Oleh : Ayu Fitri Septina
*Kekang #1- Marini terduduk lemas di depan cermin rias. Dia sudah menyangka akhir pertemuan ini akan begini, tidak ada restu apalagi pernikahan. Alih-alih mendapat lampu hijau, dia justru harus mengakhiri hubungannya dengan Dio, kekasih hatinya. Biar ndak kena sial, begitu ibunya berdalih.
*Kekang #2- Di masyarakat Jawa memang tersebar berbagai macam tradisi dan kepercayaan. Bahkan, di jaman yang serba modern seperti sekarang pun kepercayaan tersebut tidak serta merta hilang. Sebagian masyarakatnya masih kental dengan hal-hal semacam itu.
*Kekang #3- “Bu, bangun, Bu!” Marini mengguncang-ngguncangkan tubuh ibunya. Selarut ini dia belum tidur dan mendengar ceracau ibunya dari dalam kamar. Sang ibu berteriak-teriak seperti orang kesetanan.
“Bu, sadar, Bu!”
*Kekang #4- Mami memang punya penilaian tersendiri terhadap perempuan. Dia yang orang jawa tulen, sangat mengagumi gadis-gadis yang pandai dan punya unggah-ungguh di jaman modern ini. Karena itulah Mami menyukai Marini.
*Kekang #5- Plakk!
Tamparan keras mendarat di pipi kiri Marini. Tak hanya sekali, tamparan itu berkali-kali menghantam kedua pipinya. Marini mengaduh, pipinya terasa sakit dan bengkak.
*Kekang #6- Dio belum juga memejamkan mata. Entah kenapa hatinya tak tenang, keresahan mengusik sanubarinya. Wajah Marini yang penuh lebam masih menghantui pikiran pemuda ini. Apa gerangan yang terjadi pada Marini?
Tuhan, jaga dia dan bayiku, batinnya memanjatkan doa.
*Kekang #7- Gerung mobil Dio berhenti di halaman Puskesmas. Segera turun dan membopong Marini, dia berlari masuk ke ruang UGD. Tiga orang petugas yang tengah terkantuk-kantuk langsung kembali siaga dibuatnya.
*Kekang #8- Sang surya mulai menyemburatkan warna jingganya ketika Dio memasuki halaman rumah berpagar tinggi itu. Pak Harno sudah siap siaga, geliat kesibukan sudah mulai terlihat di sana. Mang Asep, si tukang kebun juga sudah sibuk memotong rumput.
*Kekang #9- Dio tertawa sampai terpingkal mendengar penuturan Mami barusan.
“Dan Mami percaya semuanya, Mi? Berarti Mami tidak ada bedanya dengan ibunya Marini yang Mami bilang kolot itu?” Dia tertawa lagi.
*Kekang #10- Dio terperangah tak percaya mendengar informasi itu. Tubuhnya mendadak terasa kaku dan mati rasa, tak tahu harus berbuat apa. Bunga-bunga di hatinya sirna tak bersisa. Kabar baik itu, restu Marzukoh dan Mami, rencana pernikahan akhirnya benar-benar hanya menjadi impian.
*Kekang #11- Dio segera dilarikan ke rumah sakit, sementara Marzukoh yang syok masih setengah terjaga. Mulutnya menceracau menyebut nama Marini.
“Ma-rini ... nduu-k ...”
Petugas segera melakukan penanganan terhadapnya, pertolongan pertama pada pasien yang mengalami syok seperti itu.
*Kekang #12- Kemarin malam, perempuan itu belum tidur. Dia melihat Dio mengendap-endap ke dalam garasi, lalu pergi meninggalkan rumah. Segera disambarnya handphone yang tergeletak sembarangan di ranjang berkelas dunia itu.
*Kekang #13- Laksmi Purba Hanggara Diningrat. Gadis itu anak satu-satunya yang dimiliki Hanggara, pewaris tunggal seluruh hartanya. Karena itulah Hanggara mendidik gadis ini demikian ketat, agar karakternya menyerupai laki-laki, tahan banting.
*Kekang #14- “Tunggu saja sampai aku memberitahu Laksmi soal romonya yang ternyata bandar narkoba itu!” lanjut Dio.
Mami menelan ludahnya. Bagaimana bisa dia seceroboh itu? Empat hari sebelum Dio pulang dari rumah sakit, Hanggara datang menjenguk.
--- oo ---
Mantap, kak...komplit ini. Tks ya...🙏👍😀
BalasHapus