Karya : [un_known]
* Pengakuan Sumiati #1- Di sebelah utara pasar, pasar Cokro , salah satu pusat ekonomi daerah itu, berdiri beberapa toko. Satu toko yang nampak paling laris, masyarakat menamakannya Toko Ijo karena warna pintu kayunya yang dominan warna hijau.
* Pengakuan Sumiati #2- "Kang aku mau diajak mas Dipo nonton pelem lho.", tukas Sumi bangga ke Sarmo.
"Pelem opo Sum? Apa di lapangan Karanglo?"
"Walah ya bukan to kang. Di gedung bioskop. Di Delanggu.Kalau di lapangan kan sudah biasa."
* Pengakuan Sumiati #3- "Mas Sindhu belum tahu rumahku. Kalau tahu mas Sindhu akan mundur teratur".
Begitu balasan surat Sumiati untuk Sindhu di Bandung.
Beberapa waktu lalu Sindhu menitip bungkusan berisi kaos dan surat untuk Sumi.
Bungkusan dititip ke Bu Jarwo di Toko Ijo.
Sumi menghindari situasi kalau di toko tidak ada orang lain. Dia harus menjaga diri agar tetap bisa bekerja nyaman.
* Pengakuan Sumiati #5- Sumi merasa ada yang hilang. Hari-harinya jadi sepi dan hampa. Meski dia hidup di sekeliling pasar dan toko tapi keramaian orang itu belum mampu menghilangkan sepi hatinya ditinggal Sarmo.
Pagi harus buka toko sendiri. Sore pun begitu.
* Pengakuan Sumiati #6- Di Bandung Sindhu sibuk dengan kegiatan kuliah maupun kegiatan lain di luar kuliah. Sindhu mulai mendapatkan banyak teman. Sehabis menjadi panitia ospek untuk adik kelasnya ada adik kelasnya yang mulai akrab. Ada yang memperhatikan Sindhu dan tahu hubungan Sindhu dengan Sumi.
* Pengakuan Sumiati #7- Sejak kejadian itu Dipo belum sekalipun muncul di rumahnya atau di Toko Ijo.
Sumi tetap berusaha tenang. Dipo yang mestinya merasa malu untuk muncul, kalau punya malu.
Namun Sumi akan lebih sigap jika terjadi apa-apa lagi.
* Pengakuan Sumiati #8- Naas terjadi lagi. Ketika pagi sedang membuka toko, tiba2 Pak Jarwo muncul. Sumi awalnya ketakutan. Pak Jarwo mulai nakal. Tangannya gerayangan. Lalu ia mendesak Sumi ke pojok tembok. Sumi teriak dan lari menghindar, lalu mengambil kayu yang dia siapkan di samping pintu masuk.
* Pengakuan Sumiati #9- Sumi sudah mulai membi asakan diri jadi juragan.
Dia tahu uang yang dia pegang, aset toko yang dia kelola.
Salah satu hal yang penting bagi dia adalah melarang simboknya mencari pasir lagi. Simboknya cukup di rumah menjaga adiknya yang bayi.
* Pengakuan Sumiati #10- Bu Padmo, ibu Sindhu, seperti kehilangan anak. Sindhu sulit diajak komunikasi.
Suratnya tidak pernah dibalas.
Liburan juga nggak pulang, persis anak hilang.
Sebagai ibu yang mengandung dan merawat, dia sangat sedih.
* Pengakuan Sumiati #11- Penyakit Pak Jarwo semakin parah.
Dipo tidak terima dengan kondisi ini.
“Pasti kerjaan Sumi. Asyik ngurusi tokonya.”
“Jangan begitu Po. Harusnya kamu berterima kasih ke Sumi. Ada yang mau merawat bapak", Sahut Anwar kakaknya.
Sumi ketakutan juga menghadapi ini. Segera dia ke wartel unttuk memberi tahu pengacaranya.
* Pengakuan Sumiati #13- Sarmo pulang. Sudah beda kondisi dia kali ini. Dia naik pesawat dari Bengkulu ke Yogyakarta.
Pengalaman pertamanya. Dia tidak butuh puluhan jam seperti dulu. Sebagai anggota dewan dan juga pengusaha dia sudah pantas naik pesawat. Kepulangannya sebenarnya untuk memastikan apakah Sumi masih ada kemungkinan diajak nikah.
* Pengakuan Sumiati #14- Sumiati nekat, sejenak melupakan gengsi. Dia rindu sekali sama Sindhu. Ia akan main ke Bandung. Ada adik simboknya yang tinggal di Bandung. Cerita mboknya, buliknya bernama Mujinah tinggal di sekitar pasar Simpang Dago. Buliknya itu jualan bumbu dapur di Pasar Simpang.
* Pengakuan Sumiati #15- "Sum..mbak Sum...ngapain nangis?"
"Ha ? apa? Aku dimana?"
"Di kosku mbak"
"Ya ampun...Mas Sindhu. Hmm...", Sumi sambil membetulkan selimutnya yang tersingkap.
* Pengakuan Sumiati #16- Sugiyono, Bapak sambung Sumi tidak masalah ketika Shanghai datang dan menemui Kartiyem.
Shanghai melakukan kebaikan. Meski sudah duda dia tidak akan merebut Kartiyem.
* Pengakuan Sumiati #17- Dokter Tirto namanya, ia menangani Sumi. Dokter muda ini punya tampang ganteng. Pada pasien lain dia cukup bertanya sekedarnya. Tapi tidak pada Sumi. Perangainya berubah total ketika memeriksa Sumi. Ia yang pelit untuk tersenyumnya jadi berubah. Para perawat yang mendampingi visit dokter Tirto sering heran.
* Pengakuan Sumiati #18- Malam itu keluarga besar Sindhu datang ke rumah Sumiati.
Keluarga Sumiati juga berkumpul. Ada juga di sana Pak Shanghai dan anaknya Andi.
Kehadiran keluarga Sindhu ini dalam adat Jawa disebut jonggolan.
* Pengakuan Sumiati #19- Sumi dan Sindhu duduk di kursi teras memandangi halaman depan rumah mereka yang asri hijau sambil menikmati teh dan buah.
Bunga nusa indah menghiasi kebun kecil di depan teras.
Obrolan antar mereka berlangsung seru dan kadang diselingi tertawa renyah.
* Pengakuan Sumiati #20- “Sum kita ke rumah papah yok.” ajak Sindhu petang itu.
“oo iya mas aku nggak kepikiran.”
“Siapa tahu papah merayakan Imlek”.
Mereka berdua meluncur ke rumah Papa Shanghai. Sindhu sebenernya iseng saja ngajak Sumi jalan.
--- oo ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel