Cerita bersambung
Karya : Nur Dhuhaina A
Tangisan bayi bersahutan di ruang perinatologi salah satu rumah sakit pendidikan terbesar di Yogyakarta.
Perawat dan koas sibuk memberi ASI perah atau susu formula pada bayi-bayi itu dengan media sendok, harapannya bayi-bayi itu tetap bisa menyusu langsung pada ibunya.
* Jalan Jodoh Sang Dokter #2- "Mas.. Apa nggak ada jalan lain selain saya menikah dengan Mas Fajar...? Saya ikhlas merawat Naysilla, tapi bukan untuk jadi istri Mas..." Kata Fira lirih, setelah berhasil menguasai tangisnya.
* Jalan Jodoh Sang Dokter #3- "Mas Fajar......! Kenapa buru-buru.....?"
Fira memecah keheningan diantara mereka.
Fajar hanya mematung, tak tahu harus menjawab apa.
Fira melanjutkan kalimatnya sambil menimang Naysilla,
* Jalan Jodoh Sang Dokter #4- "Ibu.............?! Apa maksudnya.......?",
Fira terperanjat mendengar kalimat ibunya.
Sayup-sayup Fira mendengar bunyi isak tertahan dari ponselnya.
Menandakan di seberang sana ibunya pun tampak kalut memikirkan masalah yang dihadapi Fira.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #5- Menjelang senja Fira sampai di rumahnya.
Usai memasukkan mobilnya ke garasi, ia segera mandi dan berganti baju.
Kemudian ia berjalan ke arah ruang keluarga untuk menemui ibunya.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #6- Malam mulai menjelang.
Fira rebahan di kasurnya yang nyaman.
Mencoba tidur sejenak menghilangkan penat sambil menunggu ayahnya pulang praktik sore.
Tapi sia-sia saja.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #7- Malam sudah beranjak mendekati fajar.
Raffi terpekur dalam doa nya.
Ingin rasanya protes pada penciptanya.
Mengapa takdir untuknya sungguh menyesakkan.
Tapi sebagai seorang yang taat beragama, Raffi paham setelah ikhtiar maksimal, kini saatnya ia tawakal.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #8- "Fir..........! Bisa tolong ke sini bentar...? Ifah mau lihat Naysilla."
Suara Fajar di ujung telepon membuat Fira segera bangkit dari peraduannya dan bergegas mengikuti instruksi Fajar.
Suara Fajar di ujung telepon membuat Fira segera bangkit dari peraduannya dan bergegas mengikuti instruksi Fajar.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #9- Fira tergagap bangun dari tidurnya.
Ia melirik ponselnya, penanda jam menunjukkan pukul 04.30.
Fira termenung sejenak, mengingat-ingat sesuatu.
Rupanya tadi ia ketiduran setelah shalat tahajud.
Ia melirik ponselnya, penanda jam menunjukkan pukul 04.30.
Fira termenung sejenak, mengingat-ingat sesuatu.
Rupanya tadi ia ketiduran setelah shalat tahajud.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #10- Fajar dan Fira sudah bersiap untuk kembali ke Jogja.
Pada saat yang sama, sebuah mobil berhenti di depan gerbang.
Keluar dua orang remaja seusia SMP dan seorang gadis yang tampak seperti anak kuliahan beranjak masuk dan menyapa Fira.
Pada saat yang sama, sebuah mobil berhenti di depan gerbang.
Keluar dua orang remaja seusia SMP dan seorang gadis yang tampak seperti anak kuliahan beranjak masuk dan menyapa Fira.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #11- Suara hiruk pikuk mesin-mesin di ruang operasi tidak mengganggu
kenikmatan Fajar menyantap mie panas di sela-sela menunggu pasien
berikutnya.
Mie rebus instan dan kopi hitam selalu menjadi andalan pengisi perut di kala malam harus ada operasi emergency.
Mie rebus instan dan kopi hitam selalu menjadi andalan pengisi perut di kala malam harus ada operasi emergency.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #12- Fajar sedikit putus asa, puluhan kali ia mencoba menghubungi Fira, tak ada yang berhasil.
Whatsapp tidak dibalas, telepon pun juga tidak diangkat.
Kegalauan mulai menyeruak.
Akankah Fira berubah pikiran...?
Whatsapp tidak dibalas, telepon pun juga tidak diangkat.
Kegalauan mulai menyeruak.
Akankah Fira berubah pikiran...?
*Jalan Jodoh Sang Dokter #13- "Mas Fajar", panggil Fira sambil membawa nampan.
Dilihatnya Fajar tampak tertidur, tapi tangannya masih menggenggam ponsel.
Khas residen yang memang tidak pernah bisa lepas dari ponselnya.
Karena jika sampai ada kabar penting dan sampai tidak tahu, siap-siap saja menerima hukuman.
Dilihatnya Fajar tampak tertidur, tapi tangannya masih menggenggam ponsel.
Khas residen yang memang tidak pernah bisa lepas dari ponselnya.
Karena jika sampai ada kabar penting dan sampai tidak tahu, siap-siap saja menerima hukuman.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #14- "Berhenti di sini bentar ya, Fir. Mas mau mandi dan ganti baju dulu.
Masak ketemu calon mertua penampilannya nggak maksimal", Ucap Fajar
sambil mengarahkan mobilnya memasuki rest area Masaran.
Fira hanya mengiyakan.
Fira hanya mengiyakan.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #15- "Dokter Bimo kabarnya sudah punya dua anak ya, Mas...?"
Fira bertanya pada Fajar.
"Iya. Istrinya dokter umum, PNS di Puskesmas Kersana, Brebes. Mas Bimo ikut ke Cirebon soalnya udah bosen LDM sejak residen. Istrinya anak bungsu dan kakak-kakaknya semua di luar pulau.
Fira bertanya pada Fajar.
"Iya. Istrinya dokter umum, PNS di Puskesmas Kersana, Brebes. Mas Bimo ikut ke Cirebon soalnya udah bosen LDM sejak residen. Istrinya anak bungsu dan kakak-kakaknya semua di luar pulau.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #16- "Sedari tadi Ibu belum ngendika apapun. Fira mau tanya pendapat Ibu. Ibu yang melahirkan Fira dan juga ikut mendidik Fira sampai jadi kayak sekarang," Ucap Fira lembut.
Netranya menatap Bu Rindi dengan penuh sayang.
*Jalan Jodoh Sang Dokter #17- Acara lamaran berlangsung sesuai urut-urutan yang telah dilaksanakan.
Sambutan dari perwakilan masing-masing keluarga, hingga acara puncaknya yaitu penyematan cincin.
Ibunda Fajar yang menyematkan cincin itu di jari manis Fira.
--- oo ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel