Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Senin, 28 Februari 2022

BAGAI REMBULAN 1 - 18

Cerita Bersambung
Karya : Tien Kumalasari
 


* Bagai Rembulan #1- Anandayu berjalan keluar dari kampus, menyusuri rimbunnya tumbuhan disekelilingnya, menghirup wangi daun-daun, dan menikmati warna warni bunga bermekaran disore itu. Kampus sudah sepi. Hanya satu dua orang bersepeda motor meluncur pulang, dan terkadang menyapa Dayu yang berjalan sendirian.
* Bagai Rembulan #2- Aliando termenung di apartemennya. Telepone ibunya sangat membuatnya tertekan dan kebingungan.
“Kalau begitu lebih baik aku tidak usah pulang saja. Aku tak bisa menggantikan tempat Dayu bagi gadis lain.

* Bagai Rembulan #3- Aliando merasa miris. Ia tak pernah melihat mamanya semarah itu. Dari mana mamanya tahu bahwa dia pergi dengan seorang gadis? Yang disebutnya anak pembantu pula?
Ia bersimpuh dihadapan mamanya, kedua tangannya memegang lututnya, lalu kepalanya rebah dipangkuannya.

* Bagai Rembulan #4- Aliando merasa cemas. Ia menyesal tadi tak menghiraukan kata-kata mamanya, meninggalkannya tanpa kata-kata hanya dengan mencium tangannya. Bagaimana kalau terjadi apa-apa atas mamanya?.

* Bagai Rembulan #5- Pisang yang digenggamnya hampir terlepas, sementara Lusi tersenyum penuh kemenangan. Ia menatap Susan dan mengacungkan satu jari jempolnya.
“Kamu sekolah ?”
“Saya kuliah.. ditempat Aliando kuliah dulu,” gemetar suaranya.

* Bagai Rembulan #6- Tapi dekapan di mata itu bertambah kenceng.
“Aliando, sakit, tahu !!” Dayu mulai berteriak. Tapi tiba-tiba Dayu menjadi curiga. Dia mencium bau parfum maskulin yang berbeda. Dan Aliando tak akan sekasar itu. Ini bukan Aliando. Dayu menggerakkan kedua tangan untuk menyikut tubuh dibelakangnya.

* Bagai Rembulan #7- Seruni tertegun, menatap suaminya seakan mohon pendapatnya.
“Mengapa Dayu?” tanya Seruni.
“Anak kita suka sama Dayu?”
“Ya Tuhan.. mas, cepat panggil dokter dulu.” Kata Seruni yang kemudian mengambil lap dan air dingin untuk mengompres kening Naya.

* Bagai Rembulan #8- Susan menatap priya gagah itu, lalu mengangguk hormat.
“Ya, om.” Jawabnya sambil terus mengingat-ingat.
“Kamu tidak mengenal aku? Aku pernah melihat kamu dirumah sakit, ketika membezoek bu Diana."

* Bagai Rembulan #9- “Kakek, aku mohon jangan menolak, terima saja.”
“Aku tidak menjual koran semahal ini..”
“Bukan, hanya sebagai ungkapan terimakasih..”

* Bagai Rembulan #10- Bu Diana terkejut atas sikap Lusi yang tiba-tiba berubah, berdiri dengan mata melotot kearahnya, tak ada sopan-sopannya.
“Jadi mbakyu benar-benar mengingkari apa yang pernah mbakyu katakan beberapa waktu yang lalu?” katanya sambil menuding kearah wajah bu Diana.

* Bagai Rembulan #11- “Pak, sebentar pak..” kata Tikno..
Tapi kakek tua itu malah menstarter sepeda motor bututnya.
“Bukankah....”
Dan motor butut itu melaju meninggalkan Tikno dan Adit yang bengong seperti sapi ompong.

* Bagai Rembulan #12- Teriakan Lusi membuat bingung suster perawat. Tak seorangpun tahu kapan Susan pergi. Dan tiba-tiba lenyap seperti ditelan bumi.
Satpam rumah sakit ditugaskan mencari. Tanpa hasil.

* Bagai Rembulan #13- Mobil itu terus melaju, dan Dayu merasa heran, karena salon yang dimaksud sudah lewat.
“Lho, dimana salonnya? Bukan itu tadi?”

* Bagai Rembulan #14- Tikno menarik Adit agar menjauh karena dokter sedang memeriksa. Dengan cemas mereka menunggu. Dilihatnya dokter memberi perintah kepada pembantu-pembantunya, lalu seorang perawat mengambil obat dan menyuntikkannya kedalam selang infus.

* Bagai Rembulan #15- Adit menatap Yayi tak percaya. Dilihatnya Yayi mengangguk-angguk, untuk meyakinkan dirinya.
“Kamu?”
“Ya..”

* Bagai Rembulan #16- Susan mencengkeram meja didepannya agar tak sampai limbung dan jatuh dari tempat duduknya. Seperti mimpi mendengar kata-kata yang seperti menggelegar membelah perasaannya.

* Bagai Rembulan #17- Susan bangkit dan menuju kearah depan.
“Naaah, benar kan? Syukurlah ketemu kamu Susan, kemarin aku pas lewat rumahnya kosong.”
“Iya tante.”
“Boleh aku duduk?”

* Bagai Rembulan #18- Susan dan Naya masih berada didalam mobil, ketika salah seorang lelaki mendekat. Susan mengenalinya, dan hatinya berdebar.
Salah satu laki-laki itu adalah Tomy, temannya Anjas.
Dan tiba-tiba Susan menjadi cemas. Kalau terjadi bentrokan, mereka bertiga dan Naya hanya seorang diri, pasti Naya tak akan bisa bertahan.

--- oo ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER