Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Kamis, 06 Mei 2021

Sekeping Cinta Menunggu Purnama #30

Cerita Bersambung
(Tamat)

Galang berdiri dan berlari ke balik panggung. Dilihatnya seorang staf perempuan mencoba menyadarkan Putri namun tak berhasil. Ia bersusah payah melepas baju Putri yang ketat, lalu mengenakan baju Putri yang ada disana. Galang menerobos masuk, Ia meminta tolong seseorang untuk mempersiapkan mobil.

"Jo, titip simbok sama Adhitama," pesan Galang kepada Raharjo, yang kebetulan berdiri diluar pintu tempat Putri dibawa, dan sekarang sudah digendong Galang.

Wajah Raharjo pias. Ini kejadian yang terulang kembali hampir dua tahun silam.
Raharjo berganti pakaian dan mendekati Retno, ia menyuruh Retno mengajak simbok dan Adhitama pulang.
"Atau sebaiknya aku tidur disana saja ya Jo, kasihan kan Putri belum bisa pulang, aku juga harus membeli susu pengganti yang baik untuk Adhit bukan?"
"Iya, kamu benar, pokoknya aku serahkan urusan Adhitama ke kamu, aku harus menyelesaikan acara ini," pesan Raharjo.

Retno bergegas mencari simbok dan Adhit, lalu mengajaknya pulang.
Raharjo sendiri bingung. Ia juga harus mengurus perayaan malam itu sampai selesai. Ia terpaksa berusaha juga menenagkan suasana yang sedikit ricuh sehingga acara bisa tetap berlangsung.
***

Telephone dirumah keluarga Broto berdering. Bu Broto tergopoh menghampiri. Ternyata Galang memberitahu bahwa Putri ada dirumah sakit.

"Lha kenapa Lang? Isterimu sakit apa?" tanya bu Broto cemas. Pak Broto yang mendengar dari kejauhan segera mendekat.
"Tadi baru saja menari diacara ulang tahun perusahaan bude, tiba-tiba dia pingsan," terang Galang panik.
"Jadi menari? Ya Tuhan, itu terulang kembali," pekikbu Broto yang membuat pak Broto kemudian mengambil gagang tilpunnya.
"Ada apa Lang?"\
"Putri masuk rumah sakit pakde, ini belum sadar."
"Kamu tadi bilang apa? Menari? Jadi tetap saja isteri kamu harus menari? Kan aku sudah melarangnya?"
"Pimpinan saya sendiri yang minta, dan Putri bersedia. Tapi bukan karena itu Putri pingsan pakde, mungkin dia memang sedang sakit," kata Galang agak ketakutan mendengar suara keras mertuanya.
Bu Broto yang mendengar kata-kata suaminya yang pedas kemudian meminta gagang telephone itu.
"Ya sudah Lang, terus berdo'a ya, besok pagi-pagi sekali bude datang kemari."
"Baik bude, terimakasih."

Pak Broto mondar mandir diruangan dengan mengomel tak henti-hentinya.
"Itulah kalau kata-kata orang tua tidak didengar."
"Pak, ini bukan masalah menarinya, mungkin Putri sedang sakit. Memang kan Putri itu bawaannya "ngeyel" kayak bapaknya, dokter nyuruh periksa ke laborat, dia bilang nggak usah, sudah sembuh. Bapak juga begitu kan?" bu Broto balas mengomel.
"Kok ibu jadi marah sama bapak."
\"Ibu cuma bilang Putri itu sudah sakit sejak masih di Solo, tapi kan dia sendiri yang nggak mau menuruti saran dokter. Kadang bapak juga begitu."
"Ya sudah, jangan ngomel terus, panggil Sarno, suruh pesan ticket nya untuk besok pagi."
***

Ketika kemudian Putri tersadar, ia sudah terbaring disebuah ruang dirumah sakit itu, dan Galang sudah boleh mendekatinya.Masih tersambung selang infus dilengan sebelah kirinya.  Perawat sudah membersihkan polesan diwajah Putri bekas menari semalam. Tapi Putri masih tergolek lemah. Galang memegangi tangannya, lalu mencium keningnya lembut.

"Apa yang kamu rasakan, sayang?" tanya Galang lembut.
"Apakah aku pingsan?" tanya Putri pelan.
"Kamu pingsan setelah menari. Begitu selesai menari, kamu menerima salam dari pak Haris, lalu tiba-tiba kamu roboh. Beruntung Raharjo menangkap tubuhmu.
"Oh.." terbayang kembali oleh Putri, yang sa'at menari bersama Teguh, kemudian tiba-tiba ia pingsan sebelum tarian berakhir. Dan dirumah sakit itu kemudian didengarnya vonis bahwa dia mengandung. Putri menghela nafas panjang, berusaha mengibaskan masa lalu yang pernah menorehkan luka dihatinya.

"Kamu tidak apa-apa, tadi perawat mengambil darahmu untuk diperiksa di laborat."
Putri mengangguk.
"Bagaimana Adhit? Dia kan belum minum sejak semalam," tiba-tiba Putri teringat anaknya.
"Kamu nggak usah memikirkan dulu, semua sudah diurus sama Retno, dia sudah mengabari aku semalam bahwa Adhit baik-baik saja, dia memberinya susu formula yang baik."
"Syukurlah, aku ingin segera pulang," keluh Putri.
"Tunggu apa kata dokter dulu, kamu tadi masih bilang pusing."
"Sedikit."
"Aku jadi teringat, waktu di Solo  kamu pernah bilang mau periksa ke laborat, kok aku lupa menanyakan hasilnya ya? Bodoh aku ini," kata Galang sambil menepuk jidatnya.
"Aku nggak jadi periksa,"
"Lhooo... kenapa?"
"Rasanya aku baik-baik saja."
"Ketika itu pikiranku sedang kacau, sehingga lupa mengingatkan. Mungkin ini ada hubungannya dengan pingsan kamu semalam."
"Aku ini selalu terdeteksi tekanan darah rendah, hb juga rendah tapi aku sudah minum vitamin kok." elak Putri.
Galang mencium tangan Putri.
"Kamu harus konsultasi dengan dokter sebelum memutuskan kamu benar-benar sehat. "
Putri hanya mengangguk. Galang terus memegangi tangan isterinya, dan meletakkannya dipipinya sampai ketika pak Haris bersama Raharjo dan Retno memasuki ruangan itu,

"Hallo, Putri, kamu baik-baik saja?" kata pak Haris sambil mendekat. Galang berdiri dan menyalami semuanya. Lalu pak Haris mendekati Putri.

"Apa tarian itu melelahkan?" tanya pak Haris penuh perhatian.
"Bukan, saya memang agak kurang enak badan," sahut Putri pelan.
"Astaga, aku jadi merasa bersalah," kata pak Haris sambil menepuk-nepuk tangan Putri.
"Bukan salah bapak, saya senang melakukannya. Kebetulan saja saya lagi sakit, dan ma'af menyusahkan."
"Tidak, aku justru khawatir, tapi syukurlah kamu sudah sadar. Apa kata dokter Lang?"
"Sementara ini belum ada hasil pemeriksaannya pak, baru pagi tadi diambil darahnya untuk diperiksa."
"Semoga tidak apa-apa, cepat sembuh ya."
Raharjo dam Retno juga saling menyalami Putri dan berdo'a untuk kesembuhannya.

Ketika Galang sedang mempersilahkan pak Haris dan kawan-kawannya duduk disofa yang ada didalam ruangan itu, tiba-tiba pak Broto dan isterinya muncul. Wajah laki-laki setengah tua itu sungguh tak sedap dipandang. Galang yang segera berdiri menyambutnya, disemprotnya dengan kata-kata menyalahkan.

"Aku kan sudah bilang, Putri jangan menari, kamu nekat, begini akibatnya."
Bu Broto mencubit lengan suaminya keras-keras.
"Itu, Putri sudah nggak apa-apa.." kata bu Broto sambil menarik tangan suaminya mendekati Putri. Galang kembali duduk, sungkan sekali rasanya sa'at ada pak Haris kemudian pak Broto bicara seperti itu.

"Ma'af pak Haris, mungkin mertua saya ketakutan akan penyakit Putri."
"Tidak apa-apa, aku bisa mengerti. Tapi Jo, apa sebaiknya kita pulang dulu ya, masih banyak yang harus kita lakukan, membagi-bagi hadiah bagi karyawan teladan kan hari ini. So'alnya semalam pestanya kemudian dipercepat."
"Baik pak, sebaiknya begitu," jawab Raharjo yang lebih cepat berdiri. Ia sungkan bertemu pak Broto, entah apa lagi yang nanti akan dikatakan kalau tau dirinya adalah Teguh yang pernah dihinakannya sampai rata dengan tanah.

Pak Haris, dan Raharjo serta Retno mendekat Putri, berpamit dan menyalami pak Broto bersama isterinya untuk berpamit.

"Semoga cepat pulih Putri," kata pak Haris.
"Terimakasih banyak, bapak," jawab Putri sambil mencium tangan pak Haris yang menyalaminya.
Sa'at mereka pergi, pak Broto masih memandangi punggung mereka.
"Siapa mereka? Salah satu diantaranya, yang muda itu, aku sepertinya pernah melihatnya, dimana ya," kata pak Broto yang membuat berdebar hati Putri serga Galang.
"Siapa Lang?" ulang pak Broto.
"Itu tadi, yang setengah tua adalah pak Haris, pemilik perusahaan itu , lalu yang muda adalah Raharjo, manager pemasaran, dan calon isteri Raharjo itu sekretarisnya pak Haris," kata Galang menerangkan dengan hati-hati, berharap pak Broto tak menanyakannya lebih lanjut.

"Oh, orang-orang penting diperusahaan tempat kamu bekerja. Mengapa buru-buru pergi begitu aku datang? Pasti nggak enak rasanya membuat anakku jadi sakit seperti ini," omel pak Brroto lagi yang kemudian sekali lagi dicubit isterinya.
"Ibu apaan sih, dari tadi nyubit-nyubit melulu?"
"Habis bapak kalao ngomong seperti nggak memikirkan perasaan orang saja. Tadi itu ngomong apa waktu baru datang, ternyata disitu ada bos nya Galang, kalau dia menanggapi kan jadi rame tadi. Sekarang diulang lagi ngomong nggak enak.Bapak apa nggak melihat, betapa santunnya pak Haris, dia menyalami kita dengan baik, menyapa dengan manis. Itu sikap yang baik lho pak."
"Begini pakde, pak Haris tadi masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Semalam harusnya ia memberikan hadiah kepada para karyawan yang berprestasi, tapi karena ada peristiwa Putri sakit lalu baru pagi ini dilakukan."

Pak Broto terdiam, pernahkah ia memberikan hadiah kepada karyawannya yang berprestasi? Diam-diam ia merasa kalah dengan pak Haris yang memiliki keperdulian atas prestasi karyawannya. Dia juga kurang suka isterinya memuji muji sikap pak Haris yang disebutnya santun. Ahaa... apa dikiranya aku tidak bisa bersikap manis? Pikir pak Broto, sungguh belum pernah isterinya membandingkannya dengan orang lain, dan pak Broto orang yang nggak mau kalah.

"Bu, besok kalau pualng ke Solo, ingatkan bapak untuk memberikan hadiah kepada semua karyawan-karyawan aku."
"Oh, begitu? Pasti akan ibu ingatkan, tapi kok tiba-tiba bapak punya pikiran begitu?"
"Sudahlah, pokoknya aku mau melakukan, nggak usah nanya. Kata pak Broto yang kemudian berjalan kearah sofa dan duduk bersandar disana.

Bu Broto tersenyum sambil memandangi Putri, yang juga menatap ibunya dengan senyuman penuh arti. Bahwa pak Broto selalu kasar dan galak, sudah pada tau, bahwa tak mau kalah dengan yang lainnya, mereka juga sudah tau. Semoga kebaikan pak Haris bisa menjadi teladan bagi pak Broto untuk lebih bersikap manis terhadap semua orang, setelah ini.

"Bu kalau tau ibu mau datang kemari, Putri minta ibu membawakan aku srabi Notosuman," keluh Putri sambil memegangi tangan ibunya.
"Apa? Srabi Notosuman lagi?" tanya bu Broto keheranan.
"Pengin lagi bu," Putri hampir merengek.
"Ya ampuun, disini pasti ada, nanti bilang sama suamimu supaya beli untuk kamu. Tapi.. heran aku, tiba-tiba kamu suka sekali makan srabi."
Galang yang mendengar percakapan itu segera mendekat.
"Ada apa bude?"
"Isterimu pengin makan srabi Notosuman, disini ada juga kan?"
"Ya ampuun, dari kemarin-kemarin dia minta belum sempat Galang belikan bude. Ya sudah, Galang titip Putri ya bude, Galang mau menengok Adhit, sekalian beli srabi untuk Putri."
"Baiklah le."
"Mas Galang mau pulang dulu ya?"

Tapi sebelum Galang keluar, dokter yang merawat Putri masuk kedalam, diikuti oleh seorang perawat.
Galang berhenti, menunggu hasil pemeriksaan itu dengan hati berdebar. Bu Broto mundur beberapa langkah untuk memberi kesempatan kepada dokter untuk memeriksa keadaan Putri.

"Hallo ibu Putri, bagaimana sekarang?" tanya pak dokter ramah.
"Sedikit pusing dok," jawab Putri lirih.
"Ohoo, itu tidak apa-apa Putri, mana suami Putri?" dokter itu menebarkan pandangan kesekeliling. Galang maju mendekat.
"Selamat ya pak, ibu Putri mengandung," dokter yang ramah itu menyalami Galang dengan hangat. Galang ingin melonjak lonjak karena girang. Matanya ber kaca-kaca.
"Terimakasih dokter, " lalu dipeluknya Putri erat-erat.
"Tapi, anda harus hati-hati menjaganya. Belum setahun isteri anda melahirkan secara caesar, harusnya belum dulu. Tapi tidak apa-apa, asal kita bisa menjaganya. Nanti anda bisa konsultasi ke dokter Obgin, " dokter itu menepuk bahu Galang dan berlalu. Dan perawat itu memberikan resep dan pengantar ke dokter kandungan yang lebih mengerti tentang keadaan kandungan Putri.

Pak Broto berdiri dan bertiga mendekati Putri dengan wajah penuh haru. Bu Broto memeluk Putri.
"Pak, cucu kita hampir dua, bapak harus bisa lebih sabar ya?" kata bu Broto sambil menarik pak Broto kedekat puterinya.
Bahagia membuncah diruangan itu, bahagia membuncah di masing -masing hati yang menghadiri.

Galang menangis tersedu disamping isterinya. Pak Broto ikut terharu, sambil mengusap air matanya ia kembali menuju sofa dan merebahkan tubuhnya. Barangkali hari itu semuanya akan berubah. Hati yang panas, hati yang  congkak, hati yang penuh cinta, membaur menjadi rasa yang sangat indah.

Alangkah indah hari ini.
***

Pada pesta pernikahan Raharjo, Galang hadir dengan menggendong Adhit yang sudah mulai belajar jalan, dan perut Putri yang sudah membuncit.

Sa'at Purnama, Raharjo mengucapkan sumpah setianya untuk menjadi suami yang baik bagi Retno. Gemilang malam, kerdipan beribu bintang, menjadi saksi bahagia dua pasang mahluk yang memiliki cinta.

Namun agak jauh diluar sana, sepasang mata tajam mengawasi pesta itu dengan sorot mata penuh murka.

** T A M A T **

2 komentar:

  1. Trima kasih telah berbagi cerbungnya...semoga selalu sehat dan sukses, selamat berkarya

    BalasHapus
  2. Terimakasih telah selesai cerbung nya.... semoga tetap sehat dan tetap Berkarya...

    BalasHapus

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER