Karya : (Un-known)
* Bukan Cinta Semalam #1- "Nih ada undangan dari Bos, Mas Adit diminta datang, harus katanya,""Hmmm..."
Sudut mataku hanya melirik sekilas, melihat undangan pernikahan yang disorongkan Pak Rifki barusan, aku tetap fokus di layar laptop.
* Bukan Cinta Semalam #2- "Edyaaaan kamu Mas, Bu Rara kecewa banget tadi..." sembur Pak Rifki ketika sampai di depan meja kerjaku.
"Maaaf Pak..."
"Maaaf Pak..."
* Bukan Cinta Semalam #3- Aku perlahan menghentikan Lancer Evo ku di depan gerbang rumah mewah di
daerah Kemang. Nomer rumah yang ditempel di samping pos security itu,
nggak salah lagi sudah sama dengan alamat yang Pak Fariz kirim sore
tadi.
* Bukan Cinta Semalam #4- Aku melangkah dengan gontai menuju ke depan lift, tak mungkin lagi aku meneruskan turun tangga ke lantai 4 tempat Pak Rifki.
"Apakah aku begitu membahayakannya sampai harus dimata matain...?"
"Apakah aku begitu membahayakannya sampai harus dimata matain...?"
* Bukan Cinta Semalam #5- Dengan sedih aku hanya memandang Rara, terbayang momen nekat aku mencium
Rara tadi dan sudah tak kurasakan lagi bekas tamparan di pipiku.
"Maafkan aku, Rara..,"
Aku hanya tertunduk menyesal.
"Maafkan aku, Rara..,"
Aku hanya tertunduk menyesal.
* Bukan Cinta Semalam #6- Kembali ranjangku menjadi tempat tidur Rara, roti bakar itu, gosong
telur itu, sudah membuatku kalang kabut. Aku segera berlari ke warung
bubur ayam. Sebelum Rara siuman. Hanya itu yang bisa kulakukan, lebih
dominan panik dan bingung.
* Bukan Cinta Semalam #7- Untuk sesaat saja aku hanya diam, entah karena menikmati pelukan Rara
atau tidak tahu lagi harus bagaimana, di saat yang sama mama Rara
melihat kami dari balik jendela kaca.
Terpaksa aku berbisik lirih di dekat telinga Rara.
Terpaksa aku berbisik lirih di dekat telinga Rara.
* Bukan Cinta Semalam #8- Aku semakin luruh kala Rara mendekap kepalaku dengan erat, perlahan air
mataku meleleh seolah melawan sekuat tenaga sesak di dadaku.
Rara mengusap kepalaku dengan tangan lembutnya, mencium pipiku, sentuhan pipi yang kulihat juga mulai runtuh bening air matanya.
Rara mengusap kepalaku dengan tangan lembutnya, mencium pipiku, sentuhan pipi yang kulihat juga mulai runtuh bening air matanya.
* Bukan Cinta Semalam #9- "Halo Boooss, lagi neng ndi iki"
---(Halo Boooss, lagi dimana ini)
Suara renyah mandor Yanto yang sekarang menjadi Bos Mandor, meneleponku pagi itu.
---(Halo Boooss, lagi dimana ini)
Suara renyah mandor Yanto yang sekarang menjadi Bos Mandor, meneleponku pagi itu.
--- oo ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel