Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Selasa, 11 Februari 2020

GENDIS AYU 1 - 9

Cerita Bersambung
Karya : Praptiprap



Gendis ! Begitulah namanya. Manis ! tentu saja terasa jika memandangnya. Dia seorang gadis desa. lugu, bersahaja, dan sederhana. Tidak neko-neko. Dia jatuh cinta kepada seorang pemuda tampan yang sedang KKN di desanya.

Namun perangai kakaknya yang jahat membuat ia menangisi nasibnya. Kakak yang disayanginya telah merebut kekasih hatinya. Bahkan berulang untuk yang kedua kalinya. Dasar Gendis seorang gadis yang bersahaja dan baik hatinya, dia rela menjatuhkan pilihan yang begitu sulit, yaitu melepaskan cintanya atau kesembuhan kakaknya dari penyakit gila. Dia lebih memilih kakaknya.

"Alloh mboten sare (Alloh tidak tidur)" begitu kata pepatah. Akhirnya jodohpun tidak kemana. Tanpa disangka, pemuda yang diidam-idamkannya kembali untuk menyatukan cinta mereka. 
Haru ! satu kata yang pantas untuk komentar cerita ini.

Gendhis Ayu #1- "Tuh, kan ibu jahitin aku baju sama lagi sama Gendhis" teriak Nawang tidak suka.
Gendhis hanya bisa menunduk demi mendengar protes Nawang, kakak perempuannya.

[*] Gendhis Ayu #2- Hujan deras pagi itu membuat mahasiswa KKN memberikan penyuluhan soal irigasi di pendopo rumah Pak Lurah.
Target mereka KKN di desa ini adalah membuat bendungan agar pengairan di desa cukup saat menghadapi musim kemarau yang akan datang.

Gendhis Ayu #3- Panji segera menyadari perubahan mimik Gendhis begitu dilihatnya muka Nawang menegang di pinggir pendopo.
"Waah.... Nawang sudah pulang ya"kata Panji mencoba bersikap biasa.

Gendhis Ayu #4- Beberapa warga yang diutus untuk menjemput pak mantri kembali dengan tangan hampa.
Satu-satunya mantri kesehatan di daerah itu sedang pergi ke kota dan baru akan kembali esok hari.

Gendhis Ayu #5- Dari jauh terlihat seorang wanita tua tengah duduk dikursi rotan yang telah menghitam di teras sebuah rumah kecil, gubug lebih tepatnya.
Bibirnya mengepulkan asap, sebuah rokok lintingan klaras (kulit jagung) terselip di jari keriputnya.

Gendhis Ayu #6- Galih tertatih meninggalkan hutan wingit siwerak. Kakinya memang masih belum pulih benar namun dia sangat semangat kali ini.
Belum lagi dirinya keluar dari hutan, ketemu lagi dengan rombongan bebek putih yang seperti terdiam menatapnya.

Gendhis Ayu #7- "Ternyata enak ya Jeng," kata Galih dengan mulut monyong penuh serabi.
"Jelas to, serabi yu Jurni ini sudah terkenal sampai kecamatan loh," jawab Ajeng dengan mulut tak kalah monyong.

* Gendhis Ayu #8- Panji terlihat resah dan tidak tenang, berkali kali matanya melirik jam yang melingkar ditangannya. Sore ini Panji memang sedang menunggu Galih.
Ada perasaan aneh yang menggelayuti hatinya sejak pertama mengingat gadis manis Somawangi itu.

Gendhis Ayu #9- Galih cuma berdua dengan Panji di dalam mobil. Di kursi belakang tampak beberapa "seserahan" yang apik dibentuk sedemikian rupa.
Panji senyum-senyum sendiri melihat sahabatnya. Baru kali ini sahabatnya tampil rapi, biasanya slengean banget penampilannya.

---oo---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER