Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Jumat, 04 Februari 2022

Aku Disini Menunggumu #21

Cerita Bersambung

Senin pagi di Global Cell, semuanya berwajah ceria. Sepertinya gala dinner Sabtu malam kemarin telah berhasil meningkatkan gairah kerja semua staf. Jamuan yang sangat waah membuat semuanya tersanjung.
Aerin ikut bahagia melihat wajah-wajah bahagia yang ditemuinya pagi ini. Sayang sekali, ia tidak bisa sebahagia mereka karena hari ini tepat 5 tahun ia bekerja di Global dan sudah tiba waktunya untuk mensubmit Surat Pengunduran Diri yang mulai efektif berlaku 1 tahun kedepan.

"Good morning, Mbak Vita," sapa Aerin dari telepon.
"Morning, love. Apa kabar?"
"Good. Mbak, aku mau ketemu Pak Arya hari ini. Jam berapa bisanya ya? Aku hanya butuh 15 menit saja."

Vita melihat schedule padat Arya. Ada free time pukul 11.30 sampai pukul 12.00."I will inform you soon ya."
"Okeeh, thanks mbak."
***

Arya yang hari itu memakai kemeja navy dengan dasi berwana cream garis-garis, muncul di hadapan Vita.

"Aku otw ke Global Property," info Arya sambil mengambil berkas meeting yang sudah disiapkan Vita.
"Pak Arya, Aerin mau ketemu sekitar 15 menit hari ini. Pak Arya ada free time di pukul 11.30. Is it okay?"
"Is it urgent? Kalau urgent, sekarang saja. Masih sempat." Vita tersenyum.
"Tidak urgent, Pak. Kalau urgent, pasti Aerin akan langsung lari kemari, tidak akan bertanya."

Keduanya tertawa. Tentu saja, seperti kejadian minggu yang lalu, tanpa pemberitahuan menerobos masuk ke ruang kerjanya.

"Okay, see you." Vita menatap si boss dengan masih tersenyum lebar. Aerin sepertinya sudah punya posisi khusus menjadi prioritas si bos.
***

Andy menatap amplop putih yang diperlihatkan Aerin. Ini adalah hari yang sangat membuatnya nervous. Ia selalu berharap hari ini tidak pernah tiba.

"Ada yang bisa mengubah keputusan kamu?" Tanyanya pasrah.

Aerin tersenyum sambil menggeleng.

"It's my final decision. And you know me well, kalau aku sudah memutuskan sesuatu...I will not step back." Itu dia... Andy sangat tau tentang itu.
"Sebagai supervisor kamu, aku tidak tau harus menawari apa untuk membuat kamu tetap disini. You have everything."
"So, stop berpikir terlalu banyak. Ini proses biasa di dunia kerja. Ada yang datang dan ada yang pergi."
"Apa hubungan pertemanan kita...aku, Vita, Wiwid, bisa jadi pertimbangan kamu untuk tetap disini?" Andy tetap berusaha membuat Aerin membatalkan rencananya untuk resign.
"Mas Andy, hubungan pertemanan masih akan terus berlanjut, nothing will change. Please jangan membuat aku merasa begitu jahat meninggalkan Global," protes Aerin dengan wajah mulai sebel. Andy tersenyum.
"Baiklah, aku menyerah karena tidak bisa membuat kamu tetap disini. Semoga seseorang diatas sana bisa membuat kamu menyerah." Andy menunjuk keatas, Aerin tertawa.

Seandainya Mas Andy tau, ia ada disini bermula karena seseorang yang berada di lantai atas. Dan ia resign juga karena seseorang di lantai atas ternyata tidak memiliki perasaan sama dengan yang dimilikinya.
***

Mario menatap Aerin yang baru saja masuk ke ruangan IT. Wajah sang bos dari sejak pagi tadi tampak murung dan lebih banyak termenung.

"Mbak Ririn," tegurnya yang membuat Aerin tampak kaget.
"Mbak Ririn, sakit?" Aerin menggeleng sambil tersenyum.
" No, aku baik-baik aja. Oh ya, semuanya sudah isi list yang aku kasih?" Semua mengangguk.
"Pilihan kalian sudah fix? Kalau belum masih ada waktu buat berpikir. Sore pukul 4 kasih ke aku. Ingat, harus dipikir matang-matang, karena aku tidak mau mendengar ada yang berubah."
"Siap, mbak!" Aerin mengangguk, jam menunjukkan pukul 11 siang...setengah jam lagi ia akan bertemu Arya

Tadi pagi Aerin menyebar assessment list untuk melihat masing-masing staf andalannya tertarik di computer science bagian apa. Data ini ia perlukan untuk menentukan training yang mereka butuhkan. Ia ingin masing-masing mereka menguasai satu bidang secara lengkap. So nantinya begitu ia pergi, Global tetap punya staf yang capable di bidangnya. Dengan begitu, ia bisa pergi dengan tenang.
***

"Hi," sapa Vita begitu melihat gadis cantik yang memakai dress formal coklat kotak-kotak pendek yang dipermanis dengan ikat pinggang berbentuk pita. Stocking hitam yang menutupi kaki jenjangnya begitu menggoda.

"Hi, mbak. Pak Arya sudah ada di dalam?" Vita mengangguk.
"Aku masuk sekarang ya."
"Okee. Lunch bareng ya?" Aerin tersenyum sambil mengerdipkan sebelah matanya.

Detik-detik menunggu Aerin tiba di ruangannya, Arya merasakan dadanya berdebar-debar. Arya tersenyum geli sendiri. Walaupun Aerin sudah memintanya untuk melupakan apa yang terjadi diantara mereka, tapi ada bagian lain dari jiwanya yang tak rela melupakan kejadian itu begitu saja.

"Siang, Pak Arya." Sosok itu muncul dengan segala keindahannya.
"Siang, please sit." Aerin langsung duduk di kursi di depan Arya, lalu mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalam map yang dibawanya.

Arya menatap amplop itu dan memperhatikan ekspresi Aerin yang tampak tak begitu nyaman. Selama ia menjadi CEO, sudah lumayan sering ia ada di adegan seperti ini. Apa Aerin...

"Apa ini?" Tanyanya penuh kecurigaan, berharap bahwa bukan seperti yang ia pikirkan.

Aerin menatapnya dengan pandangan lembut, diam sesaat tak menjawab.

"My resignation letter."
"Kenapa?" Arya bertanya tanpa basa-basi. Ia menatap tajam mata Aerin, mencoba mencari jawaban.
"Tidak ada apa-apa dan bukan karena apa-apa."
"So, kenapa harus resign? Kamu punya masalah apa? Let's discuss! Kita bisa bicarakan dengan baik-baik. Atau, kamu mau apa? Global akan penuhi. Whatever you ask as long as you don't resign." Pertanyaan bertubi-tubi dari Arya membuat Aerin speechless.
"Pak Arya sudah membaca biodataku, tapi Pak Arya lupa membaca kontrak kerjaku dengan Global."
"Ada apa dengan kontrak kerja kamu?"

Aerin menggeser notebook Arya, menekan sejumlah tombol dan dalam sekejap kontrak kerjanya muncul di layar projector. Arya memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pusing.

"Vita, please cancel all meeting," ucapnya di telpon.

Vita menangkap nada putus asa. Apa yang sedang terjadi di dalam? Kenapa Arya sampai harus membatalkan banyak meeting penting siang ini?
'IT Expert terikat kontrak khusus dengan Global Cell, sebagai beikut :

1. Tidak boleh mengajukan pengunduran diri selama 5 tahun bekerja.
2. Pengunduran diri efektif berlaku 1 tahun dari tanggal surat Pengunduran Diri.
3. Dalam masa 1 tahun terakhir, IT Expert diperbolehkan mengambil semua jatah cuti yang belum diambil, yaitu 1 bulan per tahun.
4. Dalam masa 1 tahun terakhir, pihak Global mempunyai hak untuk memanfaatkan keahlian IT Expert untuk kepentingan FF Group.'

Arya menarik napas panjang. Poin-poin yang tercantum di kontrak sudah sangat jelas.

"Yes...kontraknya seperti itu, tetapi kamu tidak harus resign sesuai dengan syarat di kontrak kan?"

Aerin tau ada kepasrahan di nada tanya Arya.

"Tapi aku memang ingin resign!"
"Can you tell me, why? Kalau kamu tidak mau bilang masalah kamu apa, bagaimana Global bisa berusaha untuk membuat kamu tetap ada disini?"

Aerin jadi ikutan stress dengan pertanyaan Arya. Kok jadi berbelit-belit amat?

"Pak Arya, aku mau resign! Ini Surat Pengunduran Diriku! Aku tidak punya kewajiban untuk memberitahukan kepada siapa pun, apa alasanku. Please respect the contract!"

Aerin meletakkan amplop putih itu tepat di hadapan Arya dengan sedikit kasar.

"Aerin..."
“Sebenarnya aku ingin menyampaikan Surat Pengunduran Diriku dengan damai without disputes. Tapi pertanyaan Pak Arya membuat aku emosi. I'm sorry." Wajah Aerin tampak sedih.

Arya terdiam, apa sikapnya terlalu berlebihan?

"Saat aku menawarkan diri untuk menjadi IT Expert disini, aku sudah tau aku akan bekerja sampai kapan. Aku sudah punya rencanaku sendiri. Aku sudah menyusun Plan A dan Plan B sebagai pilihan. So, jangan mempersulit aku. Tanpa aku, Global akan tetap sama. Bahkan nantinya dalam 1 tahun kedepan Global akan punya banyak IT staff tangguh yang bisa di lead oleh Bagas." Wajah Aerin terlihat sangat optimis.
"Jangan lagi bertanya apa dan kenapa. Karena itu sangat privasi. Aku harap Pak Arya bisa mengerti. Kita punya alasan masing-masing yang tak semua bisa kita bagi dengan orang lain. So, aku anggap ini akhir dari diskusi kita. Let's respect each other."

Arya menatap Aerin yang seperti memohon kepadanya. Rasanya ingin sekali ia bangkit dan dengan segera memeluk erat gadis itu. Kenapa ia merasa ada bagian dari dirinya yang terasa kosong menyadari gadis itu tak lama lagi ada disini.

"I'm sorry," ucap Arya tulus.

Aerin akhirnya bisa tersenyum, yang dalam penglihatan Arya...sebuah senyum yang sangat lega.

"Thank you Pak Arya. So, let's continue our discussion."

Aerin kembali duduk. Mengambil selembar kertas kosong di meja Arya dan dengan semangat mulai mencoret-coret tentang rencananya.

"Aku punya jatah cuti 6 bulan, termasuk cuti tahun depan. So, aku akan stay sampai dengan Bagas kembali dari training which is the end of December. Januari sampai Mei, I will take my leave. Juni sampai Agustus aku kembali bekerja. And in September I will take my last leave. Is it okay?" 1

Arya terdiam, sepertinya mau tak mau ia harus setuju karena harus menghormati kontrak.

"Okay," jawabnya dengan nada sangat berat.

Aerin tersenyum melihat ekspresi Arya yang jelas terpaksa banget.

"Pak Arya gak usah khawatir, selama aku tidak disini I'm available 24 hours. Pak Arya juga boleh kasih aku banyak PR misalnya benerin sistem database perusahaan lain under FF Group."
"Okay." Arya tidak tau harus menjawab apa lagi. Aerin tampak senang banget karena ia bisa berkompromi dengan planningnya.
"Okay, kalau gitu aku permisi. Pak Arya, have a nice day."
"Hm..." Respon Arya pelan sambil menatap Aerin yang melangkah keluar.

==========

Vita yang dari tadi sudah khawatir, langsung menghampiri Aerin yang tampak happy.

"Is everything all right?" Aerin mengangguk.
"Sure, mbak. Emangnya kenapa? Apa yang salah?"
"Tapi tadi bos suruh batalin semua meeting." Vita bingung sendiri. Ia segera menuju ke mejanya dan mengkonfirmasi ke Arya.
"Pak Arya, apa meeting siang ini bisa kita lanjutkan?"
"No. I have no energy. Let's reschedule," jawab Arya dengan nada lemah.

Vita dan Aerin saling menatap. Aerin mengangkat kedua bahunya, bereskpresi tak tahu menahu. Tapi Vita merasa Aerin menyembunyikan sesuatu darinya. Pak Arya sangat baik-baik saja sebelum ketemu Aerin.

"Mau saya order lunch?" Tawar Vita karena sudah jam makan siang.
"Tidak usah. I will go home, just call kalau ada yang urgent." Vita semakin bingung, Aerin juga ikutan bingung.
"Baik, Pak Arya."
***

Saat makan siang bersama Andy, baru Vita punya gambaran kenapa si bos moodnya tiba-tiba berubah. Vita protes keras kepada Aerin yang tidak memberitahukan kepadanya kalau ia akan resign. Aerin pun sangat kerepotan membujuk agar Vita tidak marah.

"Mbak Vita, kalau tadi sebelum masuk ke ruangan Pak Arya, aku beritahu Mbak Vita... Mbak Vita pasti akan heboh. Trus sekantor heboh." Aerin membela diri.
"Sekarang aja liat, suara kaget Mbak Vita bahkan sudah membuat orang-orang disini tau aku resign."

Tentu saja Aerin mendengar dengan jelas bisik-bisik staf lain yang mulai membicarakan pengunduran dirinya. Berita cepat tersebar, sebentar lagi ia juga harus menjelaskan banyak hal pada pasukannya.

"Sudahlah Vit, kamu kan tau dari awal tentang kontrak Ririn. Kamu bahkan yang ketik." Andy menyenggol kaki Vita yang berwajah sebel.
"Aku marah karena aku taunya belakangan. Kenapa dia kasih tau kamu, aku tidak?"
"Mbak Vita, please. Jangan gitu. I love you both. Gak ada yang berubah." Wajah Aerin tampak sedih. Vita mulai trenyuh.
"Aku pernah bilang ke Mbak Vita kalau aku menunggu seseorang, kan? Karena itu aku meninggalkan kerjaanku di Massachusetts dan kembali ke Jakarta. Nah, masa tungguku sudah expired, so tidak ada alasan aku untuk stay disini." Vita terdiam, ia menatap Aerin dengan wajah sedih lalu memeluknya erat.

Kenapa ia harus marah kepada Aerin? Aerin pasti sangat menderita dengan keputusannya sendiri. Ini adalah saat Aerin memantapkan langkahnya untuk move on dari cinta masa lalunya, kenapa ia sebagai sahabat harus membuatnya merasa bersalah?

"Sorry, maaf." Aerin tersenyum dengan mata berkaca-kaca, ia semakin mempererat pelukannya.
***

Dan berita itupun menyebar dengan cepat. Aerin merasa sangat letih untuk menjelaskan tentang kepergiannya. Melihat emosi dari orang-orang di sekitarnya, membuat bebannya menjadi begitu berat.

"So, kalian pasti sudah dengar kabarkan?" Wajah-wajah murung pasukannya membuat Aerin merasa bersalah banget.
"Tidak ada yang akan berubah, aku baru akan resmi keluar tahun depan. Sebelum aku pergi, aku pastikan kalian semua akan menjadi IT staff tangguh. Makanya tadi pagi aku bagi assessment list untuk melihat ketertarikan kalian di bagian apa. Aku akan mengirim kalian untuk training sesuai dengan bidang IT yang kalian pilih."
"Mbak Ririn akan bekerja di tempat lain?"

Aerin menggeleng.

"Dari dulu aku freelancer, Global adalah kantor resmi pertamaku. Setelah aku selesai disini, aku akan kembali menjadi freelancer. So, aku tidak resign untuk pindah ke perusahaan lain. Bahkan ntar kalau Global punya masalah, kalian tetap bisa call aku."
“Mbak Ririn makasih atas support nya." Mario yang semula ikutan kalut dengan kabar kepergian Aerin, kini bisa berbesar hati.
"Kalian smart dan mau belajar, aku yakin kalian akan membawa Global menjadi lebih sukses in the future. Tetap kompak dan saling support, kalian pasti tidak butuh aku lagi." Ada wajah-wajah bahagia mendengar pujiannya. Aerin merasa lega sekali. Yang paling penting setelah ia pergi adalah semangat pasukannya tetap terjaga.
***

🎵I'm a big big girl, in a big...🎵

Aerin melihat ke nama yang muncul di layar Hpnya dan menjelaskan tentang pengunduran dirinya belum berakhir. Ada niat untuk mengabaikan saja panggilan itu, tapi ia tak sampai hati.

"Selamat sore, Tante Farah," sapanya dengan mata tak lepas dari layar notebook.
"Aerin, kamu sehat?" Pertanyaan Tante Farah membuat ia merasa tak enak hati. Pasti berita pengunduran dirinya sudah sampai ke telinga Tante Farah.
"Sangat baik. Tante apa kabar?" Ada jeda sesaat.
"Well, not so good. Tante mau invite kamu buat dinner malam ini."

Hal yang ingin ia lakukan setelah jam kantor berakhir adalah segera pulang, mengoffkan semua perangkat komunikasi dan tidur tanpa gangguan. Sudah cukup dari pagi tadi ia harus menjelaskan kepada banyak orang tentang ada apa dan kenapa.

"Baik, tante. See you soon." Namun jawaban yang keluar dari mulutnya sangat bertolak belakang dengan keinginannya. Begitulah, karena rasa hormat yang mengalahkan keletihannya.

Arya mendengar percakapan mamanya dan Aerin.

"Kenapa mama harus repot-repot pakai ngundang dinner segala? It's useless! Dia tidak akan berubah pikiran dan dia tidak akan kasih tau alasannya. Kalau ada cewek yang paling keras kepala, itu dia!" Protes Arya setengah emosi. Ia tak ingin mamanya memohon kepada Aerin untuk membatalkan niatnya.

Farah terdiam, ia sangat mengenal anaknya dan sekarang ia merasa ada emosi yang lain pada Arya. Apakah Arya dan Aerin terlibat pertengkaran?

"Mama hanya ingin ngobrol dengan dia. Mungkin kamu merespon pengunduran dirinya dengan emosi, jadi dia tidak memberitahukan alasan yang sebenarnya." Farah tersenyum lembut, wajah Arya dari pulang kantor tadi sangat tak sedap dipandang. Sepertinya ada emosi dalam yang tidak tersalurkan.
***

Sepulang dari kantor pukul 7 malam, Aerin langsung singgah ke rumah Arya tanpa berganti pakaian. Tante Farah sudah menunggunya di teras. Aerin berusaha tersenyum seramah mungkin, walaupun ia tau Tante Farah pasti bisa menangkap keletihan dalam senyumnya.

"Dari kantor?" Tanya Farah begitu melihat Aerin mengenakan dress yang begitu resmi. Aerin mengangguk.
"Iya, tante."
"Oh, sorry. Tante tau kamu sangat sibuk. Ayo kita masuk."

Mereka menuju ke ruang makan. Ada banyak menu makanan yang sudah terhidang. Aerin merasa seperti dejavu karena mencium aroma hidangan yang dulu saat kecil selalu membuatnya ingin makan di rumah Tante Farah.
Dan, benar saja. Ada Soup Jagung Kepiting yang masih mengepulkan asap, menu yang pas untuk menghilangkan keletihannya. Udara di luar juga lumayan dingin.
Pak Ferdinand muncul, diikuti Arya yang berjalan di belakangnya.

"Apa kabar?"
"Baik, om," jawab Aerin sambil melirik ke Arya yang sepertinya memang tak mau melihat kearahnya. Aerin yang hendak menyapa, mengurungkan niatnya. Arya langsung duduk di kursi di depannya.

Farah dan Ferdinand saling tersenyum melihat sikap Arya. Sudah lama sekali Arya tidak bersikap kekanakan seperti itu.

"Ayo, kita mulai makan," ajak Ferdinand, mencairkan suasana kikuk karena sikap Arya.

Aerin tersenyum. Hal pertama yang ia lakukan tentu saja menikmati semangkok Sup Jagung Kepiting. Aerin hendak mengambil sendok sup, tapi kalah cepat dengan Arya yang seperti sengaja mendahuluinya.
Dejavu kembali melanda. Persis seperti dulu, Arya juga melakukan hal yang sama begitu melihat ia antusias ingin mengambil sup. Aerin tertegun sesaat, dulu Arya melakukannya dengan sengaja karena ingin membuatnya menangis, padahal semua orang tau Arya tidak suka sup berkuah kental.
Arya terus menyendok sup sampai mangkok supnya penuh, baru ia berhenti. Aerin menunggu dengan sabar.
Ferdinand sampai harus menyenggol kaki Arya sebagai peringatan untuk bersikap baik kepada tamu, tapi Arya tak perduli.

"Sini, biar tante isi mangkok supnya." Farah mengambil mangkok sup dari tangan Aerin dan mengisinya.
"Makasih, tante." Aerin yang tak terpengaruh dengan perlakuan Arya, mulai menikmati sup dengan lahapnya. Rasanya masih seperti dulu, bahkan begitu habis.. ia menambah lagi, tak punya niatan untuk menikmati menu lain.

Farah tersenyum, cara Aerin menikmati Sup Jagung Kepiting telah mengingatkan ia pada seseorang. Seorang anak kecil yang selalu berbinar-binar saat tau ia memasak Sup Jagung Kepiting kesukaannya.
Tidak banyak percakapan yang terjadi di meja makan. Farah dan Ferdinand tidak tega mengganggu Aerin yang tampaknya sangat menikmati makan. Selain itu, wajah Arya yang datar saja... juga membuat mereka mengurungkan niat untuk memulai pembicaraan. Mereka khawatir ucapan Arya akan membuat Aerin sedih karena makan malam ini memang bertujuan untuk sebisanya membatalkan pengunduran diri Aerin.

Bersambung #22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER