Karya : Naya R.
Sementara Halimah, Umi Hanafi hanya bisa menundukkan wajahnya semakin dalam.
* Bias Rindu #2- Hanafi melipat surat yang baru dibacanya dan meletakkannya di atas meja.
Rumah sakit swasta tempat Hanafi mengabdi ini membuka cabang di Bukit Tinggi. Dan Hanafi ditugaskan untuk ikut merintis di rumah sakit baru tersebut.
Rumah sakit swasta tempat Hanafi mengabdi ini membuka cabang di Bukit Tinggi. Dan Hanafi ditugaskan untuk ikut merintis di rumah sakit baru tersebut.
* Bias Rindu #3- Datuak Sutan Bandaro telah dipindahkan ke kamar perawatan. Selain karena permintaannya sendiri, kondisi kesehatan ayah Arini ini juga terlihat makin membaik.
Datuak Sutan Bandaro menempati kamar VIP di lantai lima.
Datuak Sutan Bandaro menempati kamar VIP di lantai lima.
* Bias Rindu #4- “Siapa tadi?” Umi menatap Hanafi tajam. Hanafi menunduk tak berani membalas tatapan uminya yang penuh amarah.
* Bias Rindu #5- Arini baru saja selesai sholat duha ketika pintu kamarnya di ketuk. Arini bergegas membukakan pintu. Annisa berdiri di hadapannya dengan wajah cemas.
“Ada apa, Dek?”
“Umi pusing Uni, tadi mau bangun dari tempat tidur langsung terjatuh.”
* Bias Rindu #6- Etek Halimah telah diizinkan pulang. Hanafi mengurus semua urusan admistrasi dan obat-obatan uminya ditemani oleh Arini.
Arini takjud juga melihat Hanafi yang terlihat nyaman berbagi tugas dengannya.
Arini takjud juga melihat Hanafi yang terlihat nyaman berbagi tugas dengannya.
* Bias Rindu #7- Setelah Hanafi berangkat ke rumah sakit, Annisa dan Udin pergi sekolah, Arini mencari Etek Halimah ke kamar tamu. Etek Halimah terlihat sedang melipat sajadahnya, sepertinya baru selesai sholat duha. Etek Halimah mengangguk pada Arini, menyuruh Arini masuk. Arini masuk dan duduk di pinggir tempat tidur. Tidak lama, mertuanya pun datang mendekat.
* Bias Rindu #8- Sampai di bandara Adi Sucipto Yogyakarta, Arini sebisa mungkin mengurus barang-barangnya sendiri. Adrian bisa melihat kalau Arini mencoba menjaga jarak dengannya. Adrian mencoba menghargai sikap Arini tersebut. Tetapi, membiarkan perempuan bermata indah ini seorang diri, Adrian juga tidak tega.
* Bias Rindu #9- Arini duduk sendiri di bangku taman Malioboro. Ucapan dokter kandungan benar-benar mengganggu pikirannya.
“Selamat, ya. Usia kandungan Mbak telah memasuki minggu keenam.”
Arini merasa semesta sedang memandang iba padanya.
“Selamat, ya. Usia kandungan Mbak telah memasuki minggu keenam.”
Arini merasa semesta sedang memandang iba padanya.
* Bias Rindu #10- Hanafi duduk di samping ranjang umi Halimah. Pelan diambilnya tangan sang umi dan diciumnya dengan lembut.
“Umi, Hanafi melakukan kesalahan lagi. Hanafi kembali melukai hati Arini, Umi. Masihkah ada kesempatan bagi Hanafi untuk memperoleh maaf dari Arini, Umi?” Hanafi menggenggam tangan uminya dengan mata yang mulai terasa kabur.
“Umi, Hanafi melakukan kesalahan lagi. Hanafi kembali melukai hati Arini, Umi. Masihkah ada kesempatan bagi Hanafi untuk memperoleh maaf dari Arini, Umi?” Hanafi menggenggam tangan uminya dengan mata yang mulai terasa kabur.
*** END ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel