Cerita bersambung
Karya : Tien Kumalasari
* Ayna #1- Bagai kelinci cantik Ayna berlarian diantara kebunnya yang penuh bunga. Ia juga seperti kupu-kupu yang sesekali meraih kembang dan mencium aromanya.
Ayna memang cantik. Kulitnya putih bersih, hidungnya kecil mancung, matanya bak sepasang bintang, bening dan teduh, dinaungi oleh bulu mata lentik.
* Ayna #2- “Eh.. apa ini?”
“mBak Deva, ma’af.. itu catatan barang habis yang ditinggalkan bapak dimejanya.”
“Mengapa kamu lancang masuk keruang bapak ?”
“Bukan lancang mbak, tadi mas Bimo yang menyuruh saya mengambil di meja bapak.”
* Ayna #3- Ayna beralih menatap ibunya. Heran mengapa ibunya tiba-tiba berkata begitu.
“Ibu...”
“Jangan katakan apa-apa Ayn, hentikan semua ini.”
“Ibu.. “ rintih Ayna.
* Ayna #4- "Ini bu, buat ganti ibu,” kata Ayna lagi.Bu Sarjono membuka sedikit pintu agar Ayna bisa mengulurkan baju ganti untuk dirinya.
“Perlu dibantu, ibu?”
“Tidak nak,” katanya sambil menutupkan kembali pintunya.
“Perlu dibantu, ibu?”
“Tidak nak,” katanya sambil menutupkan kembali pintunya.
* Ayna #5- Bintang berhenti disebelah kiri pagar, dan nyaris keluar dari mobilnya,
ketika dilihatnya mobil yang lain dari arah berlawanan, lalu berhenti
disebelah kanan pagar.
“Haaa.. itu Nanda ?” lalu Bintang tertawa terbahak sambil turun dari dalam mobilnya, sementara Nanda juga turun lalu keduanya berdiri berhadapan, dan keduanya tertawa terbahak.
“Haaa.. itu Nanda ?” lalu Bintang tertawa terbahak sambil turun dari dalam mobilnya, sementara Nanda juga turun lalu keduanya berdiri berhadapan, dan keduanya tertawa terbahak.
* Ayna #6- Tanti memegang kepalanya.
“Pusing tante? Sayangnya saya nggak bawa peralatan, tapi tante tampak pucat.”
“Nggak apa-apa Bintang, aku mau keluar saja, ayo duduk diluar sambil menunggu mereka.”
Bintang menuntun Tanti yang berjalan keluar dari kamar, lalu mereka duduk diruang tengah. Bintang memegangi nadinya.
“Pusing tante? Sayangnya saya nggak bawa peralatan, tapi tante tampak pucat.”
“Nggak apa-apa Bintang, aku mau keluar saja, ayo duduk diluar sambil menunggu mereka.”
Bintang menuntun Tanti yang berjalan keluar dari kamar, lalu mereka duduk diruang tengah. Bintang memegangi nadinya.
* Ayna #7- Ayna tak menyadari apapun. Ia senang menemukan penjual lotis dan memesan
beberapa bungkus untuk ibu angkatnya. Lalu pulang dengan becak yang
sama. Ia turun dengan perasaan gembira, melangkah dengan lincah seperti
biasanya walau bawaannya lumayan berat, ketika ia menuju keteras rumah.
* Ayna #8- Bintang memacu mobilnya kearah rumah sakit. Kalau kecelakaannya didekat
toko pak Yoga, sebenarnya terlalu jauh kalau harus kerumah sakit dimana
Bintang berpraktek. Cuma saja Bintang harus kesana, karena justru rumah
sakit terdekat dengan kejadian tak ditemukannya pasien bernama Ayna.
* Ayna #9- “Ooh.. baiklah,” kata orang tadi.
“Ada apa ya?”
“Jadi tadi nggak ada orang kesini?”
“Nggak ada pak..”
“Ada apa ya?”
“Jadi tadi nggak ada orang kesini?”
“Nggak ada pak..”
* Ayna #10-“Sekarang makanlah, aku ambilkan ya, nasi soto saja? Mau?”
Ayna mengangguk, karena memang dia lapar. Tapi kemudian dia ingat bahwa tak punya uang sepeserpun.
“Tidak ...tidak bu.. sudah cukup.. minum saja..”
Ayna mengangguk, karena memang dia lapar. Tapi kemudian dia ingat bahwa tak punya uang sepeserpun.
“Tidak ...tidak bu.. sudah cukup.. minum saja..”
* Ayna #11- “Ah... bukan dia ya? Sama-sama hilang sih..” kata Rio.
“Ya bukan, namanya saja beda, penampilan juga beda... banyak orang mirip didunia ini. “
“Kasihan harusnya ia diingatkan pada hal-hal yang pernah dialaminya. Itu akan membantunya. Tapi kita kan tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya?”
“Ya bukan, namanya saja beda, penampilan juga beda... banyak orang mirip didunia ini. “
“Kasihan harusnya ia diingatkan pada hal-hal yang pernah dialaminya. Itu akan membantunya. Tapi kita kan tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya?”
* Ayna #12- “Ya ampun Riri.. kamu masih cantik seperti dulu,” seru Tanti sambil memeluk bu Tarni.
“ Kamu juga selalu cantik Tanti.”
“Siapa yang sakit?”
“Anakku..”
“ Kamu juga selalu cantik Tanti.”
“Siapa yang sakit?”
“Anakku..”
* Ayna #13- Bu Tarni diam, beberapa sudah diingat oleh Ayna, itu membuatnya senang. Barangkali tak lama lagi dia akan mengingat semuanya.
“Dimana ya saya pernah beli lotis? Lupa tempatnya, tapi ingat ketika naik becak lalu beli lotis.”
“Bagus Win, sudah banyak yang kamu ingat. Aduh, tapi aku sekarang lupa, dimana ya rumah Danang?”
“Dimana ya saya pernah beli lotis? Lupa tempatnya, tapi ingat ketika naik becak lalu beli lotis.”
“Bagus Win, sudah banyak yang kamu ingat. Aduh, tapi aku sekarang lupa, dimana ya rumah Danang?”
* Ayna #14- Bu Tarni bergegas ke warung, apakah Ayna sudah ada disana. Tapi tak ada, si tukang masak heran melihat majikannya kebingungan.
“Mungkin sedang mandi bu..”
“Tidak ada, aku sudah mencari ke sekeliling rumah, bahkan sambil berteriak memanggil. Tapi dia tidak ada. Berarti dia pergi. Mengapa tidak bilang-bilang. Pergi kemana dia?”
“Mungkin sedang mandi bu..”
“Tidak ada, aku sudah mencari ke sekeliling rumah, bahkan sambil berteriak memanggil. Tapi dia tidak ada. Berarti dia pergi. Mengapa tidak bilang-bilang. Pergi kemana dia?”
* Ayna #15- “Oh iya.. dimana makam ibuku ?”
“Nanti akan aku tunjukkan.. kamu sudah siap?”
Tiba-tiba Ayna merasa ada yang janggal dengan kedatangan Bintang. Entah mengapa, ia heran. Tak segera beranjak dari tempatnya berdiri, Ayna justru seperti mencari-cari kearah halaman.
“Nanti akan aku tunjukkan.. kamu sudah siap?”
Tiba-tiba Ayna merasa ada yang janggal dengan kedatangan Bintang. Entah mengapa, ia heran. Tak segera beranjak dari tempatnya berdiri, Ayna justru seperti mencari-cari kearah halaman.
* Ayna #16- Ayna meringis kesakitan. Kepalanya terantuk salah satu batu nisan yang ada didekatnya, lututnya seperti terluka.
Ia memegangi kepalanya.. lalu tiba-tiba sebuah panggilan mengejutkannya kembali.
“Ayna.”
Ia memegangi kepalanya.. lalu tiba-tiba sebuah panggilan mengejutkannya kembali.
“Ayna.”
* Ayna #17- Bintang sedikit merasa cemas, ia tak mengenali mobil itu, entah milik
siapa. Tapi mengapa Ayna menurut saja? Apakah dia mengenali pemilik
mobil itu, atau orang yang ada didalamnya?
Bintang memacu mobilnya, tapi jalanan sangat ramai, karena berbarengan dengan bubaran kantor, apalagi ini hari Sabtu. Terus dicarinya celah agar bisa menyalip kendaraan didepannya.
Bintang memacu mobilnya, tapi jalanan sangat ramai, karena berbarengan dengan bubaran kantor, apalagi ini hari Sabtu. Terus dicarinya celah agar bisa menyalip kendaraan didepannya.
* Ayna #18- Rio ingin berteriak memanggil, tapi tiba-tiba Widi muncul dengan membawa dua gelas jus.
“Diminum, Rio... Mana Arsi tadi ?”
“Tiba-tiba masuk ke dalam bu,” kata Rio sambil menunjuk ke arah dalam.
“Lho.. gimana sih anak itu. Ayo nak itu diminum saja dulu.”
“Terimakasih bu.”
“Diminum, Rio... Mana Arsi tadi ?”
“Tiba-tiba masuk ke dalam bu,” kata Rio sambil menunjuk ke arah dalam.
“Lho.. gimana sih anak itu. Ayo nak itu diminum saja dulu.”
“Terimakasih bu.”
* Ayna #19- “Memangnya kenapa bu? Salahkah orang jatuh cinta?”
“Kamu salah menjatuhkan cinta kamu.”
“Perasaan tidak pernah salah.” “Jangan cari masalah Rio.”
“Apa ibu tidak suka bermenantukan Ayna? Kalau Ayna jadi menantu ibu, ia akan lebih sering bersama ibu.”
“Kamu salah menjatuhkan cinta kamu.”
“Perasaan tidak pernah salah.” “Jangan cari masalah Rio.”
“Apa ibu tidak suka bermenantukan Ayna? Kalau Ayna jadi menantu ibu, ia akan lebih sering bersama ibu.”
* Ayna #20- “Ngapain pagi-pagi menelpon. Jangan boleh kalau dia minta Ayna menginap lagi,” bisik Danang dengan wajah kesal.
Tanti mengangguk, lalu menjawab telponnya.
“Ya Riri.. ada apa?”
“Tanti.. duh.. ma’af ya, pagi-pagi menelpon..”
Tanti mengangguk, lalu menjawab telponnya.
“Ya Riri.. ada apa?”
“Tanti.. duh.. ma’af ya, pagi-pagi menelpon..”
* Ayna #21- Ayna menatap Bintang yang berdiri disampingnya. Bintangpun menatap Ayna,
masing-masing dengan perasaan heran dan bingung. Keduanya masih tegak
didepan pintu, Didengarnya Arsi yang masih berdiri disamping ranjang
terus mengajaknya bicara.
* Ayna #22- “Hentikaan.. aku mau turun,... kejar itu.. mobil itu..” bu Tarni berteriak-teriak.
“Bu, kalau mau mengejar mobil itu, ibu tidak harus turun, biar saya kejar saja.. ibu tenang ya, jangan membuat saya bingung,” kata sang pengemudi taksi.
“Gimana kamu itu.. aku yang bingung.. dia menipu aku...”
“Bu, kalau mau mengejar mobil itu, ibu tidak harus turun, biar saya kejar saja.. ibu tenang ya, jangan membuat saya bingung,” kata sang pengemudi taksi.
“Gimana kamu itu.. aku yang bingung.. dia menipu aku...”
--- o0o ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel