Putri berfikir, kekhawatirannya tentang ngidam itu akan disampaikannya pada Teguh sambil sembunyi2.
***
Sa'at pementasan itu tiba. Putri sudah berada dikamar hias, dan dihias sebagai Dewi Lara Ireng yang cantik sekali. Teman2nya memuji kecantikan Putri. Ia memang pantas menjadi putri titisan Widowati yang sangat dicintai Permadi.
Bapak dan ibunya duduk dibarisan paling depan. Ada bu Marsih yang duduk sederet dengannya, tapi tidak saling kenal sehingga hanya saling menganggukkan kepala sambil menunggu acara dimulai.
Sementara itu sang raden Permadi yang dijuluki lelananging jagad juga sudah selesai berhias. Dengan sembunyi2 ia melongok kekamar hias perempuan. Ia melihat kekasihnya juga sudah selesai didandanin, aduhai.. Teguh berdebar debar, seandainya benar dia menjadi Permadi, dan bisa mempersunting Lara Ireng... Alangkah cantiknya kekasihku, bisik hatinya sambil mengelus dadanya yang berdetak lebih kencang melihat kecantikan yang tiada taranya.
"Heeh.. dosa kamu mengintip perempuan lagi dandan," tiba2 seseorang menepuk punggungnya.Teguh tersenyum, ia meninggalkan pintu yang terbuka sedikit itu dan kembali keruangannya. Wajah Lara Ireng yang seakan bersinar terus membayang dipelupuk matanya. Dalam hati ia berdo'a, semoga suatu hari nanti ia benar2 bisa menyuntingnya.
Pentas itu dimulai dengan sendratari yang menawan. Pak Broto dan bu Broto juga bu Marsih menunggu sa'at putera dan puterinya tampil.
Ketika adegan Permadi dan Lara Ireng bertemu, pak Broto harus mengakui bahwa laki2 pilihan putrinya benar2 menawan. Ia ganteng, ia luwes dalam menari, dan itu sangat menakjubkan. Tapi rasa kagum itu dikibaskannya. Laki2 itu bukan siapa2 dan tak pantas menjadi menantunya.
Bu Marsih juga terkagum kagum melihat puteranya menari, dan juga mengagumi kecantikan gadis yang dicintai puteranya itu.
Ketika adegan Lara Ireng didekati Permadi, Putri sudah siap membisikkan sesuatu yang membuatnya cemas. Namun tiba2 Putri merasa pusing, dan badannya limbung. Suasana menjadi gaduh ketika tiba2 Putri pingsan diatas panggung.
==========
(side b)
Teguh terkejut setengah mati. Dengan sigap ia menangkap tubuh Putri yang hampir terjatuh. Serta merta ia membawa Putri yang diam tak bergerak kedalam ruang dandan wanita. Beberapa temnnya melepas pakaian tari yang dikenakan Putri, setelah Teguh keluar dengan hati penuh khawatir.
Tiba2 pak Broto, ayah Putri nyelonong masuk. Ia dibantu Sarno yang sudah dipanggilnya segera mengangkat Putri ke mobil, lalu melarikannya kerumah sakit.
Pentas itu berantakan, tak seorangpun mengira akan datangnya petaka. Teguh melepas pakaian tarinya dan membasuh mukanya. Ia menghampiri ibunya yang masih duduk terpaku dideretan penonton paling depan, lalu mengajaknya menyusul kerumah sakit.
"Apa kamu tau dibawa kemana temanmu itu?"
"Ada rumah sakit terdekat dari sini, pasti kesana agar segera mendapatkan pertolongan," jawab Teguh yang kemudian menarik tangan ibunya agar segera bisa menyusul kemana putri dibawa.
Dugaan Teguh tidak meleset. Dirumah sakit Cipta Husada itu Putri dibawa, yang segera mendapatkan perawatan diruang UGD.
Teguh memasuki rumah sakit dengan menggandeng ibunya, lalu dari jauh dilihatnya pak Broto sedang mondar mandir diluar ruang UGD. Ia tampak gelisah, sedangkan seorang perempuan setengah tua yang cantik duduk disebuah kursi tunggu dengan wajah kusut penuh air mata.
Berdebar hati Teguh ketika mendekati pak Broto. Sebenarnya takut didamprat, tapi rasa khawatirnya tentang Putri membuatnya berani.
"Bagaimana keadaan Putri pak?" tanya Teguh begitu mendekat.
Pak Teguh mengawasi anak muda gagah yang mendekatinya, kemudian teringat bahwa dialah Teguh yang dibencinya.
"Mau apa kamu?" hardiknya dengan wajah kemerahan.
"Saya ingin melihat keadaan Putri," ujar Teguh sambil mengulurkan tangannya dengan maksud memberi salam. Tapi pak Broto menghindar dan menuding kearah wajah Teguh dengan tanpa belas.
"Pergi kamu, dia anakku dan tak ada urusannya dengan siapapun juga."
"Tapi pak.."
"Pergi dan jangan sok perhatian sama anakku. Pergiii!!"
Melihat kemarahan berapi api dari laki2 yang agaknya ayahnya Putri, bu Marsih segera menarik tangan anaknya, dan diajaknya pergi dari sana.
"Bu.. nanti dulu bu,"Teguh memprotes.
"Tidak le, dia benar, itu bukan urusan kamu. Ayo pergi sebelum terjadi keributan yang lebih parah."
"Bu..."
"Kita pulang dan jangan pikirkan dia lagi. Bisa mati berdiri kalau ibu memiliki besan seperti dia."
***
Malam itu Putri harus menginap dirumah sakit. Ketika sadar ia segera dibawa keruang inap yang sudah dipersiapkan. Putri kebingungan karena belum sempat bertanya apapun. Kepalanya masih pusing. Dilihatnya ayah ibunya ada disampingnya, memandanginya dengan wajah khawatir.
"Dimana aku?" katanya lirih..
"Kamu dirumah sakit nduk," ujar bu Broto sambil mengelus kepala Putri.
"Dirumah sakit...? Tapi tadi..."
"Kamu sedang menari tiba2 pingsan. Syukurlah sehingga laki2 itu tidak sempat menjamahmu," kata pak Broto dengan wajah muram.Ia lupa bahwa Teguh bukan menjamah Putri ketika menari tapi malah menggendongnya kedalam.
"Oh... kenapa aku.."
"Bagaimana perasaanmu? Pusing sekali? Memang dari pagi kan kamu tampak tidak sehat, pakai muntah2 segala.."
Putri diam, diingatnya satu persatu sa'at2 yang dilaluinya sebelum tergolek dirumah sakit itu. Ia didandanin, lalu melihat Teguh mengintip dibalik celah pintu, saling senyum penuh arti.. lalu pentas itu dimulai .. lalu tiba giliran Lara Ireng bertemu Permadi.. lalu ia ingin mengatakan sesuatu tentang dirinya yang muntah2..dan kekhawatirannya..ketika adegan itu memberinya kesempatan.. tapi sebelum itu terjadi tiba2 semuanya menjadi gelap dan begitu sadar ia telah berada dirumah sakit ini.
"Kamu itu kecapaian.. tidak mendengar kata orang tua.. " omel pak Broto.
Putri diam, ia lebih berbicara dengan batinnya sendiri tentang keadaannya. Bagaimana kalau ia ternyata benar2 hamil, lalu betapa marahnya ayahnya, mungkin dia akan dihajarnya, atau bahkan diusirnya dari rumah.. atau...
"nDuk, jangan berfikir apa2 dulu, tidurlah, ini sudah malam," bisik ibunya.
"Aku mau pulang saja, sudah nggak pusing," kata Putri.
"Ya belum boleh sama dokter, tadi baru saja darahmu diambil untuk diperiksa, mungkin besok baru tau hasilnya.
"Sudah jangan ngeyel. Kamu itu bawaannya ngeyel. Lagi sakit pengin pulang. Pokoknya kamu akan dirawat sampai benar2 sehat.Dan jangan banyak protes !"
***
Malam itu Teguh nggak bisa tidur. Ingatannya akan Putri sama sekali tak bisa hilang dari benaknya. Bu Marsih menasehati panjang lebar tapi tak satupun bisa melenyapkan bayangan Putri.
"Sudah to le, dia itu kan punya orang tua, ya pasti Putri sudah dirawat dengan sebaik baiknya. Kamu nggak usah terlalu memikirkannya."
"Teguh khawatir bu, sakit apa dia itu, wong tadinya baik2 saja."
"Lha wong lagi diperiksa dokter, lagi dirawat, dan itu bukan urusanmu ta le, sudah, jangan dipikirkan lagi. Besok kalau sekiranya orang tuanya nggak disana, kamu coba menjenguk kesana. Kalau ada orang tuanya, apalagi bapaknya.. haduuh.. ibu bisa pingsan kalau tidak cepat2 pergi. Orangnya tinggi besar,suaranya lantang, jadi seperti Burisrowo yang semalam gandrung2 sama mbok Mbodro..
"Iya bu, coba besok sepulang kuliah Teguh mencoba kesana. Yang penting Teguh sudah tau keadaannya bu."
"Ya sudah, sekarang jangan dipikirkan lagi, tidur yang nyenyak, mudah2an besok bisa ketemu Putri mu." hibur bu Marsih.
"Baiklah bu."
Rupanya saran ibunya untuk menemuinya esok hari bisa meredakan kegelisahannya. Dalam hati dia berdo'a, semoga besok bisa ketemu Putri, paling tidak bisa tau keadannya.
***
Pagi itu pak Broto masih berada dirumah sakit bersama isterinya. Putri adalah anak satu2nya yang mereka cintai, biarpun kesal tapi pak Broto juga menghawatirkan keadaan Putri.
Jam sepuluh lebih, dokter yang merawat datang. Seorang perawat mengiringinya sambil membawa berkas2, yang mungkin hasil lab pemeriksaan Putri semalam.
Dokter itu tersenyum ramah, memeriksa Putri dengan cermat.
"Bagaimana dokter, anak saya?" tanya pak Broto tak sabar.
"Ini berita baik, mana suaminya mbak Putri?"
Pak Broto terkejut, mengapa dokter menanyakan suaminya? Bu Broto juga menatap dokter itu dengan wajah bingung. Tapi Putri menjadi pucat pasi. Sepatah kata dokter itu bagai palu godam yang memukul kepalanya, yang mendadak seperti berputar bagai baling2.
Karena semuanya terdiam, dokter itu melanjutkan kata2nya dengan senyum ramah.
"mBak Putri mengandung bu, baru beberapa minggu, tapi sehat kok.Segera beritau suaminya agar mendengar berita gembira ini ya."
Dokter itu melangkah pergi meninggalkan pak Broto dan bu Broto yang terperangah dan tak mampu ber kata2.
Putri memegangi kepalanya yang berdenyut, kemudian ia memberi isyarat karena ingin muntah.
Bu Broto mengambil kantong plasti yang terdekat, dan menadahinya dengan tangan gemetar.
"Benar2 kurangajar dia! Dan kamu... benar2 anak yang tidak tau malu!! " tiba2 kata2 kasar menghambur dari mulut pak Broto. Bu Broto kemudian menggosok perut Putri dengan minyak kayu putih yang selalu dibawanya. Wajahnya kusut. Sedangkan Putri segera menangis tersedu sedu.
"Ma'afkan Putri... ma'afkan.. bapak.. ibu.."
"Ma'af.. ma'af.. apa itu cukup? Kamu telah mencoreng nama keluarga dengan tingkah laku yang memalukan. Sebagai seorang wanita kamu telah menjatuhkan matabat kamu sendiri, martabat keluarga dan juga leluhur kamu!!"
"Pak, sudah pak.. jangan berteriak teriak begitu, ini dirumah sakit.. malu kalau tiba2 ada yang masuk dan mendengarnya."
"Sekarang juga bawa Putri pulang. "
***
Karena itulah maka ketika Teguh ber endap2 dirumah sakit itu, ketika mencari tau apakah ayah ibunya Putri masih disitu, ia bukan hanya tak melihat kedua orang tua Putri, tapi ia juga tak menemukan Putri lagi.
"Dia sudah pulang pagi tadi mas."
"Oh, sakit apa sebenarnya dia?"
"Ma'af mas, kami tidak bisa menjawab pertanyaan mas, mungkin karena sudah sembuh," jawab perawat jaga.
Teguh pulang dengan kesewa, tapi kenyataan bahwa Putri sudah boleh pulang, membuatnyaa sedikit lega. Pasti Putri tidak menderita sakit yang berbahaya, dan sudah sembuh sehingga sudah boleh pulang.
Apa boleh buat. Dan pulanglah Teguh walau tak berhasil menemui pujaan hatinya.
***
Siang itu bu Broto belum berhasil menenangkan kemarahan hati suaminya. Ketika Putri meringkuk dikamar ditemani simbok, pak Broto berbincang dengan isterinya.
"Sudahlah bapak, ini memang aib bagi kita, tapi kita harus melakukan sesuatu sebelum aib itu tersebar kemana mana."
"Menurut ibu, apa yang harus kita lakukan?"
"Ya carilah Teguh dan suruh bertanggung jawab. Hanya itu jalan satu2nya."
"Tidak !! Aku tidak sudi menerima Teguh sebagai menantu.!
Bu Broto terkejut.
"Lalu apa? Menggugurkan kandungan Putri? Jangan pak, bayi itu tak berdosa. Kita tak berhak melenyapkannya."
"Bukan menggugurkannya, sudahlah, kamu nggak usah ikut2. Aku sudah menemukan jalan keluarnya.
Bersambung #5
Izin Penerbitan
PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN
Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
POSTING POPULER
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Setangkai Mawar Buat Ibu #01 - Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari * Dalam Bening Matamu #1- Adhitama sedang meneliti penawaran kerja sama dari sebuah perusa...
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Kembang Titipan #1- Timan menyibakkan kerumunan tamu-tamu yang datang dari Sarangan. Ada s...
-
Cerita Bersambung Oleh : Tien Kumalasari Sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak sampai dipelaminan, karena tidak direstui oleh ayah...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersen...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel