Karya : Metta Ressya Arianthi
* Aruna Mencari Cinta #1- "Minumnya, Mas."
Aku meletakkan secangkir kopi hitam di meja makan. Lalu duduk, tepat di samping Mas Ibas.
Pria yang sudah rapi dengan setelan kemeja ini tak menjawab maupun menoleh. Mungkin terlalu fokus pada koran yang sedang dibaca, jadi ia tak menyadari kehadiranku.
* Aruna Mencari Cinta #2- "Aruna ...."
"Bangun, Sayang ...."
"Aruna ...."
"Kamu kuat, Nak."
Kudengar bisikan Ayah dan Ibu. Samar, tampak wajah mereka. Wajah yang menyiratkan ....
* Aruna Mencari Cinta #3- Bip. Bip.
Suara alat pendeteksi denyut jantung terasa menusuk. Ritmenya membawa ingatanku melayang pada kejadian silam. Ketika melepas kepergian Ayah untuk selamanya.
Aku bergidik. Begitu takut akan rasa sakit kehilangan. Bahkan hingga detik ini masih menggores.
Akan tetapi, kali ini Sang Maha Pengasih begitu bermurah hati dan mengabulkan doa kami.
* Aruna Mencari Cinta #4- Kedua tanganku mengukung tubuh Aruna. Dia tersudut di dinding, bergeming. Posisi kami begitu dekat, hampir tanpa jarak dan saling berhadapan.
Untuk pertama kali, kutelusuri tiap jengkal garis wajah gadis ini. Ada sejumput ketakutan di sana. Tubuh mungilnya pun menegang.
* Aruna Mencari Cinta #5- "Namaku Julian! Senang bertemu denganmu, Aruna!"
Seruan itu terus menggema di kepala. Terasa ada yang janggal. Dari mana dia tahu namaku? Padahal, aku sama sekali tak mengenalnya.
Tunggu. Jangan-jangan ....
* Aruna Mencari Cinta #6- "Mas ini keponakannya Bu Tantri?"
Demi memastikan, kuberanikan diri melontarkan pertanyaan itu. Sementara sosok di depanku hanya terkekeh seolah apa yang aku pertanyakan adalah lelucon. Melihat reaksinya, berarti kesimpulanku benar.
* Aruna Mencari Cinta #7- "Jika suatu hari aku tak ingin lagi menoleh, maka jangan pernah menahanku. Dan sepertinya saat itu telah tiba."
Aku menangkap sorot yang berbeda ketika ucapan itu terlontar dari bibir Aruna.
"Aku lelah, Mas. Aku sangat lelah ...," gumamnya dengan senyum yang terlihat sangat dipaksakan.
* Aruna Mencari Cinta #8-
"Arunaaa ...!"
"Arunaaa ...!"
Teriakan itu menggaung, lalu semakin samar, kemudian tak lagi terdengar ketika taksi yang kutumpangi melaju semakin jauh. Aku tak lagi menoleh pada pria itu. Tidak, setelah apa yang diperbuatnya.
* Aruna Mencari Cinta #9- Gemuruh dada bertalu kencang, memompa darah hingga memuncak ke ubun-ubun. Bak letupan kembang api di langit gulita, itulah yang kurasakan detik ini.
* Aruna Mencari Cinta #10- Kegelapan pekat telah sempurna menaungi bumi. Tetes-tetes air dari sang langit, bersinggungan dengan kilat yang sesekali membiaskan cahaya, membentuk urat-urat cakrawala.
* Aruna Mencari Cinta #11- "Apa si bajingan ini suamimu, Aruna?" desis Mas Julian dengan wajah bengis.
Mas Ibas tak kalah berang. Dia menggeram, "Jadi lo, yang deketin istri gue, hah?! Anjing!"
Aku bergeming, mencerna reaksi mengejutkan dari kedua pria ini. Fatal!
* Aruna Mencari Cinta #12-
“Mobil siapa itu, Na?” tanya Mas Fahmi ketika kami sampai. Dia berkerut kening, memperhatikan Mercedez Benz merah di depan.
“Teman,” jawabku singkat.
Kemudian, aku dan Mas Fahmi sama-sama keluar dari mobil.
* Aruna Mencari Cinta #13- Hari spesial tiba.
Duduk di hadapan meja rias, aku bercermin, memandangi pantulan diri sendiri seraya tersenyum getir.
Wajahku diberi sentuhan tangan MUA (Make Up Artist), dijadikan sedemikian cantik, sama seperti saat hari spesial dulu. Juga gaun yang indah sudah membelit tubuhku ini.
* Aruna Mencari Cinta #14- Lama termenung, aku sadar bahwa aku memang butuh pendamping hidup ....
Baik. Sepertinya aku harus memberi kepastian pada Mas Julian.
* Aruna Mencari Cinta #15- Dua minggu berlalu sejak terakhir kali Mas Ibas menemuiku di rumah. Tak muncul lagi batang hidungnya, begitu pun dengan komunikasi via telepon atau apa pun di antara kami yang sama sekali tidak berlanjut.
--- oo ---
#arjuna
#cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel