Karya : Tien Kumalasari
* Setangkai Mawar Buat Ibu #01- Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-gesa. Bayangan perempuan yang tadi dilihatnya harus terkejar olehnya. Sudah lama dia menunggu untuk bertemu.
"Arum... Arum... tunggu Arum.." pangggilnya berkali-kali.
Perempuan tinggi semampai berbaju biru kembang-kembang itu hampir terkejar olehnya.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #02- Angga melepaskan pegangan neneknya dan berlari kearah sudut ruangan, dimana seorang wanita duduk menghadapi sebuah laptop.
"Ibuuu..."
Bu Nastiti menatap kearah wanita dimana Angga berlari mendekatinya, lalu berbisik lirih.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #03- Aryo tertegun mendengar pemintaan anakna. Dipandangina Ratih yang tersipu dihadapannya. Gadis itu tampak salah tingkah. Tapi Angga terus menggoyang goyangkan tangan ayahnya.
"Bapak, ayolah bapak..."
* Setangkai Mawar Buat Ibu #04- "Ibuuu.." teriak Angga yang segera mengacungkan tangannya kearah Ratih. Rini membiarkannya, lalu mengangguk kearah Ratih dan dengan cepat berlalu.
"Terimakasih, bu Ratih," kata Aryo kepada Ratih.
"Nggak apa-apa, ayo kita ambil mobilmu."
* Setangkai Mawar Buat Ibu #05- Ketika keluar dari apotik itu, tiba-tiba ada rasa menyesal dihati Aryo. Ia sudah membuat seseorang jatuh, tapim tidak sempat meminta ma'af.
"Bodohnya aku. Seharusnya tadi aku bisa mengejarnya, kan mobilnya ada didepanku dan hanya selisih satu mobil. Kasihan, karena kepala pusing jadi kehilangan akal sehatku."
* Setangkai Mawar Buat Ibu #06- Keluar dari rumah sakit itu Aryo terus berfikir. Ke poliklinik apa ya kalau Arum benar-benar berobat? Banyak poliklinik dengan pengobatan bagi penyakit tertentu . Apakah Arum mengidap suatu penyakit? Mungkin hanya sakit biasa.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #07- Arum merengkuhnya, anak semata wayangnya, darah dagingnya, menciuminya tanpa henti, sambil berlinangan air mata.
"Anakku, kecintaan ibu, jadilah anak pintar ya Ngga, jadilah anak baik, yang selalu menjadi kebanggan ibu.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #08- Rini melepaskan tangan Angga yang sedang menggenggam tangannya. Ia bergegas keluar dari halaman dan menghilang dibalik pagar, setelah melihat sesosok bayangan orang yang dikenalnya, Arum, keluar dari rumah.
Angga heran melihat sikap Rini.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #09- Ia terus melangkah, tak perduli nanti mendapat marah. Ia hanya penasaran, bagaimana mungkin Arum bisa ada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan?
Begitu tiba didepan kamar yang diketahuinya adalah kamar Arum, ia berhenti melangkah.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #10- Masih gemetar tangan Aryo ketika memegang lembaran surat itu.
"Bagaimana Yo?" tanya bu Nastiti yang sudah menduga, tapi belum yakin akan isinya.
"Arum menggugat cerai," kata Aryo lemah.
"Ya Ampun, Arum, mengapa kamu setega itu?"
* Setangkai Mawar Buat Ibu #12- Bram mengawasi kemana gadis itu pergi, aduh.. menghilang kemana dia.
Bram melangkah mengitari tuku buku yang sangat luas itu.
Tadi ada anak kecil berlari lari. Tapi Bram kehilangan jejak.
"Aneh, kok wajahnya seperti bu Arum ya?" gumamnya sambil menuju kearah kasir.
"Selamat sore," sapanya pelan.
"Apa?"
Tiba-tiba bu Suryo keluar, mengikuti orang-orang desa yang berjumlah empat orang. Rupanya pembicaraan sudah selesai. Barangkali tentang pembelian pupuk, atau bagi hasil yang harus dirembug lagi.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #15- Arum terpaku ditempatnya bertdiri. Suara Aryo begitu bersemangat ketika tau bahwa dia yang mengangkatnya. Karena gembira bisa menyapanya? Belum sempat mengatakan sesuatu, kecuali hanya sulit menghubungimu. kata Aryo di telephone itu.
Arum kebingungan. Nomor telephone yang menghubungi tadi belum sempat dicatatnya.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #16- Bramasto memegangi ponselnya dengan tangan gemetar. Tampak geram membacanya. Ia kemudian mengulurkan ponsel itu kepada Aryo.
"Coba pak Aryo baca ini."
Aryo menerima dan membacanya.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #17- Namun beberapa kali Arum menelpone tetap tak ada jawaban.
"Apakah mas Aryo masih sibuk? Ingin rasanya Arum menelphone kekantor Aryo, tapi agak sungkan. Selama menjadi isterinya ia tak pernah mengganggu pekerjaan suaminya.
"Arum," kata bu Suryo sambil menarik tangan Arum dan diletakkannya didadanya.
* Setangkai Mawar Buat Ibu #19- Arum mengangkat kepalanya. Ia menoleh lagi ke arah yu Siti, masih diam sambil memeluk guling. Arum bangkit dan duduk ditepi ranjang. Isak itu masih terdengar. Arum berdebar, turun dan melangkah kearah pintu. Dibukanya pintu kamarnya, perlahan sehingga tak menimbulkan suara.
"Tahi lalat diatas bibirnya? Aduh, aku kok nggak begitu perhatian ya, aku bertemu hanya sekilas, ketika Arum mengajak ke sekolah Angga. Tapi mengapa kamu bertanya begitu yu?"
Yu Siti bingung untuk menjawabnya. Ia keceplosan menanyakan hal itu. Padahal dia masih takut mengakui bahwa anaknya yang diberikan orang itu kembar.
"Apakah kamu menyesal menjadi anakku, Ratih?" tiba-tiba pak Kardi menyela. Ia merasa disitu bukan siapa-siapa. Ratih juga bukan darah dagingnya, anak tiripun tidak.
---oo---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel