*GOSIP ARTIS*
Ny. Anne mengundang Tia ke rumahnya untuk makan malam bersama merayakan kepulangan Alice dari rumah sakit. Tia memenuhi undangan itu, dan mereka semakin akrab.
Di hari biasa, ketika dia ada waktu, Tia menjenguk Ny. Anne, karena Ny. Anne selalu menelpon meminta Tia datang.
"Kebun mawarku sedang berbunga indah. Datang dan lihatlah," katanya.
Tia tidak enak menolak, disamping dia memang menyukai Ny. Anne dan Alice yang cantik itu. Mereka memasak bersama mencoba berbagai resep baru. Lalu Tia akan membawa pulang sebagian untuk makan malam. Ny. Anne mengajarkan Tia cara menanam bunga, merawatnya, juga menunjukkan pupuk yang tepat untuk agar bunga tumbuh subur.
"Aku selalu menuang sisa teh atau sisa jus di sini," Ny. Anne menunjuk tanah tempat ia menanam mawar.
Tia mendengar penuh minat, berharap ia memiliki kebun mawar sendiri. Kelak, ia akan memenuhi sudut-sudut rumahnya dengan mawar-mawar segar, agar saat Adrian pulang dalam keadaan lelah ia menjadi senang. Sesekali, ia akan menabur mawar-mawar itu dalam bak mandi mereka, tempat ia dan Adrian mandi bersama.
Semua yang Tia lakukan, ia lakukan untuk Adrian. Seperti Adrian yang sudah melakukan semua untuk membahagiakan Tia.
Ny. Anne gemar mengobrol. Dia wanita menyenangkan dan penuh rahasia-rahasia kecil. Diam-diam, dia sangat menyukai flea market. Dan hanya pada Tia dia mengatakannya.
"Pasar barang bekas seperti itu sangat berguna saat dulu kami dalam keadaan sulit. Saat itu aku baru berpisah dengan Ayah Kevin dan kemudian berpisah lagi dengan Ayah Alice, kami sangat miskin. Bahkan pernah aku tidak memiliki uang cukup untuk membeli pakaian baru buat kedua anakku, padahal Natal sudah begitu dekat, lalu diam-diam aku pergi ke flea market dan membeli tiga pasang untuk kami bertiga. Aku mencucinya kembali sesampainya di rumah, menyetrika dan menempelinya dengan label harga milik tetanggaku, agar Kevin dan Alice tidak tau itu pakaian bekas. Aku bahagia melihat mereka berdua dalam pakaian yang mereka sangka baru."
Semakin lama kisah Ny. Anne semakin mengharukan. Tidak sadar, mata Tia berkaca-kaca.
"Anda baik sekali, Mom. Kevin dan Alice sangat beruntung." Tia mengesat air mata, teringat pada Omak dan Abak.
"Kevin tidak perlu tau semua ini! Dia pasti tidak suka! Kau tau, dia sangat royal padaku, jadi dia akan kecewa kalau sampai tau taplak meja ini, horden kamar tidurku, juga beberapa sarung bantal di rumah ini berasal dari pasar bekas. Kupikir, untuk apa bayar mahal kalau kita bisa mendapatkan harga murah! Toh barangnya sama, tidak nampak sudah bekas."
Tia semakin penasaran.
"Meskipun sekarang kami sudah kaya, tetapi kebiasaan lama seperti itu sulit dihilangkan," senyum Ny. Anne, dibalas anggukan setuju Tia.
Ny. Anne membawa Tia ke flea market langganannya. Dari hasil perburuannya, Tia mendapatkan dua buah taplak meja yang benar-benar nampak baru.
"Mom, taplak merk ini berharga tiga puluh dolar barunya! Aku membelinya waktu mau pindahan kemaren!" Tia bagai menemukan harta karun saking senangnya.
"Nah, benarkan! Apa kataku!"
Tia memasang taplak meja itu di dapurnya. Dia memotretnya dan mengirimkannya pada Adrian.
[Baguskan, Kak? Aku membelinya seharga lima dolar di flea market]
Adrian langsung menelpon Tia. Berbalas-balas pesan jarang dia lakukan, hanya membuang waktu. Tapi Tia harus tetap diladeni, meski sebentar, agar dia tidak ngambek.
"Flea market? Pasar bekas?"
"Kakak mau tau harga sebenarnya? Tiga puluh lima dolar!" Tia begitu antusias. "Memang ini model tahun kemaren, tapi model ini lebih keren dari pada motif terbaru. Motif terbaru itu yang kemaren aku beli, lebih keren yang ini."
Adrian tergelak dan geleng-geleng kepala. Wanita memang unik. Tia lebih unik lagi. Model international, penghasilan tidak main-main, tapi diam-diam berburu barang bekas.
Tia juga istimewa. Bersama orang lain sikapnya selalu tenang tidak banyak bicara, tetapi tidak demikian terhadap Adrian. Diam-diam dirinya terharu, menyadari dirinya segalanya bagi gadis itu.
"Kakak tidak marah, bukan?"
"Kenapa mesti marah?"
"Karena ada laki-laki yang tidak suka istri atau ibunya berbelanja barang seperti ini."
"Sesukamu saja, Tia. Aku tidak masalah. Tapi kalau ketauan wartawan apa kau tidak malu?"
Tia mengangkat bahu dengan sikap tidak peduli.
"Aku merasa menjadi manusia normal dengan melakukan hal-hal normal, Kak."
Sekian lama hidup seorang diri dan kehilangan sosok Ibu, tak ayal hubungan Tia dengan Ny. Anne lebih menyerupai hubungan seorang anak perempuan dengan ibunya.
Kevin sendiri tidak pernah terlihat batang hidungnya. Menurut Ny. Anne, putra kebanggaannya itu sedang syuting film di Toronto.
***
Hubungan Tia dengan Kevin hanya hubungan pertemanan biasa, tidak lebih dari pada itu. Kevin bersikap wajar dan menghormati Tia. Setelah berbulan-bulan, Kevin menjadi salah satu dari segelintir teman Tia di Hollywood.
Suatu hari, Tia demam karena typusnya kambuh. Kevin datang mengantar Ibunya menjenguk Tia. Keesokan harinya, gambar Kevin yang keluar dari apartemen Tia bersewileran di media.
Ketika Alice harus kontrol ke rumah sakit, Tia menemaninya karena kebetulan ia sedang punya waktu, Kevin mengantar mereka. Sehari kemudian, gambar Tia dan Kevin sudah beredar di koran-koran, hanya mereka berdua, tanpa Alice di dalamnya.
Sementara itu, film mereka sudah siap tayang di bioskop. Tia dan Kevin serta dua aktor pemeran pembantu utama lainnya akan mulai melakukan promosi. Selain beberapa kota besar di Amerika, promosi akan dilakukan di London dan beberapa negara Eropa lainnya.
Seiring itu, gosip kedekatan antara Kevin dan Tia semakin ramai. Kamera membidik mereka sedemikian tepat sehingga siapapun yang melihat akan menyangka mereka adalah sepasang kekasih.
***
Selalu ada berita hangat di Hollywood, entah gosip atau fakta. Jika itu menyangkut artis terkenal, bisa dipastikan dampaknya pada media yang memberitakan. Juga akan memberikan pengaruh luar biasa pada artis kelas dua yang beruntung dikait-kaitkan dengan sang bintang. Muaranya tentu saja popularitas yang membumbung.
Kevin McFadden adalah satu dari sedikit bintang yang jarang diberitakan miring. Aktor itu terkenal sebagai pria baik dan cinta keluarga. Bertahun-tahun Kevin dikaitkan-kaitkan dengan berbagai artis wanita. Meskipun hubungan itu nyata, namun Kevin tidak pernah memberikan pernyataan apapun pada media.
Mereka menganggapnya tidak bersungguh-sungguh dengan wanita-wanita itu. Dunia tau, wanita-wanita itulah yang mengejar, sedangkan Kevin masih menunggu seseorang yang tepat.
Maka ketika foto Kevin dengan Tia perlahan muncul di media, mereka menganggap mantan Miss Internasional ini hanyalah salah satu dari wanita-wanita sebelumnya yang berebut mencari jalan pintas untuk populer. Tia tidak akan bertahan lama. Seperti musim yang akan berlalu dan berganti musim berikutnya.
"Dia hanyalah model yang sedang mencoba mencari nama di layar bioskop," tulis sebuah media.
Tia membanting androidnya ke tempat tidur. Ia gemas sekali dengan banyaknya pemberitaan yang keliru tentang hubungannya dengan Kevin McFadden.
"Mereka menulis seolah-olah aku sudah bolak-balik tidur dengannya!" Tia meradang.
"Bukankah ini baik untuk popularitasmu?" Hannah balik bertanya.
"Aku sudah populer tanpa berita seperti ini!"
Hannah diam saja, diam-diam tidak setuju dengan Tia. Boleh saja Tia populer di bidang model, tapi di Hollywood ini, Tia Ariana bukan siapa-siapa. Ada beratus model yang mencoba peruntungan di sini, mencari kesempatan untuk tampil di layar kaca dan bioskop.
Ketika Tia keluar dari apartemen untuk pergi bekerja, wartawan sudah berkumpul di pelataran. Mereka meminta konfirmasi Tia terkait hubungannya dengan sang bintang.
"Kami hanya teman saja," ucap Tia spontan.
Tapi sanggahan itu justru menjadi bumerang karena beberapa hari kemudian bermunculan foto-foto Tia bersama Ny. Anne di berbagai kesempatan. Juga foto Tia dengan Alice saat pergi bersama. Dua hari setelah itu, selembar foto yang menjawab rasa penasaran semua orang bertebaran nyaris di semua media massa dan media sosial. Yakni foto Tia, Kevin dan Alice sedang keluar dari rumah sakit.
"Kevin McFadden telah menemukannya!! Seorang gadis yang diterima dengan baik oleh Ibu dan Adik perempuan yang begitu dia cintai. Kevin McFadden belum pernah membina hubungan seserius ini dengan wanita manapun sebelumnya," pembawa acara siaran infotainment Blitz Tv melaporkan dengan senyum dikulum.
"Sialan!" Tia gemas sekali, nyaris menangis.
Sekarang, hampir semua orang berani memastikan Tia adalah kandidat Ny. Kevin McFadden. Semua orang penasaran siapa Tia Ariana. Selain mantan Miss Internasional, apalagi latar belakangnya? Semua dicari dan diulas. Dalam satu malam, Tia mendadak menjadi bintang.
***
Mereka sedang berada di Chicago untuk promo film dan seluruh artis dan kru menginap di hotel yang sama.
Tia kalang kabut mengetahui kehebohan media membicarakan dirinya Ia menelfon Kevin untuk meminta konfirmasi. Aktor itu setuju dan datang ke kamar Tia untuk bicara dengannya.
Tia duduk di sofa, berseberang meja dengan Kevin. Tak jauh dari mereka, Hannah dan seorang gadis yang bertugas membawa barang-barang Tia sedang berkemas-kemas. Mereka akan terbang ke London besok pagi untuk promo film di kota itu.
"Aku minta maaf, situasi ini membuatmu tidak nyaman," kata Kevin. Ia duduk santai menyilangkan kaki, sementara sebelah sikunya menumpu di lengan sofa.
"Bukan salah anda, saya hanya ingin bicara. Barangkali anda bisa melakukan sesuatu," kata Tia sambil mempermainkan jarinya dengan resah. Ia memikirkan Adrian dan reaksinya ketika berita ini sampai ke telinganya. Besar kemungkinan pria itu sudah mendengar berita ini. Dia memang belum bicara apa-apa, Tia juga tidak berani memulai.
Bahkan sampai hari ini, Tia belum berterus terang dia melakukan adegan berciuman dengan Kevin.
Di depannya, kembali Kevin dibuat heran, ---heran bercampur kagum---, akan sikap seorang artis baru yang takut dan bingung saat namanya dikait-kaitkan dengan seorang Kevin McFadden.
Kevin sudah malang melintang dengan berbagai prestasi gemilang selama belasan tahun di Hollywood, menghasilkan film-film sukses di seluruh penjuru dunia. Tapi wanita ini bahkan tidak peduli dengannya! Sikapnya selalu formal, hanya bicara yang perlu-perlu saja, berbeda sekali saat bersama Mama dan Alice, dimana mereka begitu akrab.
Mungkin Mama benar soal Tia. Tidak, Mama memang benar! Wanita ini unik, baik, cantik, dan sangat mempesona. Sikap canggung dan malu-malunya begitu kentara, menunjukkan kemurnian hati yang selalu terjaga. Empat bulan mengenalnya, Kevin semakin tertarik setiap harinya.
"Aku akan minta Managerku melakukan sesuatu. Gosip ini tidak baik untukmu. Kalau aku sih sudah biasa."
"Terimakasih Mr. McFadden, anda sangat pengertian."
***
Kevin kembali ke kamarnya dan langsung menelpon Audrey Smith. Wanita kurus kering berkaca mata itu sedang berada di New York.
"Aku mau bicara tentang Tia Ariana!" kata Kevin tanpa tedeng aling-aling. "Kau dalang semua ini, kan?"
"Apa yang salah? Aku hanya meminta seseorang diam-diam mengikuti kalian, lalu mengirimkan foto-foto itu ke media untuk menaikkan pamor Tia."
"Brengsek kau! Kau memanfaatkanku! Dan asal kau tau, Tia tidak suka publikasi murahan seperti ini!" Kevin mendengus.
"Prestasi saja tidak cukup, butuh promosi! Tia tidak mengerti yang seperti ini."
"Katakan padaku, pasti ulahmu memberi dua script yang berbeda pada Tia, bukan? Agar di detik-detik akhir dia tidak punya pilihan! Jangan-jangan sejak awal kau juga mengarang cerita mengatakan Tia menangis menginginkan peran ini!"
"Dia itu terlalu lugu! Siang malam hanya memikirkan kekasihnya yang di seberang dunia sana, lalu membuang peluang yang ada!"
"Dia punya pacar?" Kevin tercenung.
"Menurut Hannah. Aku sendiri tidak tau orangnya yang mana! Sudahlah, gosip ini juga bagus untuk promosi filmmu." Audrey menutup telepon.
Jadi Tia sudah punya pacar. Sayang sekali.
***
Di Jakarta, Adrian menutup androidnya. Bibirnya mengucapkan sebuah nama. Kevin McFadden.
Adrian menekan sebuah kontak.
"Kau awasi terus. Laporkan padaku tiap perkembangannya." Ia menutup telepon.
==========
*BADAI*
Bibir Adrian membentuk garis tegas saat membaca pesan masuk berikut foto-foto yang dikirim kepadanya.
Jadi semua berita itu benar adanya. Sekarang Tia sedang dekat dengan Kevin McFadden, aktor lawan main yang berusia dua belas tahun di atasnya. Foto mereka terekam jelas dalam bidikan Juan Ma, pria perantau dari daratan China yang dibayar Adrian untuk mengawasi Tia di Hollywood.
Adrian bukan tidak mempercayai Tia, tetapi dia tidak mempercayai Hollywood. Tia begitu lugu, sedangkan Hollywood adalah rimba kejam tanpa belas kasihan. Ia ingin membawa Tia pulang ke Jakarta, tapi tidak mungkin karena Mama bisa saja menyakiti Tia kembali. Keadaan belum berpihak pada mereka berdua.
Ia menyayangi Tia dan berupaya melindungi gadis itu, seperti dulu saat ia menjalin kerjasama dengan Ibu Asrama, Ibu dari salah satu karyawan di Perusahaan mereka. Tia perempuan yang bening diri, hati dan pikirannya, tidak tau apa-apa tentang kerasnya bisnis dan persaingan. Dia tidak memiliki siapa-siapa di Hollywood, sedangkan Adrian tidak bisa mendampinginya dari dekat. Maka ia mengutus orang lain.
Adrian tidak mempercayai gosip yang beredar tentang hubungan Tia dengan aktor itu. Dirinya tidak sebodoh itu yang begitu saja percaya. Tetapi ketika Juan Ma menyampaikan kabar yang sama berikut foto-fotonya, Adrian mulai mempertanyakan kesetiaan Tia.
"Apa ini?" kening Adrian berkerut. Dalam foto yang dikirim Juan Ma, terlihat jelas Tia bersama aktor itu masuk ke dalam gedung apartemen Tia.
Sebuah foto lain menunjukkan Tia pergi berbelanja ke flea market bersama ibu aktor itu. Pergi ke dokter bersama Kevin dan adiknya. Dan beberapa foto lainnya.
Mereka menyerupai sebuah keluarga.
Ada nyeri di dalam dada. Gadisnya bahkan sudah berbohong sejak awal, mengatakan tidak ada adegan mesra dengan lawan mainnya. Kenyataannya dia melakukan adegan itu, tapi tidak mengatakan apa-apa pada Adrian.
Adrian geleng-geleng kepala dengan tangan terkepal, kebiasaan yang tanpa ia sadari hanya muncul saat dirinya sangat marah.
Ada telepon masuk. Adrian melirik layar. Di sana tertulis Tiara Heinzh. Ia enggan mengangkat. Tak lama masuk sebuah pesan.
[Kakak, aku akan berangkat ke London petang ini]
Adrian memberi instruksi pada sekretarisnya, "Fera, saya akan berangkat ke London. Tunda jadwal rapat dan semua janji sampai saya kembali."
Hal seperti ini tidak baik dibiarkan berlarut-larut, akan merusak hubungan mereka yang baru saja terjalin kembali. Ia ingin bicara dengan kekasihnya dan menuntaskan semua kecurigaan ini. Lebih baik membawa Tia pulang ke Indonesia, menikahinya dengan atau tanpa restu Mama, menikah resmi atau pun siri!
Adrian mampir ke rumah untuk pamit pada Ibunya. Meski sudah tau apa yang akan dihadapi, Adrian tetap melakukan kewajiban sebagai anak.
"Mama, aku pamit ke London untuk beberapa hari," Adrian berdiri tak jauh dari Ibunya.
Gerakan Ny. Diana menabur makanan ke dalam kolam ikan hias peliharaannya terhenti.
"Menemui perempuan itu lagi, kan?"
Adrian diam saja.
"Sampai kapan kamu mau habiskan waktu, uang dan energimu demi perempuan semacam itu, heh? Ingat Adrian, dia bukan perempuan baik. Kamu akan menyesal nanti!"
"Aku pamit, Ma. Mama baik-baik di rumah." Adrian menyentuh lengan Ibunya, tidak ingin mendengar lebih banyak lagi.
***
Mereka semua bersiap-siap. Satu jam lagi akan ada wawancara media di bawah, dilanjutkan acara nonton bersama.
Di kamarnya, Kevin sedang mandi, samar-samar ia mendengar ponselnya menjerit-jerit. Itu dari Mama, karena nada panggilnya istimewa.
Dengan tubuh basah, ia berjalan cepat meraih ponsel, "Halo, Ma."
"Kev, Mama harus berangkat ke ... ,"
Tuutt... Ponselnya mati. Batery kosong.
Kevin mencari-mencari charger. Di dalam tas, dalam laci, di kolong kursi, tidak ia temukan. Sialan.
Tiba-tiba ia ingat, Hannah meminjam chargernya tadi pagi.
Ia membuka pintu, celingukan, kuatir seseorang melihatnya. Saat dirasa aman, cepat-cepat ia menyeberang ke kamar depan, yakin ada Hannah di sana karena sebentar tadi ia melihat si tomboy itu masuk bersama Tia.
Hannah membuka pintu tepat ketika Kevin baru akan mengetuk. Ia sedang bicara serius di telepon, tidak mempedulikan Kevin yang memberi tanda charger padanya. Sambil bicara, ia menunjuk nakas di samping ranjang, lalu berjalan terburu-buru.
Kevin merasa tidak enak karena dirinya hanya memakai handuk saja. Tubuh dan rambutnya juga masih basah. Bagaimana kalau Tia sampai melihat?
Pintu kamar masih terbuka. Ragu-ragu, Kevin melongokkan kepala, mencari Tia dengan matanya. Saat tidak melihat siapa-siapa, Kevin masuk, mengambil charger dan bergegas keluar. Tak lupa ia menutup pintu lalu masuk ke kamarnya.
Adrian tiba di sana, tepat saat Kevin keluar dari kamar Tia.
Ia menyaksikan semuanya. Sesaat ia bagai dipaku. Kevin McFadden baru saja keluar dari kamar kekasihnya dengan hanya memakai handuk dan tubuh yang basah! Apa yang dilakukannya di kamar Tia? Numpang mandi?
Ia terus melangkah, berhenti tepat di depan kamar Tia. Adrian melihat nomor kamarnya sekali lagi, berharap Juan Ma memberikan nomor kamar yang salah.
Jarinya terasa berat untuk menekan bel. Tapi akhirnya ia menekannya juga. Ia berharap itu bukan kamar Tia, atau tidak ada siapa-siapa di sana. Adrian menekan sekali lagi. Menunggu.
Ia baru akan menekan satu kali lagi saat pintu terbuka. Tia berdiri di depannya, hanya memakai handuk dililit dengan rambutnya yang juga basah!
"Kakak!" matanya berbinar, senyumnya merekah melihat Adrian. Ia menarik tangan Adrian dan membawanya masuk.
Langkah Adrian gontai mengikuti Tia. Ia merasa es sedang disiramkan ke atas kepala. Masih dengan rasa tak percaya, ia melihat tampilan kekasihnya. Sekali lagi, Tia hanya memakai handuk! Dengan tubuh dan rambut yang basah!
Tia pendatang baru di Hollywood, baru membintangi satu film, tapi cara hidup sudah sangat Hollywood sekali, dan kemampuan aktingnya dalam membohongi Adrian luar biasa! Tia layak dapat Oscar!
"Kakak, duduk dulu sebentar, aku akan berpakaian dulu," katanya. Ia meraih sehelai baju dari dalam lemari dan masuk ke kamar mandi.
Adrian menahan tinju yang mengepal. Wajahnya panas, urat-urat dipelipisnya menegang! Dadanya bagaikan akan meledak oleh murka luarbiasa. Ia menggeleng-gelengkan kepala, berusaha keras menenangkan diri atas kejutan yang terjadi.
Ia mengatur nafas, masih mencoba menenangkan diri. Bagaimana caranya berpikir positif, meyakinkan hati bahwa tidak ada yang terjadi antara kekasihnya dengan aktor itu, padahal dia menyaksikan semuanya? Bukan gosip media, bukan laporan Juan Ma, tapi menyaksikan sendiri dengan mata kepalanya!
Tia muncul dengan gaun bertali satu sebatas lutut, cantik tanpa sapuan makeup dan rambut basahnya yang tergerai. Ia duduk di samping Adrian, memperlihatkan senyumnya yang indah. Tubuhnya begitu harum, sentuhan jarinya lembut meraih jari Adrian. Mata coklat beningnya memandang hangat penuh rindu. Selama bertahun-tahun, tampilan seperti ini selalu membuat Adrian bertekuk lutut.
Merasa tidak sia-sia menunda rapat penting, menerima semburan Mama, menghabiskan belasan jam di pesawat, demi dapat melihat Tia. Ironis sekali.
"Kakak, betul-betul kejutan!" Ia mencium pipi Adrian begitu saja.
Dengan rahang mengeras, Adrian menatap Tia, bagaikan ingin membunuhnya. Beberapa menit yang lalu, bibir indah ini baru saja disentuh oleh bibir yang lain, tubuh indah ini juga baru saja dinikmati oleh tubuh yang lain.
Tia telah mengkhianatinya.
"Ada apa, Kak? Mengapa memandang begitu?" senyum Tia memudar. Binar bahagia di matanya mulai berganti resah.
"Siapa dia?" tanya Adrian dingin. Dia menatap tak berkedip mata Tia.
"Siapa, Kak?"
Adrian menggeleng-gelengkan kepala, giginya gemeretuk menahan amarah.
"Jadi ini yang kau lakukan?" suaranya datar dan kejam. "Kau berselingkuh dengan aktor itu, tapi bersandiwara di depanku. Ternyata Mama benar! Kau memang murahan!"
"Kakak!" Tia tersentak.
Adrian menepis tangan Tia, lalu melangkah meninggalkannya. Tia mengejar, mencekal tangan Adrian.
"Kak, tidak ada apa-apa antara aku dengan Kevin! Aku bersumpah!"
Sumpah?
Pupil Adrian menjadi gelap! Tia bersumpah untuk sesuatu yang Adrian ketahui betul kebenarannya!
"Dasar pemain sandiwara murahan!" desis Adrian. Dia berbalik, mencengkeram kedua bahu Tia dengan keras, hingga Tia meringis dan menatap Adrian dengan ketakutan. Wajahnya memucat, mata coklat itu mulai berair.
"Kau dengarkan aku baik-baik! Mulai hari ini, aku melepaskanmu! Hubungan kita berakhir di sini! Jangan pernah temui aku atau mencoba menjalin kontak denganku, atau kau dan kekasih gelapmu itu akan menyesal!"
Ia melepaskan cekalannya dengan kasar hingga Tia terjajar mundur. Adrian pergi tanpa berpaling, meninggalkan Tia yang menatap punggungnya dengan tubuh gemetar.
***
Hannah muncul di depan pintu, terkaget-kaget menemukan Tia berbaring meringkuk di lantai, sedang menggigil menahan tangis.
"Oh, Sayang! Ada apa denganmu?" Hannah panik.
Kondisinya kacau sekali. Hannah berlari ke kamar Kevin, mengetuk pintunya dengan kasar.
Kevin setengah berlari ke kamar Tia, lalu menggendong dan membaringkannya di tempat tidur. Tia terus menangis dan tidak menjawab satu pun pertanyaan yang diajukan padanya.
Tia meratap. Ia sudah kehilangan kekasihnya. Kak Ryan. Adrian Heinzh. Adrian Heinrich Heinzh.
Selamanya...
Selamanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel