Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Minggu, 12 September 2021

Cincin Untuk Acha #1

Cerita Bersambung
Karya : Naning Prapti Ningrum

"Aku tidak peduli seandainya dia tengah mengadakan meeting penting, karena yang ini lebih penting."

Terdengar suara dari arah koridor ruangannya, suara Irwan kepala paralegalnya dan Adhitama menutup panggilan handphonenya saat pintu ruangannya terbuka dengan kasar, menatap Irwan yang berdiri disana dengan setumpuk kertas yang dipegangnya didada.
"Aku tidak pernah melihatmu berlari selama 10 tahun kau bekerja disini, jadi pasti ada kejadian yang sangat sangat buruk. Apakah ada kapal muatan kita yang tenggelam?" Tanya Adhitama kepada Irwan dengan muka merengut.
"Cepat,"
Kata Irwan yang biasanya tenang dan terkendali itu sambil berlari melintasi ruangan Adhitama yang luas, karena tergesa gesa kakinya menabrak meja membuat sebagian kertas yang ia bawa berhamburan dilantai.
Hubungan antara Irwan dan Adhitama sudah lebih dari sahabat baik meski sebenarnya Adhitama adalah bossnya Irwan.
"Nyalakan Laptop mu!"
"Aku sudah online."
Dengan penasaran Adhitama memindahkan tatapan ke layar laptopnya.
"Apa yang seharusnya kulihat?"
"Masuk ke OLX sekarang juga," ujar Irwan dengan suara tersekat.
Adhitama tidak biasa masuk ke toko online apalagi yang menjual barang bekas, meski sambil menaikkan kedua alisnya, tangannya tetap mengetik dan membuka laman yang dimaksud oleh kepala paralegalnya itu.

"Sekarang masukkan ke kotak pencarian kata berlian, cincin berlian," kata Irwan dengan komat kamit.
"Semoga cincin itu belum terjual."
Dengan firasat buruk, Adhitama mengetikan apa yang diucapkan oleh Irwan, tiba tiba suasana hening, Adhitama merasakan dasinya terlalu ketat dilehernya saat melihat gambar cincin itu. Wanita itu tidak mungkin melakukannya. Tidak mungkin.
Tapi doanya tidak terjawab karena disana terpampang foto cincin berlian almarhumah mama, sementara Irwan tanpa sadar duduk dikursi yang ada disebelah Adhitama.
"Aku benar kan? Itu cincin milik ibumu? Dijual dibarang bekas OLX ?"
Adhitama menatap foto cincin yang ada di laptopnya dan merasakan emosi tersekat meninju diperutnya kuat kuat.
Baru melihat cincin itu saja sudah membuat Adhitama membayangkan wanita itu dan kenangan wanita itu selalu menimbulkan reaksi intensitas yang membuatnya terguncang.
Bahkan setelah enam tahun berlalu wanita itu masih mampu melakukan hal ini padanya.
"Ya, ini cincin ibuku. Irwan apakah kau yakin wanita itu yang menjualnya ?"
"Kelihatannya begitu, aku bersyukur aku menemukannya karena aku tidak tahu harus mencari kemana seandainya berlian itu dijual ke toko berlian....membutuhkan waktu yang lama dan kemungkinannya sangat kecil untuk menemukan cincin itu kembali."
Sambil membungkuk Irwan mulai memunguti kertas kertasnya yang bertebaran dilantai.
"Wanita ini sangat aneh."
"Tidak aneh," jawab Adhitama sambil menarik kendur dasinya.
"Ini sangat cocok dengan kepribadiannya, karena dia memang tidak pernah pergi ke toko berlian."

Pendekatan membumi adalah salah satu sisi wanita itu yang menyegarkan dunia Adhitama.
Meski terlahir dari keluarga yang berkecukupan, namun wanita itu hampir tidak pernah memakai sesuatu yang branded.
Wanita itu sangat rendah hati, sesuatu hal langka yang ada didunia gemerlap penuh kepalsuan tempat yang dihuni oleh Adhitama.
"Terserah padamu, apakah kau ingin memiliki kembali cincin itu atau membuatnya dimiliki oleh orang lain."

Adhitama menatap rekannya itu dengan kebas,
"Tentu saja aku ingin memiliki kembali cincin itu."
"Kalau begitu kita perlu masuk untuk menawar cincin itu,. karena kau tidak punya akun dan kita tidak mungkin membuat akun diwaktu yang singkat ini, aku sarankan kita memakai akun wanita, cari pegawai wanita kita yang baru lulus kuliah, panggil Helen sekretarismu."
Irwan memencet tombol Aiphone dan tidak berapa lama dengan tergopoh gopoh masuklah sekertarisnya.

"Selamat pagi pak Adhitama, ada yang bisa saya bantu, " kata Helen dengan bibir gemetar ketakutan karena baru kali ini ia berhadapan dengan bosnya bosnya itu, apalagi melihat aura ketegangan antara bosnya dan big bossnya ini.
"Kau punya akun OLX?"
Helen mengerjap dan terperangah dengan pertanyaan tidak terduga itu,
"Punya pak," jawab Helen sambil menelan ludah.
Adhitama memutar laptopnya,
"Aku ingin kau menawar barang yang ada di OLX."
Gadis itu gemetaran dan sempat salah mengetik, Adhitama menutup rapat mulutnya karena takut jika dia bersuara gadis itu akan semakin gugup dan ketakutan.
"Pelan pelan saja,"
Ujar Adhitama menyemangati Helen sambil mengirimkan tatapan memperingatkan ke arah Irwan yang terlihat tidak sabar.
Helen menyunggingkan senyum takut takut kepada Adhitama,
"Anda ingin saya menawar berapa pak?"
Aditama menatap layar kemudian memutuskan,
"Tujuh ratus juta."
Helen terkesiap lantang,
"Berapa?"
"Tujuh ratus juta,"
Jawab Adhitama mantap sambil menatap layar laptopnya, ia akan mendapatkan kembali permata warisan keluarga yang seharusnya ia jaga dan tidak akan ia berikan pada orang lain.
"Tapi atm saya hanya berisi 12 juta pak dengan limit tranfer hanya 25 juta," kata Helen dengan tergagap.
"Aku yang akan membelinya, dan sudah aku transferkan ke rekeningmu 25 juta, sekarang kau bisa menawar dan membayar DP nya," jawab Adhitama dengan tidak sabar.
Dahi Adhitama berkerut saat melihat wajah Helen yang pias.
"Dan jangan pingsan, aku perlu kau memastikan cincin itu menjadi milikku."
"Siap pak,"
Kata Helen dengan terbata bata saat mulai chat pribadi dengan akun penjual cincin itu untuk mengambil barang dan pelunasan akan dilakukan saat pengambilan barang.
Helen menarik nafas panjang saat penjual itu memberikan Alamat dan no Hp untuk urusan pelunasan pembayaran.
"Sudah selesai pak, anda dapat mengirim email untuk menanyakan apapun,"
Jelas Helen sambil menarik nafas lega karena tugasnya sudah berakhir.
"Cincin yang indah."
"Terimakasih," jawab Adhitama datar.
"Dan terimakasih juga untuk kerjasamamu hari ini Helen, aku melihat kau mampu bekerja dibawah tekanan dengan hasil yang sangat baik, sekarang aku ingin kau mencatat nama dan alamat si penjual,"
Kata Adhitama sambil melemaskan bahunya kemudian berdiri menghadap keluar jendela.
Helen mengangsurkan kertas berisi informasi yang diminta Adhitama dan dihadiahi ucapan terimakasih sebelum Irwan mengarahkan Helen keluar dengan tersenyum kemudian menutup pintu ruangan itu.

"Kenapa wanita itu melakukannya sekarang? Kenapa dia tidak menjual cincin itu 6 tahun yang lalu, dia punya banyak alasan untuk membencimu saat itu."
"Kurasa dia melihat beritaku bersama Nara, entah itu di TV lokal saat aku menemani Nara datang ke acara pernikahan temannya yang masuk berita infotainment atau dia membaca kolom gosip pada hari berikutnya karena ada wartawan lokal yang pas acara itu sempat meminta fotoku bersama Nara."
Wanita itu marah besar, dan Adhitama semakin yakin bahwa tindakannya untuk melanjutkan hidup dengan Nara adalah keputusan yang tepat, setidaknya Nara tidak akan melakukan tindakan memalukan dengan menjual cincin tunangan itu ke barang bekas di OLX.
"Akan kuatur agar dana itu ditranfer dan cincin itu diambil," kata Irwan.
"Tentunya kita perlu membawa orang tahu berlian untuk memastikan berlian itu tidak palsu." tambah Irwan.
"Tidak, aku tidak mau cincin itu berada ditangan pihak ketiga, aku akan mengambilnya sendiri."
Ujar Adhitama sambil memasukkan buku cek kedalam saku jaketnya.
"Langsung secara pribadi? Dhit, kau sudah tidak bertemu dengan wanita itu selama 6 tahun, apa kau yakin?"
"Aku yakin sekali," jawab Adhitama sambil meraih jaketnya dengan tatapan muram.
Dia akan membayar cincin itu, menyerahkan uangnya, mengambil barangnya dan melanjutkan hidupnya.

==========


Acha shock melihat layar laptopnya, Tujuh ratus juta rupiah.
Cincin yang diberikan Adhitama padanya itu senilai tujuh ratus juta rupiah, padahal sebelumnya Acha  mengira harga cincin itu tidak lebih dari 15 juta.
Dia tidak begitu paham harga berlian, karena sejak kecil dibesarkan Ayahnya tanpa pernah mengenal perhiasan.
Ibunya meninggal saat melahirkannya dan  Ayahnya adalah satu satunya keluarga yang ia miliki.

Saat ayahnya meninggal melalui surat wasiatnya Acha jadi tahu bahwa ia tidak sebatang kara. Menyelesaikan wasiat dari ayahnya  mengantarkan  Acha ke tempat saudara seayahnya.
Kakak laki laki dan seorang Mama tiri yang luarbiasa baik karena menginginkan ia memanggilnya Mama dan  menjadikannya putri yang tidak pernah dimiliki Mama Ayu.
Akhirnya  Acha  memiliki seorang mama, setelah dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.
Ditambah seorang kakak ipar dan keponakan yang lucu-lucu membuat hidup Acha sempurna.
Namun kesempurnaan itu memudar saat Acha menerima proposal ta'aruf dari Adhitama, melewatkan perkenalan singkat Acha memutuskan untuk menerima lamaran dan pertunangan mereka.
Kakaknya Andre  sangat mendukung keputusannya, apalagi secara financial Adhitama jauh lebih makmur jika dibandingkan keluarganya, meski  kakaknya bisa dikategorikan sebagai pengusaha furniture yang cukup sukses namun kemakmuran Adhitama jauh diatasnya.

Sampai hari ini pun Acha tidak pernah tahu apa yang menyebabkan Adhitama memilihnya, karena dirinya tidak seglamour para wanita yang biasa mengelilingi Adhitama.
Acha sangat menyukai anak kecil,  ia sangat suka mengajar.
Itulah yang membuatnya mengambil kuliah  FKIP dan bercita cita menjadi Guru.
Wanita yang mengelilingi Adhitama semua terawat, sedangkan Acha melakukan perawatan hanya saat diajak Ais kakak iparnya ke salon setiap kali ia pulang saat dulu masih tinggal dipondok pesantren, dan itu berarti hanya setiap liburan semester, libur lebaran dan libur Iedul Adha.
Adhitama pria yang baik, ia pengertian, lemah lembut dan kata Fitri sahabatnya, Adhitama tajir karena keluarganya mempunyai usaha keluarga dibidang perkapalan.
Bersama Adhitama, Acha nyaman. Bukan saja karena seluruh perhatian Adhitama untuknya namun Adhitama menyukainya apa adanya, dulu saat acara lamaran digelar Acha menuruti kakak iparnya untuk sedikit merias diri meskipun tipis dan saat acara berakhir tubuhnya panas dingin saat Adhitama berbisik ditelinganya bahwa ia lebih cantik tanpa semua pulasan make up palsu itu.
Bisikan mesra itu adalah hal terakhir yang terjadi padanya karena saat pernikahannya Adhitama dan rombongannya tidak pernah datang.
Acha sangat malu pada Kakaknya, pada  mama barunya bahkan seluruh dunia.
Namun dukungan dari keluarga adalah segala galanya, saat ia menangis tidak ada celaan yang datang  padanya, kakaknya Andre dan Mama hanya bertanya apakah Acha masih suci? saat Acha mengangguk Mama memeluknya dengan penuh kasih, sambil berdoa bahwa Acha akan mendapat suami yang lebih baik dari Adhitama, karena Acha wanita yang luar biasa.
Mas Andre yang biasanya kaku bahkan memeluknya dan mengusap punggungnya dengan sayang sambil berkata tidak ada yang perlu ditangisi karena Acha tidak melakukan perbuatan yang dibenci Alloh dan Rasulnya.

Jodoh adalah rahasia Alloh, jodoh adalah hak prerogatif Alloh dan manusia hanya bisa berikhtiar untuk menjemputnya.
Rasa malu itu bahkan sampai kini masih ia rasakan saat mengingat betapa banyak tamu dan kolega yang hadir, meski kakaknya dengan tegar tetap mempersilahkan kepada tamu yang hadir untuk tetap menikmati hidangan meski pengantinnya urung menikah.
Saat hidangan masih melimpah mas Andre bahkan mengirim mobil untuk menjemput  anak-anak di Panti Asuhan tempat kak Ais dulu dibesarkan.
Intinya pada hari itu mama dan kakaknya tegar, mereka tidak menganggap apa yang terjadi pada Acha sesuatu yang memalukan.
Bahkan saat kak Ais dengan emosi meminta mas Andre melakukan perhitungan dengan Adhitama, kakaknya itu dengan sabar menjelaskan bahwa itu adalah hal yang konyol karena tidak ada yang bisa dijadikan untuk bisa menjadi tuntutan untuk menuntut Adhitama.
Kasih sayang mas Andre, kak Ais dan Mama Ayu menjadi semangat Acha dalam menyelesaikan studinya, Acha lulus Cumlaude.

Meski secara finansial tidak pernah kekurangan karena transferan bulanan dari mas Andre selalu lebih dari cukup, namun disinilah Acha sekarang , mengajar di sebuah SDIT yang berada dipinggiran Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Jogyakarta, pengabdian yang berbonus menyenangkan karena Acha selalu senang dengan anak kecil.
Saat melihat angka 700 juta yang ada dilaptopnya  Acha menduga mungkin menurut Adhitama  nilai berlian itu seharga dengan semua kerugian yang Adhitama tinggalkan untuknya, sehingga pria itu bahkan tidak pernah meminta maaf  padanya.
Wajahnya masih pias saat Fitri teman guru yang  mejanya ada disebelahnya masuk ruangan.
Fitri panik saat melihat Acha pucat dan terlihat seperti orang tercekik.
"Acha, istighfar Acha, kau pucat sekali, tarik nafas panjang, keluarkan, tarik nafas panjang keluarkan," ucap Fitri sambil mengusap punggung Acha.
Jika tidak sedang dalam kondisi seperti saat ini mungkin Acha akan tertawa karena instruksi Fitri mirip dengan instruksi menunggu orang yang akan melahirkan.
Namun saat ini, Acha bersyukur punya teman yang perhatian seperti Fitri.
"Tarik nafas panjang, keluarkan, ulangi sekali lagi, Oke itu bagus, kau tidak akan pingsan Acha, sekarang ceritakan padaku  pelan pelan,"
Kata Fitri sambil mengangsurkan segelas air putih.
Acha nampak kelihatan lebih tenang dan segar setelah minum, nafasnya mulai teratur.
"Aku menjual cincinku di OLX."
"Cincin yang mana, masyaaAlloh bukan cincin yang itu kan?"
Acha mengangguk.
"Emh, menurutku itu bagus. Aku bisa mengerti kenapa hal ini seperti nya hal besar bagimu. Kau sudah memakai cincin itu sebagai bandul kalung yang tidak pernah kau lepas dari lehermu selama 6 tahun terakhir, mungkin sekarang saatnya kau menata kembali hidupmu,"
Kata Fitri sambil menangkup tangan sahabatnya itu.
"Nah, jadi tidak usah syok begitu, kita beli soto ya...."
"Seharga 700 juta."
"Berapa?"
Fitri menoleh dengan mulut ternganga.
"700 juta?"
"Iya, 700 juta."
"Fit, aku merasa mau pingsan."
"Aku juga Cha."
"Kita tidak boleh pingsan bersama Fit, tarik nafas panjang panjang, keluarkan,  mari kita kembali pada dunia kita, ada 30 buku siswa berisi PR bahasa Inggris yang harus aku koreksi."
"Baiklah, tarik nafas panjang, keluarkan, uangnya banyak sekali Cha,  untuk apa uang sebanyak itu ?"
"Saat menduga harga cincin itu seharga 15 juta, aku ingin mewakafkan uangnya untuk membeli Alquran Tikrar yang akan memudahkan anak anak tahfidz. Namun setelah mengetahui nilainya 700 juta aku ingin melunasi pembayaran pembebasan tanah yang akan digunakan untuk rumah tahfidz sekolah kita beserta dengan bangunannya mungkin uang itu akan cukup."
Jelas Acha dengan mata berbinar binar.
"Acha, bagaimana mungkin kau tidak tahu harga cincin itu?"
"Aku tidak pernah bertanya dan aku tidak perduli, buatku cincin itu adalah tanda dia menyukaiku dan siap menikahiku,"
Jawab Acha lirih karena teringat bahwa pria yang memberinya cincin itu tidak pernah datang untuk menikahinya.
Fitri mengenggam tangan Acha sebelum akhirnya berkata,
"Sudahlah Cha, itu sudah berlalu, kau masih muda, baru 24 tahun, sekarang kau sudah dewasa, tinggalkan cincin itu dan kenangannya, kau berhak menata masa depanmu lagi, OK?"
Acha mengangguk dan tersenyum lemah.

Bersambung #2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER